#03 - mencari tahu, layak.

56 16 0
                                    

Happy reading!

⭐️⭐️⭐️

Teringat akan perkataan Hardi pada sore itu. Membuat Galen penasaran, jadi ia ingin mencari tahu dan memastikannya. Dulu Hardi pernah berkata 'jika memang penasaran kamu harus berjuang mencari tahu terlebih dahulu dan temukan kesimpulan menurut kamu itu apa. Jika sudah menemukan atau menyerah, kamu boleh menanyakannya, tetapi jika kamu menyerah, apa kamu layak berjuang? Apalagi, kamu nya saja sudah begini, kak.'

Sungguh, kalimat sederhana yang mungkin sering ia dengar jika ia sedang penasaran tetapi didalam kalimat itu banyak makna yang membuatnya sadar akan suatu hal. Baru Hardi yang menyampaikan kata itu dengan bijak, dengan tambahan kalimat seperti terakhir itu.

"Go, menurut lo, layak tuh kayak gimana sih?" Tanya Galen.

Hugo kebingungan. Ngapain nih anak nanya kek ginian ke gue? Pikirnya.

"Emang ada apaan sih? Kok tiba-tiba nanya ginian ke gue?" Bukannya menjawab Hugo malah bertanya balik kepada Galen.

"Hah? Ya gak pa-pa kali, emang nggak boleh? Lagian gue cuman nanya." Galen memutar bola matanya malas.

Hugo menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu.

"Aduh, Len. Bingung gua jawabnya, gimana ya— oke! Dengerin baik-baik, ya. Layak tuh apa ya? — iya anjing! Santai, becanda gue. Oke, ulang. Layak tuh diibaratkan lo lagi milih pakaian. Misalnya, lo mau pergi ke acara nih. Lo buka lemari lo, milih baju, mana sih baju yang bener-bener layak buat di pakai, layak dalam hal cocok sama tema yang harus di pakai, masih bagus untuk di pakai, dan sebagainya. Jadi kesimpulannya, pikirin sendiri." Dengan enteng Hugo mengakhiri kalimat itu dengan watados.

"Serius, anjing!" Umpat Galen.

"Ya lo pikirin kesimpulan apa yang lo dapet, dari contoh yang gue uraikan. Yang menurut lo, kalau menurut gue pasti beda lagi kan ya. Mungkin sebagian doang kali yang punya pemikiran sama. Tapi balik lagi, setiap orang punya pemikiran dan pendapat yang beda-beda. Kalau sama, lo punya otak tapi kagak di pake! Bego itu namanya!" Sewot Hugo diakhir kalimatnya.

"Menurut lo gimana, Go?" Tanya Galen.

"Tergantung, lo nanya gini dalam hal apa. Cinta, barang, atau apa? Bingung gua. Tiba-tiba nanya ginian. Otak gue langsung shock nyerna nya." Kata Hugo.

"Cinta?" Galen ragu-ragu.

Hugo terkekeh geli. "Dalam hal kayak gitu, layak tuh dapat diartikan sebagai pantas begitupun sebaliknya. Tapi, layak gak sepenuhnya pantas dan pantas gak sepenuhnya layak. Misal, si Nevan nih ya. Punya cewek lain dalam artian cewek sebelum si ceweknya sekarang, mantan lah ya. Mereka ngerasa sama-sama cocok, se- frekuensi, tetapi mereka gak menyadari si layak yang terus ngikutin mereka. Mereka nyadarnya gitu ya karena kisah mereka mulus gitu. Tapi, tiba-tiba ada problem dan akhirnya si layak ini jadi penghalang paling depan buat mereka. Cocok dan se- frekuensi pun percuma, Len. Kalau kitanya gak layak atau pantes di mata orang lain, kayak ortu si cewek. Harga diri lo bakal turun tuh, hati lo juga bakal stuck terus. Ibarat mau bangun rumah harus ada material atau komposisi yang dibutuhkan dan harus dibeli untuk membuat rumah jadi bagus, tahan lama, dan kokoh." Jelas Hugo.

"Ngerti gak apa kata gue?" Lanjut Hugo.

"Gue gak sebego itu kali. Paham lah." Galen menyombongkan dirinya.

Dari Mata Turun ke Hati || Jake EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang