Aku akan menceritakan tentang lima orang asing teramah yang kutemui tersebut, tapi nanti seiring perjalanan kami menuju puncak. Kalian akan aku perkenalkan tentang masing-masing dari mereka. Yang tanpa aku sangka, di masa depan kami akan sangat akrab dan benar-benar saling mendukung, terlebih salah satu dari mereka, justru mengambil peran utama dalam cerita hidup yang aku buat.
Setelah berdoa, rombongan kami memulai perjalanan. Kami berjalan beriringan, seperti tersortir dengan alami, kami membentuk regu yang masing-masing terdiri dari dua orang. Bobby dan Andrea yang memang aku tahu adalah sepasang kekasih, berjalan paling depan karena Bobby yang akan menjadi leader dalam perjalanan ke puncak kali ini. Disusul Lili dan Rendi di belakang mereka, dan sisanya tentu seperti yang kalian sudah duga, aku beriringan dengan Baskara di barisan paling belakang.
Lintasan pendakian pertama dimulai dengan melewati gapura atau gerbang utama yang menandakan kita sudah keluar dari area basecamp dan memulai pendakian. Di jalanan itu terlihat medan yang akan kami hadapi, dan puncak gunung yang menjadi tujuan pendakian ini, jika dilihat di posisiku saat ini yang berada di bawah. Jujur gunung ini terlihat sangat tinggi, aku berdoa terus dalam hati dan memberi validasi pada diri sendiri aku akan bisa menaklukkan puncaknya hari ini.
Jalanan yang kami lewati pertama tidak terlalu susah, berjalan di setapak jalan yang kanan kirinya adalah pematang sawah, sejauh mata memandang asri sekali dilihatnya, di seberang sana terlihat gagah Gunung Merbabu yang beruntung hati ini tidak tertutup awan. Sepertinya warga sedang melakukan penyemaian benih, terlihat di pematang banyak petak-petak yang diberi lapisan seperti aluminium foil. Di musim semai seperti ini memang cukup penting sih, penempatan aluminium foil digunakan untuk melindungi tanaman dari hama. Biasanya potongan-potongan alumunium foil tersebut juga dicampurkan dengan bahan penyubur tanah. Sebagai manfaat tambahan, ilmiahnya aluminium foil akan memantulkan cahaya matahari kembali ke tanaman. Sehingga benih mendapatkan penyerapan yang cukup untuk kebutuhan sinar.
Sebenarnya perjalanan ini bisa dilalui dengan menggunakan sepeda motor, namun kami memilih untuk berjalan. Setelah beberapa menit berlalu, kami dihadang dengan jalanan yang menurun. Kami lewati pelan-pelan. Di sepanjang perjalanan, aku mengamati Bobby di depan sana bercengkrama dengan mesra sambil terus memastikan bahwa Andrea tidak keberatan membawa beban atau kecapekan. Sungguh manis, aku melihat ketulusan yang sangat besar dari sepasang kekasih tersebut. Entah setiap kali aku melihat sepasang muda-mudi seperti itu biasanya aku cuek saja, tapi interaksi mereka kali ini cukup membuatku iri.
Di tempat ini banyak sumber air, air dialirkan melalui selang dan ditampung dalam gentong-gentong yang berukuran seragam. Setelah melewati tampungan air tersebut, kami melanjutkan perjalanan dan memulai medan baru, yaitu memasuki hutan-hutan. Tanaman di lokasi hutan ini cenderung seragam, yaitu didominasi oleh tanaman pinus yang tinggi menjulang, menutupi cahaya matahari yang masuk, sehingga membuat udara menjadi sedikit lebih sejuk.
Baru juga memulai pendakian, kami sudah dihadapkan dengan banyak anak tangga yang berundak. Kata Baskara, trek yang sudah dibuat jalur dan anak tangga seperti ini memiliki sisi baik dan kurang baiknya, sisi baiknya tentu ini memudahkan para pendaki karena jalurnya sudah paten, alurnya jelas, bagi pendaki pemula pun akan mudah mengikutinya. Namun, ya memang tangga yang sangat panjang ini membutuhkan tenaga ekstra untuk naik, sehingga terasa lebih capek. Kalau kalian menanyakan kondisiku apakah aku sudah lelah atau tidak? Jangan ditanya, sejak anak tangga pertama tadi aku sudah ngos-ngosan, namun semangatku lebih besar, dan aku tahu diri aku ikut rombongan orang, sehingga aku tidak mau banyak mengeluh dan manja yang membuat mereka nanti menjadi kerepotan.
Di perjalanan ini yang unik, aku melihat ada satu spot yang memang disediakan petugas, dimana di tempat itu, banyak pendaki yang meletakkan botol plastik bekas minum mereka. Hal ini bagus ya, sehingga para pendaki lebih aware kalau bahwasanya mereka tidak boleh membuang sampah sembarang saat di atas. Silakan di bawah turun dan dibuang di tempat yang sudah ditentukan. Entah apa juga yang akan digunakan dengan botol plastik ini, namun lagi-lagi Baskara memberitahuku bahwa botol-botol ini dikumpulkan untuk dijual oleh petugas, atau dimanfaatkan menjadi bahan daur ulang, aku disuruhnya untuk mengingat kembali bentuk pos pintu masuk saat tadi kami melakukan registrasi, katanya itu salah satu hasil karya dari pemanfaatan botol plastik bekas ini. Wah benar, aku ingat dan baru menyadarinya, karena terlalu bingung saat di pos registrasi aku jadi tidak terlalu konsen memperhatikan sekitarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Aruna
PrzygodowePernah tidak kalian bertemu dengan seseorang yang merubah bagaimana cara pandang kalian melihat dunia? Aku pernah, dan itu merupakan suatu hadiah luar biasa yang diberikan oleh semesta kepadaku. Namun, tanpa pernah aku duga hadiah itu ternyata tidak...