.
.
.
🍁
.
.
.Mereka berdua berada di ruang tengah. Tirai-tirai pada pintu kaca dibiarkan terbuka, seakan mengizinkan cahaya rembulan masuk untuk menerangi suasana yang suram. Sejak tadi, Jungkook disibukkan dengan tabletnya. Sementara, Seokjin menggenggam remote, tangannya tidak berhenti terulur untuk mengganti beberapa saluran televisi di depannya. Ia sama sekali tidak berminat menonton. Apa yang sedang dilakukannya, hanya untuk sekedar membunuh rasa bosan.
"Jungkook?" Tanpa sadar Seokjin bersuara, panggilan itu mengalir begitu saja dari mulutnya.
"Apa?" Jungkook membalas, namun dua matanya masih tetap fokus pada layar gadget.
"Izinkan aku untuk berangkat besok."
"Besok, bahkan masih ada sisa dua hari untukmu," jawab Jungkook, masih dengan nada santai.
"Aku tidak menerima informasi apapun dari divisi, karena kau menyita ponselku." Seokjin tidak peduli, jika Jungkook akan marah dengan ucapannya.
Jungkook meletakkan tabletnya. Ia berdiri, lalu berjalan menuju ruang kerjanya. Tidak lama kemudian, Jungkook kembali membawa sebuah ponsel dengan casing kulit berwarna charcoal. Ia menyerahkan ponsel itu pada Seokjin. Lalu, ia kembali duduk di sisi Seokjin tanpa mengatakan apapun lagi. Dan melanjutkan aktivitas sebelumnya.
Seokjin segera menekan tombol power ponselnya. Setelah ponsel itu menyala, beberapa notifikasi muncul dari akun email, dan akun lainnya. Termasuk delapan belas panggilan tak terjawab.
Saat jemarinya menggulir beberapa chat, tiba-tiba sebuah panggilan masuk. Terpampang nama kontak 'Namjoon' pada layarnya. Seokjin agak sangsi, tapi ia tetap menggeser ikon hijau untuk menerima panggilan itu. "Halo?"
"Seokjin? Kau kah itu? Hei, darimana saja kau, apa kau baik-baik saja?" Suara dari seberang yang terdengar khawatir.
"Ya, aku baik-baik saja."
"Syukurlah..."
Ada jeda diantara percakapan mereka. Seokjin ragu-ragu. Ia menengok ke arah Jungkook. Dan Jungkook masih berkutat dengan tabletnya. Terlihat tenang, namun selalu waspada.
Seokjin pikir, ia butuh ruang sendiri. Ketika dirinya akan beranjak untuk meninggalkan ruangan itu, Jungkook segera menahannya. "Jeon Seokjin, tetap di tempatmu!" Jungkook mengalihkan pandangan dari layar dan menatap Seokjin. Seokjin menuruti, ia kembali ke tempat duduknya.
"Aku tahu dengan siapa kau bicara sekarang. Jika itu menyangkut pekerjaan, silahkan kau lanjutkan percakapannya. Jika tidak, maka tutuplah teleponnya."
"Hei, Seokjin. Apa Jungkook di sana, apa dia tepat di sebelahmu?"
"Ya, kau benar." Seokjin mencoba berhati-hati. "Bagaimana kabar selama aku tidak di sana?"
"Itu sangat menjengkelkan. Timmu terus menerus mendesakku. Mereka menanyakan kabarmu tanpa henti, padahal sudah kukatakan jika aku sendiri tidak tahu. Begitu sulit menghubungimu."
Seokjin tertawa kecil, ia bisa membayangkan betapa merepotkannya menjadi Namjoon, orang kepercayaannya. "Ah, maafkan aku. Bagaimana aku bisa mendapatkan semua informasi dalam beberapa hari ini?" Seokjin mengkondisikan obrolannya agar tidak terkesan basa-basi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Denial [KookJin]
FanfictionSeokjin sangat sadar hubungan pernikahannya dengan Jungkook tidak sehat, namun ia meyakinkan dirinya untuk bertahan. Masalah semakin runyam, ketika Taehyung kembali ditengah kehidupan mereka. Sampai pada titik yang paling lelah, Seokjin memutuskan...