Happy Reading.
"Bang Nathan?!" sapaan itu sontak saja membuat Yasha menoleh ke belakang mendapati Nathanael berdiri di sana dengan tatapan datar yang sumpah demi apa pun membuat bulu kuduknya merinding.
Sentuhan pada pinggangnya dilepaskan, Yasha lebih dulu menampik tangan lelaki itu. Tubuh jakungnya mundur, bibirnya mengaduh karena pukulan Yasha pada pergelangan tangannya yang keras.
"Huh, kamu emang suka marah-marah ya? Tadi marah, sekarang marah lagi."
Kaki Nathanael berjalan mendekati keduanya, berhasil meremangkan bulu kuduk Yasha melihat sirat dari tatapan dominan itu padanya. Tidakkah Nathan terlihat marah padanya sekarang?
"Kamu kenapa di sini?"
"Bang Nathan," sapa lelaki itu menyalami Nathanael akrab, "menemui dia nih, aku juga baru tau kalau Ayasha tinggal di sini."
Kening Yasha mengerut. Matanya memicing seolah-olah lelaki di depannya itu kenal dekat dengannya. Padahal mereka baru saja bertemu tapi lagaknya sudah bertahun-tahun mengenal.
Nathan melirik Yasha dengan sengaja, seolah memperlihatkan bahwa dia dan pemuda itu tak saling mengenal. Kehadirannya di sana tentu membuat Yasha merasa terintimidasi, alhasil ia pun berancang-ancang ingin pamit sebelum ucapan lelaki asing tadi menghentikan gerak bibir Yasha.
"Kamu nggak tau ya, Sha? Bang Nathan ini pemilik apartement kamu tinggal."
Yasha nyaris menjatuhkan rahang. Ia menganga dengan aneh yang malah terlihat lucu di mata si lelaki. Yasha tahu sih kalau Nathanael itu kaya, tapi tak pernah terpikir dalam otaknya bahwa dominannya setajir ini. Pantas saja dia berani membuang uang bahkan menyerahkan credit card padanya. Tahu begitu Yasha tak segan menguras isi dompetnya jika Nathanael setajir ini. Bukan malah menghemat limit kartu yang diberikan Nathanael sejak lelaki itu meminangnya sebagai mainannya.
"Oh, temanmu ini tinggal di sini?" tanya Nathan membuat kening Yasha mengernyit.
Cih, lagaknya kayak nggak pernah tidur bareng aja.
"Iya," balas Yasha mengikuti alur permainan Nathan yang berpura-pura tak mengenalnya. Jelas tak sudi jika citranya rusak karena memiliki hubungan dengannya.
"Nathanael."
"Ehm, Ayasha."
Jabatan tangan itu membuat Yasha menahan sakit karena demi apa pun ia bisa merasakan bahwa Nathan sedang meremas—meremukkan pergelangan tangannya dengan kencang. Bibirnya mendesis kecil dengan mata yang menatap Nathan penuh permohonan seolah berkata lepaskan. Saat jabatan tangan terputus, Yasha menyembunyikan tangannya yang memerah. Pasti. Itu sangat pasti mengingat Nathan meremasnya sangat kuat.
"Kalau gitu gue pergi dulu—"
"Segini aja? Nggak ada ucapan terima kasih karena jasaku?" Perkataan Keano yang terdengar ambigu membuat Yasha memandangnya dengan delikan mata. Sial benar! Lelaki ini seperti memantik api di tubuh Nathan yang sudah berkobar. "Ayo makan, restaurant di sini ada menu enak banget."
Yasha benar-benar mati. Ia pikir dia akan habis malam ini karena si lelaki kurang ajar itu dengan ringannya merengkuh tubuhnya seolah mereka sudah mengenal sangat amat lama.
***
PLAK!
Wajahnya terlempar ke samping ketika tamparan kencang itu dibubuhkan pada pipinya yang lembut. Si pemuda yang jatuh terduduk dengan rambut berantakan dan mata memerah membuat siapapun akan iba memandangnya. Namun, siapa yang peduli? Siapa yang akan peduli dengannya manusia malang sepertinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGES | JAEMYANG
FanfictionKisah satu malam itu mengubah segalanya; tentang cinta dan kesakitannya