𝐁𝐚𝐛 3

86 11 1
                                    

Disebuah komplek perumahan yang terbilang cukup elit, dimana deretan rumah disana adalah rumah dengan harga di atas rata-rata.

Salah satu rumah yang berada disana adalah rumah milik Rebecca Armstrong. Rumah mewah nan megah itu hanya dihuni oleh satu orang, yaitu Becky sendiri.

Rumah dengan fasilitas yang terbilang lengkap serta halamannya yang luas hanyalah sebuah kekosongan yang mendalam bagi Becky.

Diruang makan hanya terdengar suara garpu dan sendok yang saling beradu di atas piring kaca berwarna putih.

Becky sudah terbiasa hidup dengan kesendirian, ia adalah sosok wanita yang mandiri.

Setelah menghabiskan sarapan paginya, Becky lalu sedikit mendongak melirik ke arah jam dinding yang telah menunjukkan pukul 7 pagi.

Dengan cepat Becky segera bersiap dan mengambil beberapa barang yang sekiranya penting sebelum pergi menuju kantor.

Becky berkendara melewati jalanan kota dengan menggunakan mobil Buggati Divo miliknya.

Setibanya di kantor, Becky langsung disapa ramah oleh para karyawannya. Becky dikenal dengan sifatnya yang tidak banyak bicara dan tidak terlalu suka dengan kerumunan, tapi para karyawan nya selalu menganggap bahwa Becky adalah sosok atasan yang baik.

Becky membalas sapaan karyawannya dengan anggukan kecil, sembari terus melangkah maju menuju ruangan miliknya.

Setibanya di ruangan kantor, Becky melihat Love Limpatiyakorn kakak angkatnya, duduk di sofa ruangan tersebut.

Love menyadari bahwa pintu ruangan terbuka, ia segera menoleh dan melihat ke arah Becky yang sedang berdiri di depan pintu masuk.

"Akhirnya ..." Love lalu beranjak berdiri dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah Becky.

"Kamu ingat besok hari apa kan? Daddy menyuruhmu untuk datang." Ucap Love kepada Becky.

Becky tidak merespon apapun setelah mendengar ucapan Love barusan, ia menoleh kesamping dan menatap tajam ke arah Love, cengkraman nya menguat saat tatapan mereka bertemu.

Love menatap balik mata Becky tak kalah tajam "Aku tidak berniat berlama-lama disini, aku hanya menyampaikan pesan dari Daddy untukmu." Ujar Love.

"Aku juga tidak ingin menerima tamu seperti mu." Ketus Becky.

Love lalu membuang pandangannya dari Becky dan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Becky hanya diam sembari mengepal kuat tangan kanannya.

Disisi lain Freen sedang berpikir bagaimana cara agar Becky menerima tawaran kerjasamanya tanpa adanya penolakan.

"Aku akan membantumu Freen." Ucap Milk.

Alis Freen terangkat dan matanya melebar menatap ke arah Milk "Benarkah?" Milk mengangguk mengiyakan.

Freen langsung berubah menjadi excited saat mendengar bahwa Milk akan membantunya dalam membujuk Becky.

Faye hanya menghela nafas panjang melihat kebodohan dua manusia dihadapan ini.

Milk Vosbein adalah sahabat Freen sedari kecil, ia terkenal karena sifatnya yang suka bermain wanita dan perkataan manisnya yang melebihi manis gula.

Faye tidak heran jika Freen mudah terpengaruh dengan ucapan Milk, karena keduanya tidak jauh berbeda, terlebih lagi dengan sifat mereka yang sama.

♡ ━━━━━━━━━ ◦ ✤ ◦ ━━━━━━━━━━ ♡

Thanks for reading guyss!!
Bantu like dan komen yaaaa
Terimakasih ^^

𝑀𝑦 𝐿𝑜𝑣𝑒𝑙𝑦 𝐸𝑛𝑒𝑚𝑦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang