prolog

93 19 1
                                    

y'all bisa baca disclaimer sebelum kata happy reading di chapt sebelumnya. saya harap kalian bisa pahami itu, jangan lupa 4 hal, share, comment, follow, and vote.
happy reading.

♡♡♡♡

di Dago, hujan terus mengguyuri sebagian tempat di daerah Bandung. Galen Madhava, pemuda yang sedang berada diatas motornya dengan secangkir teh hangat yang ia beli, berteduh sembari menikmati setiap air hujan yang turun.

ia masih menikmati sore itu dengan guyuran hujan yang membasahi jalanan. padahal ia ingin melihat senja dengan motornya tetapi awan yang sudah tak kuasa membendung air didalamnya menumpahkan semua yang ia bendung sedari tadi. tak apa, lain kali ia bisa melihat senja dengan motornya, Ajay.

"kapan berhenti nya sih nih hujan?" gumam Galen.

ia meminum kembali teh nya dan melihat jalanan tiba-tiba ia melihat seorang gadis cantik yang sepertinya mencari tempat untuk berteduh.

"kasian bet tuh cewek, kehujanan, gue samperin dah." monolog Galen dengan inisiatif- nya, ia menghampiri si gadis.

Galen melepas jaket yang ia pakai tersisa kaos lengan pendek yang terpasang di tubuhnya, "hai? sorry ya gue tiba-tiba masangin lo jaket gue kayak gini, aman kok, gak bau, udah gue semprot parfume, by the way lo cari tempat buat neduh ya? ikut gue, nanto gue anterin lo pulang." tutur Galen.

"aku gak mau ngerepot-"

"nggak repot, serius."

"iya, iya. tapi jaket nya, pakai berdua aja ya? diatas kepala? boleh kamu pegang- in, kak? soalnya aku pendek, hehehe." cengir si gadis.

Galen terkekeh kecil lalu memegang jaketnya lalu ia rentangkan dan mengangkat jaket yang ia pegang dan menutupi atas kepala keduanya. keduanya tersenyum dengan berlari menyebrang jalanan.

"nama lo siapa? gue kayak gak asing sama lo, kampus mana?" tanya Galen ketika mereka sudah sampai di tempat Galen berteduh.

"UPI, kak. my name is, Gistara Pranatha, can you call me whatever u like!" riang si gadis, Gistara. "wow! it's beautifull name, of course beautifull like you! haha" tawa Galen, tapi jujur ia begitu tulus mengatakan itu.

"jangan ngeledek ih!" rajuk Gistara.

"haha, maaf. gak ngeledek kok, sumpah. pengen ketawa aja, emang salah?-"

"salah!" ketus Gistara.

"iyaa, maaf ya ra? semester berapa kalau boleh tahu?" tanya Galen lagi.

"dua sih, kak."

"i see, dan kebetulan gue juga di UPI, kok. gue kating lo, semester 4. tahu gue kan?" Galen bertanya. "kayak kak Galen?" tebak Gistara.

"lo bener."

"oh my god?! really? ini wakil ketua basket and si wakil BEM ini?!" Galen dapat menebal jika Gistara akan terkejut.

"gak usah berlebihan, ra."

"nggak, kak! nggak berlebihan ini, aku kaget beneran."

"iya, iya."

hening, mereka sudah kehabisan topik.

mereka kembali untuk menikmati jalanan Dago yang kian air hujan turut sedikit demi sedikit mulai reda.

"mau pulang, ra? lo ganti baju, nanti masuk angin, baju lo basah. jaket gue biar di elo aja, titip ya, dm gue aja kalau lo mau balikin." ajak Galen.

"boleh deh kak."

kedua sejoli, ya semoga saja, kini berada diatas motor menelusuri jalanan Dago yang akan mereka tinggalkan, hujan pun mulai turut reda, angin semilir menerpa kulit yang membuat Galen merinding kedinginan, Gistara menyadari itu, pergerakan kecil yang Gistara dapat rasakan dari Galen membuat ia spontan memeluk Galen.

Galen tentu terkejut, tapi ia juga merasa senang, ada sebuah kehangatan, kenyamanan yang ia rasakan saat Gistara memberi afeksi pada dirinya.

"gue ngerasa jadi orang paling beruntung kalah kayak gini, terimakasih Dago dan Hujan." - Galen.

"damn, it's really? these butterflies, am i really catching feelings? apa gue harus berterimakasih kepada Tuhan, Hujan, dan Dago? kalau begitu, terimakasih. i'm so lucky girl. maybe, i love you, kak Galen Madhava." - Gistara.

Dago, terimakasih.




.


nt. terimakasih, semoga nge feel ya.
TBC.

Dari Mata Turun ke Hati || Jake EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang