.
.
.
🍁
.
.
.Sudah tiga kali berturut-turut Jungkook tidak hadir untuk latihan klub. Taehyung bahkan sulit menghubunginya. Ia sama sekali tidak membalas pesan. Jimin yang diketahui sebagai sepupunya pun mengakui jika ia sama sekali tidak mengetahui kabarnya. Jungkook terlalu tertutup padanya, dan sulit untuk didekati. Setiap ada kesempatan dalam rangka jamuan keluarga atau kolega, Jungkook tidak pernah turut serta di pertemuan itu.
"Dia bahkan absen dalam kelas. Mina, si ketua kelas bilang padaku, Jungkook sedang sakit. Tapi, itu bukan izin resmi, dia hanya mengatakannya lewat pesan." Jimin mencoba memberi informasi pada Seokjin sekadarnya.
"Bisakah kau memberiku alamat rumahnya?" ucap Seokjin. Beberapa hari yang lalu, ia memang sempat memberi tumpangan pada Jungkook, akan tetapi, Jungkook memintanya untuk menurunkannya di depan gang.
Selepas mengajar, Seokjin melajukan mobilnya ke alamat yang diberikan oleh Jimin. Dan ia harus memarkirkan mobilnya di bahu jalan lantaran rumah Jungkook yang memasuki jalanan khusus, dan Seokjin tidak ingin repot-repot memasuki mobilnya ke jalur yang lebih dalam.
Seokjin sudah berdiri di depan rumah keluarga Jeon. Rumah besar yang tertutup rapat pagar roster, berdinding bata. Seokjin berkomunikasi melalui video intercom. Karena tidak ada respon, Seokjin pikir, kemungkinan tidak ada seseorang di dalam. Ia mencoba menekan door bell sekali lagi. "Baiklah, ini yang terakhir kali. Selamat sore. Saya Kim Seokjin, mentor klub teater dari sekolah KIJ. Bisakah saya bertemu dengan Jeon Jungkook?"
Sistem intercom tersambung di beberapa bagian ruangan, termasuk kamar Jungkook. Jungkook sendiri baru menyadari jika seseorang datang ke rumahnya. Ia baru saja keluar dari kamar mandi. "Siapa ini?" Jungkook bertanya tanpa melihat layar.
"Ini aku, Kim Seokjin."
Jungkook spontan menoleh ke arah layar. "Seonsaengnim?" ia tentu terkejut dengan kedatangan sang mentor ke rumahnya.
Setelah berpakaian, Jungkook segera keluar dari kamarnya, dan menuruni anak tangga. Ia melangkahkan kakinya lebar-lebar. "Seonsaengnim? Anda di sini?" ujar Jungkook setelah membukakan pintu gerbang. Ia bisa saja membukanya secara otomatis dari dalam rumah, namun Jungkook lebih memilih keluar untuk membukakannya langsung.
"Kau pasti tau maksud kedatanganku ke sini." Seokjin menyodorkan sekeranjang buah-buahan pada Jungkook.
Jungkook kembali ke ruang tamu dengan dua cangkir teh. "Apa Anda menginginkan yang lain, camilan atau aku bisa memasakkan sesuatu jika Anda bersedia menunggu?"
Mendengar hal itu, Seokjin tersenyum dan nyaris tertawa. "Jungkook-ah, tidak perlu melakukan itu. Keperluanku di sini hanya sebentar."
Jungkook mendudukkan dirinya. Lantas Seokjin kembali bicara, "aku dengar kau sedang sakit?"
"Ah..." Jungkook tampak berpikir. "Itu sebenarnya... Seperti yang Anda lihat sendiri, aku terlihat baik-baik saja."
"Jadi... Apa yang sebenarnya terjadi?"
Jungkook terdiam, ia terlihat bingung dengan apa yang ingin ia jawab.
"Jungkook-ah, jika kau merasa kesulitan, tolong ceritakan sesuatu padaku. Mungkin aku bisa membantumu. Atau jika ada seseorang yang mengganggumu di sekolah, katakan padaku. Aku bisa saja melaporkan tindakan tersebut pada dewan guru."
KAMU SEDANG MEMBACA
Denial [KookJin]
FanfictionSeokjin sangat sadar hubungan pernikahannya dengan Jungkook tidak sehat, namun ia meyakinkan dirinya untuk bertahan. Masalah semakin runyam, ketika Taehyung kembali ditengah kehidupan mereka. Sampai pada titik yang paling lelah, Seokjin memutuskan...