5

268 22 7
                                    

.
.
.
🍁
.
.
.

Dikisahkan, Skylar Bloom seorang ahli panah meraung-raung lantaran sahabatnya, Taynan Stone si ahli pedang sekaligus penyair dibunuh. Sekian lama mereka berjuang bersama dalam hutan kematian untuk bertahan hidup dari serangan makhluk buas. Namun semuanya sirna saat pedang Joel Amadeus menghunus ke arah jantung Taynan. Si ahli pedang tergeletak tak berdaya. Ia tak percaya jika sahabatnya yang lain telah menghianatinya.

Darah segar merembes keluar dari kain baju Taynan. Sebelum kematiannya, ia berpesan untuk Sky agar tetap hidup dan keluar dari hutan tersebut.

“Wow, Taehyung sunbae keren!” Salah satu dari mereka memberikan respon karena kekagumannya terhadap anggota mereka.

Beberapa siswa dan siswi duduk melingkari seorang pemuda yang menyajikan makna dari kesedihan. Semua mata fokus tertuju dengan akting Taehyung. Mereka dibuat kagum.

“Dia memang pintar memainkan ekspresi,” cetus yang lainnya.

Taehyung menyelesaikan perannya. Alih-alih duduk dan bergabung dengan yang lain, ia justru tetap berdiri. Pandangannya menyapu para anggota lainnya, mencari keberadaan seseorang. Jimin memperhatikan tingkah si ketua tim, sampai akhirnya ia menyuruhnya untuk duduk karena orang yang ia cari tidak ada.

“Aku hanya memastikan, jika kau mencari Jungkook, yeah seperti biasa, dia akan datang sedikit lebih terlambat. Dan jika kau mencari mentor baru kita, aku dengar dia juga akan datang terlambat karena suatu alasan.”

“Kenapa dia selalu terlambat?” Raut wajah Taehyung tampak marah dan kecewa.

“Siapa?” Jimin kembali bertanya.

“Kau pikir siapa lagi?”

Anggota klub teater di sekolah mereka tidak terlalu banyak. Dewan guru seakan meremehkan kegiatan tersebut. Sudah berulang kali klub teater di sekolah mereka berganti mentor atau pelatih. Pihak sekolah tidak pernah mengusahakan memilih pelatih terbaik untuk mereka. Meskipun dengan latar belakang yang pelik, tetap saja tiap tahunnya klub teater terisi dengan beberapa siswa baru. Mereka menyadari bahwa Taehyung dan Jiminlah yang membuat klub mereka menarik minat sebagian pelajar. Bukankah itu sama saja mereka masuk dengan terpaksa? Bukan semata-mata murni karena ingin belajar seni peran atau akting.

Taehyung, sebagai ketua dari klub teater berusaha agar dirinya dan anggotanya memberikan yang terbaik untuk sekolah mereka. Bukan berarti karena Jungkook adalah juniornya, ia akan membiarkan tindakannya yang kurang disiplin. Anak itu agak sulit diajak kerjasama, entah karena sifat introvertnya atau memang sikap acuh tak acuhnya.

Jungkook berjalan menaiki tangga, dengan earphone yang terpasang ditelinganya. Bersamaan, di koridor seorang pemuda melebarkan langkahnya menyusul. Ia menepuk pundak Jungkook dari belakang. Jungkook spontan menoleh, lalu melepaskan kedua earphonenya.

“Maaf, aku tidak tahu kau sedang mendengarkan sesuatu. Aku berusaha memanggilmu tadi.” Seorang pemuda dengan setelan kemeja stripe dan celana panjang hitam. Ia mengenakan pantofel hitam, sementara messenger bag tersampir di bahu kanannya. Dan rambutnya disisir rapi sehingga menampilkan dahinya.

Jungkook sekilas memindai matanya pada pemuda di depannya, dan pada saat pandangannya jatuh pada wajah si pemuda, ia seperti mengalihkan isi kepala Jungkook. Pemuda itu cukup peka dengan hal tersebut. “Bisakah kau memberi tahuku dimana letak ruang teater?” Ia tidak ingin membuang-buang waktu.

Denial [KookJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang