Prolog

5 1 0
                                    

Namanya Samudra Bintang Dewana. Seantero sekolah tahu bahwa Sam adalah cowok populer dengan ketampanannya yang di atas rata-rata. Rambut hitamnya yang ikal, manik matanya yang berwarna biru laut, senyumannya yang manis, dan sikapnya yang ramah pada siapapun membuatnya memiliki banyak teman. Tidak jarang Samudra suka mendapatkan banyak surat cinta dan juga pengakuan cinta dari perempuan di sekolahnya maupun di luar sekolah.

Dan di hari kelulusan SMP, seorang gadis tengah menetralkan rasa gugupnya. Tangannya sudah bergetar meskipun ia sudah berusaha untuk tenang. Keringat dingin mengucur. Ia ingin pergi, namun akan terlambat, mungkin saja ia akan bertemu dengan si dia di tangga, atau mungkin saja si dia tidak benar-benar menemuinya. Berbagai macam pikiran negatif mulai menyerangnya. Sebisa mungkin ia ingin terjun dari rooftop jika malu. Ya, dia malu. Karena hari ini ia akan mengutarakan perasaannya.

"Mm..., turun aja kali ya? Lagian, Sam gak mungkin ke sini. Dia kan sibuk." gadis itu bergumam sembari teterusan memilin androk biru tuanya. "A-Aduh, gimana kalau Sam di tangga terus ketemuan?"

"Lan?"

Mampus aku! Gadis itu membatin berteriak. Dengan perlahan dia menaikan wajahnya dan melihat Samudra yang berjalan mendekatinya. Dia menelan salivanya. Tidak kuat melihat betapa silaunya Samudra.

"Ada apa ... manggil gue." Samudra terlihat aneh, ia seperti sedang badmood, apalagi tatapannya tidak mengarah pada gadis yang akan mengutarakan perasaannya.

Melihat itu, si gadis langsung tersenyum canggung. "Kamu jadi peringkat satu lagi ya? Selamat ya Sam!" seru gadis itu mencairkan suasana. Samudra memalingkan wajah ke depan, namun matanya tidak mengarah pada gadis itu, melainkan menghindari tatapan gadis itu.

"Makasih Lan."

Gadis itu masih tersenyum. Dirinya tahu bahwa ia tidak memiliki kesempatan untuk menjadikan Samudra miliknya. Mereka hanyalah teman selama ini, tidak lebih. Tentang Samudra yang selalu menemaninya ketika ada tugas di luar sekolah adalah hal biasa bagi pertemanan. Apalagi tentang Samudra yang memberinya tumpangan hingga ke pulang rumahnya.

"Hmm ... kalau misalnya gak ada yang perlu di omongin, gue ke bawah dulu."

Gadis itu menggeleng pelan. "Ma—Masih ada sih." akhirnya ia memutuskan untuk mengutarakan perasaanya, daripada ia harus di hantui rasa pengecutnya dan penyesalannya. Karena Samudra adalah cinta pertamanya.

"Terus apa?" Samudra bertanya.

"Kalau ada yang suka Sam, Sam bakalan apa?"

"Mm, nolak. Soalnya gua lagi gak mau pacaran."

Hancur sudah hatinya. Ia tidak memiliki kesempatan untuk merasakan sedikitnya arti cinta yang sebenarnya. "Oh gitu ya."

"Iya."

Gadis itu mencengkram androknya, menahan tangis yang sedari tadi mendesak ingin keluar. Cintanya kini bertepuk sebelah tangan. Cowok blasteran yang berdiri didepannya adalah orang yang mambuat dirinya jatuh cinta hanya dalam sekali tatapan. Dan sekarang, gadis itu merasa bahwa ia sama seperti perempuan lainnya, perempuan yang sudah di tolak oleh Sam, dibuat jatuh cinta kemudian di tolak dengan alasan; tidak sedang ingin pacaran. Dan nyalinya tiba-tiba menciut karena hal itu.

"Emangnya kenapa?"

Si gadis tersentak kaget ketika di tanya hal itu. Ia mencoba untuk tetap senyum meskipun tidak yakin bahwa suaranya akan terdengar berbeda. Pada akhirnya gadis itu memalingkan wajah menatap langit biru yang terlukis indah di angkasa.

"Ada temen aku yang suka sama Sam. Jadi aku tanya dulu ke Sam, biar nanti..., temen aku bisa nyiapin hatinya kalau-kalau di tolak sama Sam. Hehe."

Dia bohong. Dan Samudra tidak menyadarinya.

"Gitu ya..."

Keduanya hening, tidak ada yang bicara setelah itu. Pada akhirnya Samudra memutuskan untuk turun ke bawah, meninggalkan si gadis bersama hatinya yang remuk.[]

Rembulan di Dalam Samudra (On Going)Where stories live. Discover now