Hari yang kutunggu-tunggu telah tiba. Dari semalam rasanya excited sekali sampai rasa-rasanya aku tidak bisa tidur. Namun, aku paksakan untuk memejamkan mata, agar aku dalam kondisi fit saat mendaki. Please, jangan bilang aku lebay, karena ini merupakan salah satu momen yang membuat hatiku penuh. Tahu kan rasanya? Aku yakin kalian juga pasti pernah, dalam satu atau beberapa momen hati kalian penuh dipenuhi rasa hangat, senang, haru, excited yang bercampur aduk menjadi satu. Itu yang aku rasakan saat ini.
Gunung yang akan menjadi tempat aku mendaki terletak di antara 3 perbatasan daerah, yaitu Semarang, Salatiga, dan Magelang. Dari pusat Kabupaten Magelang berjarak sekitar 53 kilometer. Untuk sampai kesana, aku memutuskan untuk naik transportasi umum yaitu kereta api. Aku memang sengaja tidak membawa motor, karena aku ingin menghemat tenaga, dan juga ingin menikmati setiap momen yang ada.
Aku sudah berpakaian lengkap, mengenakan kaos yang nyaman, celana trekking, dan jaket sport yang semoga bisa menjaga kehangatan tubuhku saat naik gunung nanti. Aku juga membawa cadangan pakaian dan jaket yang lebih tebal juga sebagai bentuk preventif. Aku juga sudah mengenakan topi yang berwarna senada dengan pakaianku, tema style kali ini yaitu earth tone, kalau kata anak zaman sekarang, pakaian yang aku kenakan saat ini merupakan outfit cewek bumi. Dirasa sudah tidak ada yang ketinggalan, aku menggendong tas carrier ku dan bergegas menuju stasiun. Aku memesan kereta yang paling pagi, di jalanan menuju stasiun aku mampir sebentar ke indomaret untuk membeli beberapa obat dan p3k, snack, trash bag, dan air mineral besar sebagai persediaan agar aku tidak dehidrasi saat mendaki. Sebenarnya makanan dan minuman memang bisa dibeli disana, tapi aku merasa lebih tenang mempersiapkan semuanya sebelum benar-benar mendaki. Jangan lupa untuk beli jas hujan juga, ini penting, dan kadang seringkali disepelekan oleh para pendaki. Menurut informasi yang aku baca, dari para pendaki sebelumnya, kita tidak pernah bisa memprediksi cuaca, sehingga jas hujan sangat penting dibawa, jika sewaktu-waktu tiba-tiba turun hujan.
Tidak lama hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai stasiun, aku menunjukkan e-boarding tiket keretaku kepada petugas dan masuk ke gerbong dan duduk di seat sesuai yang tertera di tiket. Kereta berangkat sesuai jadwal, dan sampai stasiun tujuan satu jam setelahnya. Ini bukan kali pertamaku naik kereta sebenarnya, aku sudah terbiasa bahkan sering, dan kereta merupakan salah satu transportasi favorit untuk pulang kampung selama aku merantau ini. Dan kali ini, aku memutuskan untuk naik kereta kelas ekonomi, karena aku pikir rute ke stasiun tujuan tidak terlalu jauh, sehingga tidak akan capek meskipun duduk di kursi yang tegak. Terlebih yang paling menyenangkan saat naik kereta seperti ini, kalian bisa berkenalan dan berinteraksi dengan orang baru. Seperti sekarang, baru duduk saja aku sudah asyik mengobrol dengan seorang ibu yang membawa suami dan cucunya, ia menawarkan roti kepadaku, tentu saja tidak aku tolak. Rejeki, kebetulan aku juga belum sarapan kan. Momen seperti ini selalu punya kesan tersendiri bagiku. Aku suka mendapat teman perjalanan yang asyik, karena itu sangat jarang sekali ditemui saat ini, banyak orang yang lebih asyik bermain gadget dan sibuk sendiri sepanjang perjalanan. Pernah sekali, di suatu waktu yang lain, ada satu keluarga yang anaknya menempel terus dan mengajakku bermain sepanjang perjalanan, ibunya mungkin sungkan kepadaku, takut aku terganggu atau ingin istirahat, tapi aku berkata "Tidak apa-apa Bu, Saya justru senang sekali" dan seorang nenek yang ada di seberang kami menimpali "Biarkan saja, naik kereta itu ibarat kita tidur, sepanjang perjalanannya adalah sebuah mimpi yang mampir, karena kemungkinan besar kita tidak akan bertemu lagi dengan orang yang kita ajak bicara saat ini, jadi biarkan anakmu" itu kata si nenek.
Selesai cerita tentang kereta, setelah sampai stasiun tujuan, aku melanjutkan perjalanan dengan naik bus. Tapi ternyata, untuk ke terminal jaraknya lumayan jauh, akhirnya aku memesan jasa ojek online untuk mengantarku kesana. Tidak butuh waktu lama, akhirnya sampai di pemberhentian selanjutnya. Sebenarnya perjalanan menuju basecamp pendakian cukup panjang, namun singkatnya aku harus naik dari angkot satu ke angkot yang lain karena itu satu-satunya alternatif kendaraan yang terjangkau untuk bisa dinaiki. Dan terakhir aku kembali naik ojek online untuk benar-benar sampai di basecamp.
Disana aku melihat banyak sekali kendaraan, memang akses jalan nya sangat baik bisa dilalui oleh berbagai jenis kendaraan mulai dari motor maupun mobil. Dan uniknya para pendaki ini bisa memarkirkan kendaraan mereka di sekitar pelataran rumah warga. Karena aku tidak membawa kendaraan sama sekali, aku jalan kaki langsung menuju tempat registrasi.
Di tempat registrasi, aku membayar uang retribusi sekitar Rp 20.000. Uang retribusi tersebut bukan dipungut secara cuma-cuma, setiap gunung biasanya memiliki biaya retribusi yang berbeda-beda, digunakan untuk pelestarian fasilitas dan daerah sekitar gunung. Selain itu, diwajibkan bagi para pendaki untuk menuliskan nama di formulir pendakian, hal ini digunakan agar para petugas bisa memantau para pendaki yang akan naik dan yang sudah turun, sehingga jika ada kondisi orang hilang atau kecelakaan, data pengunjung bisa di track dengan cepat.
Sesampainya disana aku mengalami kebimbangan, apa aku harus menyewa jasa petunjuk jalan atau tidak, sebenarnya setiap pendaki sudah dibekali dengan peta penunjuk jalan saat di tempat registrasi tadi. Namun, kalian kan tahu sendiri, aku benar-benar pemula disini.
Di tengah rasa kebimbanganku, aku melihat segerombolan pendaki di depanku yang terdiri dari 2 cewek dan 5 cowok, bersiap-siap melakukan pendakian dengan mengecek barang bawaan mereka, dan menanyai kondisi setiap anggota kelompok apakah semua dalam keadaan sehat dan ready atau tidak. Disanalah aku yang celingukan dari tadi, tidak sengaja menatap salah satu mata seorang di antara lima pendaki cowok tersebut. Entah apa yang dia pikirkan tentang aku, tiba-tiba saja dia menghampiriku dan menyapaku.
"Hai kak, sendirian ya? Mau bareng aja nggak ke atas nya bareng teman-teman saya?" Terlihat secarik senyum di wajahnya yang bersih, meskipun aku sangat awkward biasanya berbincang dengan stranger, namun kali ini suara yang lembut dan senyum yang sumringah itu terasa sangat tulus bagiku.
"Ha? Emang gaapa kak? Sebenarnya ini tadi aku juga masih bingung mau sewa jasa penunjuk jalan atau nggak sih. Cuma kalau ikut kakak sama rombongan, nggak ganggu dan ngerepotin kah nanti? Jawabku polos
"Ya nggak dong, kan sekalian ke atas. Sayang juga uangnya buat bayar jasa, mending buat beli mie di warung atas" Tuturnya.
"Sebentar ya!!" Dia pergi menuju rombongannya dan terlihat berdiskusi sebentar dengan mereka, entah apa yang dibicarakan. Aku tidak terlalu mendengarnya, namun jika aku harus menebak pasti dia sedang meminta persetujuan teman-temannya untuk mengajakku deh.
Dan tidak terlalu lama, lelaki itu melambaikan tangannya, sembari berteriak
"Kak sini, ayo join!! Udah di bolehin nih sama teman-teman"
Karena mendapatkan respon yang demikian, aku beranikan kakiku untuk melangkah ke arah gerombolan tersebut. Dan sebagai bentuk sopan santun dan rasa terimakasihku, tentu aku yang kali ini mencuri start untuk menyapa mereka semua terlebih dahulu, dengan memperkenalkan diri dan mengucapkan terimakasih.
"Hai semuanya, kenalin aku Aruna. Sebelumnya terimakasih banyak sudah memperbolehkan aku bergabung ya, salam kenal" Kataku dengan senyuman tipis sambil menjabat tangan masing-masing dari mereka.
"Hai Aruna, salam kenal juga. Santai aja sama kami, kenalin aku Bobby, 2 cewek ini, yang satu namanya Lili yang rambutnya agak nyentrik warna merah menyala itu, dan satunya Andrea, yang paling manis karena cewek aku HAHAHA. Terus cowok yang mukanya sedikit badut itu namanya Rendi. Dan yang tadi ngajak kamu gabung bersama kami, ya yang mukanya sedikit ganteng tapi jomblo akut itu namanya Baskara"
Aku menyimak dengan baik semua kata dari laki-laki bernama Bobby tersebut dengan sesekali ikut tertawa melihat teman-temannya protes setiap dia memberikan kata-kata menyindir dan bergurau. Melihat situasi ini, aku ternyata tidak secanggung itu. Terlebih kelima orang ini menurutku sangat asik dan aku benar-benar merasa diterima. Bahkan kedua cewek di rombongan tersebut secara langsung meraih kedua lengan ku dan menggeleyotkan tangan mereka, seperti kami sudah berteman sangat lama saja. Syukurlah, hal ini mengurangi rasa kekhawatiranku dan membuatku sangat lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Aruna
PrzygodowePernah tidak kalian bertemu dengan seseorang yang merubah bagaimana cara pandang kalian melihat dunia? Aku pernah, dan itu merupakan suatu hadiah luar biasa yang diberikan oleh semesta kepadaku. Namun, tanpa pernah aku duga hadiah itu ternyata tidak...