Kekecewaan yang tak mendasar.
.
Rumah minimalis yang ditinggali oleh sepasang manusia ciptaan Tuhan yang tengah sarapan dalam keadaan hening. Hanya ada bunyi sendok yang beradu dengan piring. Sang pria selesai dengan aktivitasnya di ikuti oleh sang wanita berkacamata yang sengaja meninggalkan sarapannya.
Aruna, wanita itu hanya memandang sang suami dari balik jendela. Wajahnya nampak sendu, saat itu juga tangan Aruna meremas kain hordeng dengan perasaan sakit.
Aruna dan Reindra menikah sebab dijodohkan oleh orangtua masing-masing, dari masing-masing pihak sudah mencoba melakukan penolakan tapi semua seakan tak ada pilihan lain. Mereka tidak mengenal satu sama lain, mereka tidak saling mencintai. Aruna menangis tiap malam jelang hari pernikahan pasalnya ia yakin sekali bahwa Reindra tak mungkin menerima ini semua.
Tapi malam sehari sebelum hari pernikahan, Reindra dan keluarganya datang. Laki-laki itu pun tak berbicara apapun selain meminta Aruna untuk berpura-pura bahagia saja saat akad nanti. Foto menjadi bukti kepura-puraan Aruna dalam bersandiwara, semuanya terasa sesak ketika menerima kenyataan bahwa benar Rein bahkan seakan tak menganggapnya ada di dirumah ini.
Aruna mencuci piring bekas mereka sarapan, walau Rein begitu tak perduli, Rein masih mau memakan masakan Aruna atau membantu Aruna membersihkan rumah. Tapi sampai detik ini, Aruna juga belum disentuh. Aruna sedih? Iya. Aruna kecewa? Iya. Tapi Aruna sadar Rein tak mencintainya wajar Rein tak mau menyentuhnya.
Dua bulan sudah pernikahan mereka, pertanyaan-pertanyaan dari keluarga soal kehamilan pun terus berdatangan. Bahkan ibunya rela mengirimkan jamu buatannya dari Malang ke Jakarta. Ibu mertuanya pun tidak kalah sama, sampai rela datang jauh-jauh dari Bandung ke Jakarta membawakan susu yang bagus yang di pesan langsung ke dokter kandungan. Tapi, bagaimana Aruna bisa hamil kalau suaminya tidak menyentuhnya? Sekamar pun tidak.
"Aruna kamu masih buka cathering engga?"
"Buat acara apa, Yul? Masih buka sih, tapi engga banyak karna sekarangkan gue udah engga tinggal sama Kak Merry, kan." Jawab Aruna.
"Buat acara ulang tahun anaknya sepupu gue, si Dirly ultah dia minggu depan." Jelas Yuli. "Lo sih jauh banget pindahnya! Jadi ribet deh mau cerita-cerita harus nanyain dulu lagih! lo lagi sendirian atau sama laki lo?!" Protes Yuli.
Aruna tersenyum tipis menanggapi perkataan Yuli.
"Iyaudah deh! Gue kabarin lagi nanti malem yaa Run. Bos gue udah dateng aja. bye!"
"Bye!"
Tut!
Aruna menyelesaikan pekerjaan rumahnya yaitu melipat pakaian yang kemarin, hari sudah masuk jam dua belas siang saja ketika Aruna mematikan api kompor. Syukurnya di usia 25 tahun ia sudah dibekali ilmu memasak oleh ibu dan kakaknya. Ke kreatifan tangannya membawanya pada orderan chatering nasi untuk acara ulang tahun tetangga kakaknya saat ia masih tinggal bersama sang kakak. Dari situlah mulai beberapa orang menghubunginya untuk membuatkan hal serupa sampai berbox-box. Sudah tiga tahun Aruna menjalankan jualan nasi a.k.a chatering ini dan syukurnya ia bisa membeli motor dan ponsel yang bagus untuk jualannya.
Masakan sederhana kali ini hanya tempe yang di tumis dengan kacang panjang dan di lumuri kecap dengan temannya ikan-ikanan. Ini menu stok terakhir bulan ini, biasanya ada pedagang keliling yang lewat tapi dua hari ini tidak lewat, mungkin nanti sore Aruna berbelanja ke pasar.
Aruna menutup sebagian hordeng rumah dan mengunci pintu, kalau siang begini apalagi tinggal sendirian Aruna merasa iseng saja walau sebenarnya dibelakang rumah itu ramai karna ada lapangan voli.
Melewati salah satu kamar yang pintunya selalu terkunci Aruna menatap pintu berwarna hitam itu dengan wajah sendu.
"Apa mau kamu sebenarnya?" Gumam Aruna pada pintu. Ia melampiaskannya pada si pintu karna hanya itu keberanian Aruna, jika ada orangnya Aruna hanya akan diam dan membisu.
Aruna menghela napas berat lalu melanjutkan jalannya ke arah pintu coklat di sebelahnya, itu kamarnya yang bahkan tak pernah Aruna kunci. Untuk memastikan bahwa Reindra bisa kapan saja masuk ke kamarnya.
Tbc.
Bundasabda
KAMU SEDANG MEMBACA
Biar aku yang pergi
Diversos"Seberusaha apapun aku buat luluhin hati kamu, kalo emang kamunya ga pernah nganggep aku ada ya bagus aku pergi kan?" Aruna