01 : Rembulan Ayu Safiraputri

1 0 0
                                    

Bagi Bulan yang membenci pelajaran Kewirausahaan, hari ini adalah hari yang teramat sial. Jika ia di lahirkan sebagai troublemaker seperti di novel-novel dan masa bodoh dengan mata pelajaran, mungkin saja Bulan akan membolos dan pergi ke warung Pak Dudung menikmati segelas teh manis dingin. Lalu mendengarkan musik lewat headset dan bercanda bersama Pak Dudung. Tapi, kenyataan menamparnya. Sebagai salah satu murid dengan beasiswa penuh, Rembulan Ayu Safiraputri harus menjaga nilainya agar tidak menurun, dan sebisa mungkin menjauhkan kata bolos dari kamusnya.

Ngomong-ngomong, perkenalkan orang yang sedari tadi menahan kantuk. Namanya adalah Rembulan Ayu Safiraputri. Bukan Safira Putri. Karena namanya yang menyatu itu, Bulan harus bulak-balik ke sekolahan lama demi membetulkan ijazahnya. Seperti namanya, Ayu. Bulan memiliki senyuman yang manis dan membuat orang yang melihatnya akan merasakan adem. Lalu wajahnya yang ayu dan cantik tanpa polesan make-up membuat dirinya banyak di sukai.

"Jangan tidur woi. Lo tau kan Bu Niar itu galak." teman sebangkunya berbisik. Namanya adalah Anindira Mayasari. Di panggilnya Anin, atau kadang Dira, bisa Maya, bisa Sari. Tapi Bulan biasa memanggilnya dengan sebutan Dira.

"Iya, Dir, iya." Bulan menghela nafas lelah kemudian mengubah posisi duduknya. "Eh Dir, kamu ada permen gak? Seriusan ih, ngantuk." desak Bulan menyikut lengan Dira dengan pelan.

Dira memutar bola mata sebal. Lantas ia mencari-cari di setiap saku, kemudian di tasnya, lalu terakhir di kantung jaketnya. Mata Dira kemudian berbinar dikala menemukan sebuah permen berwarna merah di kantung jaketnya, lalu setelah itu ia memberikannya pada Bulan. "Kalo gak salah sih, ini permen kecuci pas kemaren jaket gue di cuci. Tapi kayaknya gak apa-apa, soalnya rapet gini."

Penjelasan Dira membuat Bulan melotot. Mana mau ia makan permen yang sudah kecuci! Bisa jadi dirinya sakit perut nanti, atau malah sakit keras yang mengakibatkan di operasi.

"Dira ini ya, sukanya bercanda." Bulan berdecak kesal kemudian kembali membaca buku novelnya yang berada di atas meja. Sebagai obat menetralisir rasa ngantuk sebenarnya.

"Rembulan Ayu!"

Deg!

Bulan buru-buru menutup buku novelnya. Jantungnya seketika berdebar seratus kali lebih cepat disaat Bu Niar memanggilnya. Selain membenci pelajaran Kewirausahaan, ia juga tidak suka dengan guru mata pelajarannya, Bu Niar. Selain suka memberi tugas yang banyak, beliau juga suka bertanya tentang materi pada murid dengan tiba-tiba. Seperti yang di rasakan oleh Bulan saat ini.

"Jelaskan tentang siklus hidup pasar!" sentak Bu Niar membuat Bulan merinding.

Diam-diam Bulan melirik Dira kemudian berbisik. "Kamu tau gak?"

"Boro-boro! Dari tadi kan kita ngobrol!"

Tamat sudah riwayat Bulan. Ia kembali menatap Bu Niar yang sedang menunggu jawaban dari Bulan. "Em ... itu Bu ... anu ..."

"Anu! Anu! Yang benar dong jawabnya! Tadi kan sudah saya jelaskan!"

Bulan tersentak pelan kemudian ia menunduk. "Maaf Bu."

Bu Niar menghela nafas pelan. "Makanya jangan ngobrol terus! Sana keluar kamu!"

Dan benar-benar hari yang teramat sial bagi dirinya sekarang. Bulan pergi keluar kelas membawa handphone nya dan diiringi tatapan iba dari Dira. Selangkah dari pintu kelas, Bulan masih murung. Namun setelah itu ia tersenyum lebar kemudian berlari kecil menyusuri lorong.

Akhirnya ia bisa terbebas dari pelajaran Kewirausahaan!

Pilihan terakhir selain ke perpustakaan adalah bersantai di rooftop. Tadi sebelum menaiki tangga menuju rooftop, Bulan sempat meminjam novel dari perpustakaan sekolah. Jadi ia bebas bersantai menikmati semilir angin dan membaca buku novel romansa yang membuatnya berhalu memiliki kisah cinta.

Rembulan di Dalam Samudra (On Going)Where stories live. Discover now