Gelas kopi Mew terisi air comberan yang menggenang di dekat bengkelnya. Semakin mobil itu di gas, semakin banyak air yang masuk ke gelas kopi Mew, bahkan hingga menyiram wajah dan seluruh tubuh Mew.
"Bangsat!" Mew bangun dari kursinya lalu di menghampiri mobil yang terjebak di lubang comberan.
Brakkk...
Mew memukul body mobil bagian depan.
"Keluar kalian!"
"Apa aku bilang Gulf! Di depan jalannya berlubang."
"Tidak perlu buka pintu, gas saja mobilnya."
"Gas bagaimana ban mobilnya nyangkut."
"Gas saja bodoh!"
"Aku takut, pria di dapan sana sangat besar."
"Maka dari itu gas, sudah aku katakan sejak tadi biar aku saja yang bawa mobilnya kau tidak mau mendengarkanku."
Kedua remaja itu saling menyalahkan di dalam mobil, sedangkan Mew sedang menunggu mereka keluar dengan memasang wajah iblisnya.
"Keluar kalian berdua!"
"Gas Poom! Kita keluar, kita mati."
Bremmmm..
Poom menginjak gas namun mobil mereka tidak mau maju, karena ban mobil bagian belakang masuk lubang.
Karena si pemilik mobil tak mau keluar akhirnya Mew mengambil obeng panjang lalu menusuk ban mobil bagian depan.
"Sialan, ngajak ribut tu jantan!"
Akhirnya Gulf membuka pintu mobilnya lalu dia keluar pas sekali kakinya mendarat di comberan.
"Kenapa kau tusuk ban mobilku, jika Mamiku tau bisa di ambil Atmku!"
"Perduli apa aku dengan Atm mu kau lihat ini sialan, wajah dan seluruh bajuku kotor karena perbuatanmu."
"Aku? Kau tidak salah menuduhku! Jelas-jelas yang salah jalanan siapa suruh ada lubang di jalanan mana banjir lagi."
"Aku tau bukan pertama kali kau lewat jalan ini, kau sudah tau kan di sini ada lubang? Tapi kenapa kau masih lewat pinggir."
"Terus lewat mana? Aku pakai mobil bukan helicopter, kau ingin aku terbang di atas wajahmu, baru air saja yang menyentuh wajahmu sudah berisik bagaimana kalau api neraka yang membakar wajahmu."