Tokyo, Desember 2000
Kento melempar bola tinggi-tinggi ke udara saat adik perempuannya, Nobara, menjerit kegirangan, mencoba menangkapnya. Gadis kecil itu tersandung hingga rambut pendeknya memantul seperti riak air di danau. Kento tertawa kecil saat Nobara mendarat di bagian bawahnya. Ia berjongkok untuk membangunkan adiknya yang masih menginjak usia 4 tahun, dan dengan hati-hati ia bersihkan sepasang lutut mungil Nobara yang kotor oleh tanah basah.
"Apa rasanya sakit?" Kento bertanya dengan lembut. Semangat menggebu-gebu Nobara terlihat menyala saat ia menggeleng cepat, menyamai semangat Kento saat ia masih berusia 5 tahun.
"Tidak! Seperti digigit semut!" ujarnya lantang meski dengan setitik air mata yang telah siap terjun ke pipinya. "Seperti digigit semut.."
Nobara mengulangi dengan suara bergetar, membuat Kento nyaris meloloskan tawanya ke udara meski kemudian ia berhasil menahan untuk tidak membuat situasi hati Nobara semakin memburuk.
Selang beberapa detik, Ibu berseru dari jendela dapur, "Anak-anak, jangan terlalu kotor! Kita akan kedatangan tamu malam ini!"
Kento menoleh sejenak sebelum kembali mendaratkan pandangan pada Nobara yang mengusap kasar pelupuk matanya seraya membersihkan noda-noda tanah yang tertinggal di wajah. "Baiklah. Ayo kita bersihkan dirimu sebelum Ibu mulai mengamuk,"
Nobara mengangguk mengekori Kento. Mereka mengendap-endap ke dalam, meninggalkan jejak tanah berbentuk telapak kaki mungil di sepanjang lorong menuju kamar mandi. Tepat saat pintu kamar mandi ditutup, Ibu rumah tangga keluarga Nanami berteriak dari arah dapur.
"Kento! Nobara! Bersihkan lantainya!"
• • •
FATAL ATTRACTION
"Mausoleum"• • •
Gemerisik lembut linen dan dentingan peralatan makan yang baru diletakkan di atas piring bergema di ruang makan. Tuan Nanami, sang kepala keluarga, duduk memangku Nobara. Tangan mungil putrinya memain-mainkan dasi hingga kusut, tertarik dengan motif unik yang menghias di sepanjang kain sutra berwarna dasar kuning seperti macan tutul.
Kento membantu Ibunya menata hidangan, sesekali ia mencuri-curi kesempatan untuk mengangkat penutup hidangan agar bisa mengintip menu rahasia yang disiapkan sang ibu. Saat kepulan asap tipis baru menyapa hidung Kento, tangan ramping Ibu dengan cepat memberi tepukan pelan sebagai peringatan. Kento terkekeh, tertangkap basah. Ia merapatkan kembali penutup hidangan sebelum membawanya ke meja makan dengan langkah kaki terukur.
Selama bertahun-tahun, makan malam menjadi tradisi yang paling disayangi oleh Ibu. Obrolan riang keluarga kecil mereka selalu menghadirkan kehangatan dan tawa di meja makan yang sederhana. Namun kali ini, kuantitas masakan di atas meja makan bertambah, melebihi porsi jumlah anggota keluarga Nanami karena janji kunjungan keluarga Gojo malam ini. Usia anak laki-laki mereka selisih satu tahun dengan Kento dan ini adalah pertemuan ketiga mereka setelah kenangan liburan bersama di pulau Miyajima 2 tahun silam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatal Attraction
RomanceDalam bayang-bayang masa lalu yang penuh gejolak, Nanami Kento, menuntut balas kepada sekelompok mafia untuk membalaskan dendam atas kematian keluarganya yang brutal. Di tengah-tengah pembantaian itu, ia bertemu dengan seorang gadis, putri pemimpin...