Prolog! 『一个字』

71 4 0
                                    

*Peringatan!
Dimohon bijak dalam membaca, berkomentar lah dengan bahasa yang baik & sopan. Cerita ini hanyalah fiksi, bila ada kesamaan latar, kejadian dan tempat itu adalah kebetulan semata, dan ini merupakan karya asli, tidak mengizinkan siapapun untuk memplagiat cerita saya, bila ada yang menemukan cerita ini di plagiat, mohon berkomentar agar saya tahu.

Terimakasih bagi yang menyukai dan mendukung karya saya. Saya berterimakasih sebesar-besarnya.

一个字

Wanita itu menatap pintu yang seperti jaring-jaring besi terbuka, langkah tegas seseorang masuk, lelaki itu menarik lengannya dan membuat wanita itu berdiri tegak.

Di mata wanita itu tampak penuh dengan kegelapan dan rasa benci, tidak terlihat ada semangat hidup dalam sinar matanya.

Wanita itu hidup tapi jiwanya mati. Lelaki itu memegang bahunya dan menatapnya dengan tatapan dingin.

"Istriku, anda adalah seorang permaisuri, tapi anda tidak mencerminkan posisi itu, lalu untuk apa anda ada di posisi ini? Anda sungguh ingin mati seperti ini?"

Ucapan lelaki itu hanya dianggap angin lewat, ia tidak ada keinginan untuk menjawabnya. Semua suara yang di dengar nya bagaikan tusukan jarum, yang bahkan bisa menusuknya dengan sekali tusukan.

"Misaki Ueno! Aku bertanya padamu! Apa kau benar-benar melakukan hal itu?! Apa kau ingin mati seperti ini? Dengar! Jika kau bilang iya! Aku yang akan memenggal kepalamu!"

Teriakan itu membuat Misaki menatap lelaki jangkung dihadapannya, ia memberikan tatapan layaknya orang mati.

"Iya, aku yang melakukan nya." sahut Misaki tanpa jeda sedikit pun, lelaki itu menurunkan lengannya dari bahu wanita itu dan berbalik pergi dari sana.

Setelah lelaki itu pergi, dua penjaga masuk dan menuntunnya ke luar, langkah kakinya mampu membuat lorong-lorong hening menjadi terasa bising, karena kaki wanita itu terpasang rantai yang menarik sebuah besi bulat, lalu rantai itu mengikat di pergelangan mata kakinya. Hal itu membuat langkah kakinya berat dan juga membuat pergelangan kakinya terluka.

Misaki Ueno dibawa pada alun-alun kota di waktu malam tiba, di sana semua rakyat berkumpul untuk menyaksikan kematiannya, ada pula hal mengejutkan terjadi.

Matanya yang tidak berkilau cahaya kini berganti dengan tatapan terkejut dan penuh kesedihan, ia tidak tahu harus melakukan apa, tapi di sana ia menatap putrinya sendiri sudah tergeletak dengan penuh darah.

Ia dapat melihat leher wanita itu tergores pedang dengan tajam, Misaki berlari dengan rantai berat itu menuju putri tercinta nya.

Ia memegang wajah anaknya, meraih kepalanya yang sudah penuh darah, meletakkan kepalanya dia pangkuan nya, ia melihat senyuman bersinar dari putrinya, dan juga air matanya yang belum mengering.

Pada kondisi seperti itu, kesedihan menghampiri, ia memeluk putrinya dengan hatinya yang terasa sakit.

"Jangan pergi, jangan pergi, putriku~ Minami putriku~ jangan pergi~"

Tangisan seorang ibu saat melihat putrinya mati itu menjadi bahan tontonan yang mengharukan, tapi suasana itu tak bertahan lama.

Sang suami naik ke altar tempat kematian itu dengan membawa pedang kebanggaan nya.

Wanita itu yang masih meraung bersedih tidak memperhatikan sekitarnya, ia masih setia memeluk putrinya dengan perasaannya yang amat begitu sedih.

"Putrimu ikut terbunuh karena dia membantumu dalam tragedi itu, dan aku tidak repot-repot membunuhnya dengan pedangku, ia menyayat lehernya sendiri. Ku akui putrimu sangat pemberani, ia mampu menanggung semua dosa yang ibunya lakukan." ujar Sasaki Takuma penuh dengan kata-kata nya yang menohok batin.

Going on time in the two months night [Sasusaku Ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang