Happy Reading.
Napas Nathan terengah ketika kakinya baru saja berlari kencang membelah kesunyian lorong demi mendatangi tempat yang sering ia kunjungi. Peluhnya menghias dahi, jantungnya berpacu kencang ketika kakinya berdiri di depan seorang dokter yang sudah menunggu kedatangannya sejak tadi.
"Bagaimana?"
"Kekasihmu tadi mulai menunjukkan pergerakan motorik."
Nathan tak tahu kapan ia merasa sebahagia ini pasca ditinggal tidur oleh Yesaya selama bertahun-tahun. Matanya menatap ke arah kaca yang menunjukkan pujaan hatinya sedang berbaring dengan bantuan alat-alat di tubuhnya. Tatapan Nathan melembut, irisnya yang biasa menghunus orang lain dengan intimidasi itu berbalik delapan puluh derajat ketika berkaitan dengan Yesaya, pujaan hati dan belahan jiwa Nathanael.
"Sepertinya dia juga berjuang keras untuk kembali padamu, Nath."
"Aku juga berharap gitu, Lau."
Dokter muda yang menghubungi Nathan tadi tidak lain adalah Laura; seorang dokter yang menjadi saksi bagaimana jatuh bangun Nathan menunggu kekasihnya sampai terbangun dari koma.
"Kamu mau ketemu sama dia?"
Tanpa dijawab pun Laura yakin jika Nathan menghendaki. Akhirnya ia pun membawa Nathan untuk masuk ke ruang khusus sebelum menjumpai pujaan hatinya mengabaikan seseorang yang sudah menunggunya pulang.
Di lain sisi, Yasha mengetukkan kuku ke atas meja memandang beragam makanan yang baru saja ia datangkan untuk menyambut makan malam bersama Nathan karena lelaki itu menolak diajak makan di luar. Alasannya?
'Gue males kalau harus ngebungkam media kalau ada yang tau gue jalan sama kupu-kupu malam. Resiko buat gue kalau sampai gambarnya sampai di keluarga gue.'
Meski seratus persen bahwa Yasha adalah kupu-kupu malam, namun tiap kali Nathan mengingatkan bahwa pekerjaannya adalah melacur—jujur saja hatinya sedikit sakit. Sedikit. Sebagai manusia biasa, kadangkala Yasha juga memiliki titik jenuh dan saat-saat merefleksi diri. Ia sadar bahwa apa yang sedang dia jalani adalah hal menjijikkan. Namun Yasha berhasil mengelabui tiap orang dengan wajah tak pedulinya seolah hal ini terjadi karena ia suka, karena Yasha suka menukar service-nya dengan segepok uang.
Pesan yang ia kirimkan tak kunjung dibalas Nathan. Ia pun tak seberani itu untuk menelepon si dominan. Ingat! Hubungan mereka itu hanya dekat di ranjang, selebihnya tidak ada sesuatu yang spesial.
Mengembuskan napas berat, Yasha pun membuka piring karena kedatangan Nathan tak kunjung membawa tanda-tanda.
"Emang lo tuh siapanya?" gumam Yasha pada kesendirian, ia cicipi rasa lezat dari makanan yang telah disajikan dengan tangannya; berharap lebih bahwa hidangan ini bisa dia nikmati bersama Nathanael yang sedang menikmati waktu bersama pujaan hatinya.
***
Renjana terengah.
Pemuda yang berbaring telanjang di bawah kungkungan Marco itu memejamkan mata ketika ia merasakan hangat menyentuh tubuhnya. Dadanya naik turun mengatur napas, mengeluarkan udara panas karena kegiatan yang baru saja mereka lalui.
Cup!
Pipi Renjana dikecup oleh Marco. Lelaki itu mengusap peluh pada wajah cantik pemuda yang sedang terpejam, agaknya menikmati euphoria pasca pelepasannya. Marco berbaring di sampingnya, ia tarik selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya dan juga si pemuda. Lengan besarnya melingkupi tubuh Renjana, menarik si pemuda agar memeluknya.
"Kamu besok kuliah apa?"
"Pagi." Dengan mata terpejam, Renjana membalas ucapan Marco yang bertanya padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGES | JAEMYANG
FanfictionKisah satu malam itu mengubah segalanya; tentang cinta dan kesakitannya