17

3K 249 11
                                    

Keesokan paginya, dokter yang memeriksa Haechan bilang jika keadaan Haechan masih belum membaik, demamnya masih tinggi meskipun Haechan selalu bilang jika dirinya masih baik-baik saja. 

Sejak pagi tadi Jeno sudah berada disamping Haechan, lelaki itu entah karena alasan apa tidak bisa tidur semalaman. 

"Saya sudah memberikan obat, jika demamnya belum turun malam ini saya menyarankan agar Tuan Haechan di bawa ke rumah sakit," ujar dokter, kepala Jeno mengangguk sebagai jawaban. 

"Terimakasih," setelah kepergian dokter, Jeno kembali duduk disamping Haechan sambil melakukan beberapa pekerjaan yang belum selesai. 

Haechan menolehkan kepalanya ke arah Jeno sebelum memeluk lelaki itu, "Kepalaku sakit sekali," ujarnya, tangan kanan Jeno mengusap kepala Haechan dengan lembut. 

"Istirahatlah," 

"Jeno, kalian tidak akan menjualku seperti bagaimana dia menjualku kan?" tanya Haechan.

"Tidak akan kubiarkan hal itu terjadi padamu, tidurlah jika kau mau. Atau kau menginginkan sesuatu?" tanya Jeno. 

"Mungkin milkshake strawberry," jawab Haechan. 

"Baiklah, tunggu disini," Jeno beranjak dari posisinya kemudian berjalan keluar untuk membuatkan pesanan Haechan, anak itu memaksa dirinya untuk memegang ponsel meskipun kepalanya berdenyut ketika matanya terpapar sinar ponsel. 


Tuanku

Tuan, aku tahu Tuan mengawasiku lebih ketat hari ini. Ada apa?


Sementara itu Jaemin yang berada dikamarnya nampak berfikir sejenak sebelum membalas pesan Haechan. 

Tuanku

Tuan, aku tahu Tuan mengawasiku lebih ketat hari ini. Ada apa?

Ke kamarku sekarang.


Haechan mencoba untuk bangun, meskipun ketika dia tidur tidak terlalu terasa, rupanya ketika dirinya bangun tubuhnya baru terasa remuk. Namun meski demikian Haechan tetap memaksakan tubuhnya untuk bangun dan berjalan ke kamar Jaemin meskipun sambil berpegangan pada tembok. Dalam pikirannya hanya ada satu, jangan menentang dan mengecewakan tuannya. 

Haechan hampir saja jatuh ketika sudah berada di depan kamar Jaemin, pria itu menunggunya di pintu yang terbuka. Dengan sigap Jaemin menggendong tubuh Haechan, menutup pintu kamar dengan kakinya lalu berjalan ke kasur.

"Tuan, apa ada yang bisa aku bantu?" tanya Haechan. 

"Dengan keadaanmu yang seperti ini, mustahil kau bisa berbuat banyak Haechan," Jaemin menidurkan Haechan di kasurnya, 

"Lalu ada apa Tuan memanggilku?" tanya Haechan, setelah itu Jaemin duduk disampingnya, menyalakan televisi lalu menyerahkan remote pada Haechan.

"Aku hanya ingin kau disini," jawabnya. 

Jaemin mengambil ponselnya, "Sebutkan makanan dan minuman," ucap Jaemin yang lebih seperti perintah, maka Haechan menyebutkan saja apa yang dipinta oleh Jaemin. 

Tak lama kemudian mereka berdua mendengar ada ketukan dipintu, saat pintu terbuka yang datang adalah Jeno. Kemungkinan hanya ada dua jika ada yang mengetuk pintu kamar Jaemin, kalau bukan Jeno berarti Renjun. 

"Haechan, aku membawakan milkshake strawberry untukmu," Jeno membawa masuk segelas milkshake yang diminta Haechan dan meletakkannya pada nakas. 

"Terimakasih, oh ya, bagaimana dengan Zane dan Renjun?" tanya Haechan. 

Rendezvous (Nahyuck) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang