Happy Reading.
Apa jatuh cinta itu? Apa gunanya jatuh cinta? Apa gunanya memiliki perasaan bodoh yang hanya akan menyiksamu? Bertahun-tahun berpikir bahwa ia tinggi hati tak akan menyecap perasaan menyukai seseorang. Tak ada gunanya, pikir Yasha selama ini. Lalu Tuhan menghadirkan manusia bodoh yang entah mengapa membuat hatinya terenyuh untuk melindunginya.
Yasha berdecak.
Ia mengembuskan napas berat seiring dengan air dalam gelas yang teguk cepat. Yasha merutuki kebodohan Renjana sekarang. Pemuda yang sudah ia wanti-wanti untuk tidak memiliki perasaan pada partnernya itu malah berlakon sebaliknya. Renjana malah mengungkap secara terang-terangan bahwa ia mencintai partnernya, lelaki beristri yang hanya menjadikan Renjana simpanan.
Bodoh! Bodoh! Bodoh!
Yasha memaki Renjana berkali-kali, namun pemuda itu malah menunduk dan menangis membuat ia terpaksa menghentikan ucapan kotornya pada si pemuda. Yasha benci mengakui, namun Renjana memiliki sisi lain yang membuat hatinya tergerak melindungi pemuda itu. Menganggap Renjana seorang teman meskipun Yasha tak pernah memiliki satupun sebelumnya.
"Nih minum," ucap Yasha memberikan Renjana segelas air minum karena pemuda itu masih menangis sesegukan di depannya sampai dia menahan kekesalan.
Renjana menerima secara terbuka, bibirnya yang gemetar itu berucap, "Terima kasih," dengan senyuman manis tersemai di wajah berantakannya.
Hal inilah yang membuat Yasha tersentuh. Hatinya yang keras itu terketuk saat melihat Renjana—sosok yang rapuh dan lugu. Netranya menatap Renjana seksama, melihat bayangan seorang anak kecil yang hilang arah beberapa tahun lalu. Renjana mungkin sama seperti Yasha dulu, namun bedanya pemuda ini lebih banyak menerima afeksi kasih sayang. Renjana mungkin terbiasa diperlakukan dengan lembut dan hidup di lingkungan baik—tak sepertinya yang sejak kecil diselimuti dalam bayangan dunia hitam.
"Setelah ini lo tidur aja, gue udah siapin tempat buat lo nginep dibanding sendirian di apartement."
Manik pemuda di depannya mengerjap lucu. Renjana yang masih menggenggam erat gelas kaca pemberian Yasha itu membuka mulut, "Nggak papa?" tanyanya lirih membuat Yasha mengangguk secara terpaksa.
"Gak papa, lo tidur aja."
Renjana tersenyum lebar. Pemuda itu langsung memberikan Yasha sebuah pelukan hangat, wajahnya yang masih meninggalkan jejak air mata itu berubah menjadi sumringah.
"Kak Yasha baik banget! Terima kasih ya Kak, aku beruntung banget bisa kenal sama kakak," puji Renjana seraya melepaskan pelukannya dan menatap Yasha dengan binar mata bahagia seolah menunjukkan betapa bahagia hatinya dia bisa mengenal Yasha.
"Anak gak guna lo!"
"Gak becus jadi anak, nyesel gue ngehidupin lo selama ini."
"Ck, gue udah gugurin lo berkali-kali juga masih kukuh buat idup, udah tau idup gue susah malah makin sengsara melihara lo."
"Bayar sekolah lagi?! Cih, mana yang bilang kalau anak bisa datengin rezeki. Dateng bawa tagihan, iya!"
"Kapan lo bisa gak nyusahin gue? Idup lo dari dulu nyusahin mulu."
Yasha terpekur dalam lamunannya, otaknya sibuk mengasah memori saat tubuhnya ditendang, kulitnya disentuh oleh puntung rokok, rambutnya ditendang, atau dia yang sering menjadi samsak kemarahan orang yang ia sebut sebagai ibu.
Yasha hidup dengan bayang-bayang kebenciaan ibunya, seorang pekerja malam yang dititipkan anugrah atau mungkin musibah mengandung dirinya. Maka jangan heran mengapa Yasha bisa terjun ke dunia, sebab darah itu mengalir; darah seorang pelacur yang bahkan tak akan bisa menjawab siapa ayah dari Yasha. Sebab itulah Yasha membenci untuk memiliki hubungan, di sisi lain ia tak percaya dengan omong kosong cinta. Yasha juga cukup sadar diri bahwa tak akan ada satupun orang yang pantas untuk dirinya yang terlanjur rusak.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGES | JAEMYANG
FanfictionKisah satu malam itu mengubah segalanya; tentang cinta dan kesakitannya