Keesokan harinya, sinar matahari mulai menyinari sekolah yang tenang. Vega berjalan menuju kelasnya dengan langkah pelan, merasakan udara segar pagi dan harumnya daun-daun yang berguguran. Namun, di hatinya, ada perasaan cemas dan kegelisahan karena dia tahu profesor yang mengajar hari ini adalah Profesor Hans, seorang pria yang dianggap sebagai profesor yang sangat tegas dan sulit didekati.
Ah, Profesor Hans lagi. Mengapa selalu dia yang mengajar pada saat pagi? Dia sangat menakutkan. Gumam Vega.
Sambil memasuki kelas, Vega berusaha untuk mencari tempat duduk yang strategis. Dia ingin duduk di belakang agar bisa sedikit bersandar dan mungkin tidur sejenak selama pelajaran berlangsung. Namun, pandangan tajam Profesor Hans membuatnya memutuskan untuk duduk di depan.
"Tidak ada pilihan lain, tapi mengapa aku selalu ingin tidur saat di kelasnya?" ketus Vega sambil mengangkat kedua tangannya, seakan tanda menyerah.
Vega mengambil tempat di barisan depan dengan sedikit rasa enggan. Dia tahu, dengan duduk di depan, tidak ada tempat untuk bersembunyi atau bersantai. Walaupun dia mengerti bahwa pendidikan sangat penting, tetapi kadang-kadang rasa kantuk dan kelelahan mempengaruhi konsentrasinya.
Namun, sambil memandang keluar jendela, Vega merenung bahwa mungkin pelajaran hari ini akan menarik. Siapa tahu, Profesor Hans bisa memberikan hal baru atau membawakan materi dengan cara yang menarik. Setidaknya, dengan duduk di depan, dia akan mencoba memberikan perhatian penuh dan mencari hal positif dalam pelajaran tersebut.
Setelah menata pikirannya menjadi lebih baik, Vega menunggu pelajaran dimulai. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap terbuka terhadap pengalaman baru, meskipun di dalam hati kecilnya, dia masih merasa sedikit cemas tentang apa yang akan terjadi selama pelajaran dengan Profesor Hans.
Vega duduk dengan tenang di kelas saat pelajaran sedang berlangsung. Ia mencoba fokus pada materi yang diajarkan oleh profesor, tetapi teman sebangkunya, Alex, terus-menerus mengganggunya.
"Hey, Vega! Kamu tahu, aku tidak bisa berkonsentrasi saat ini. Mari kita bolos!" Alex berbisik kepada Vega.
Seketika sekujur tubuhnya merinding mendengar bisikan Alex, Vega terlalu fokus pada profesor paruh baya yang sedang menjelaskan sebuah mitos.
"Kumohon padamu, aku harus memahami materi ini..." sebelum ia menyelesaikannya, Alex menepuk pundak Vega.
"Vega, kamu tuh terlalu serius! Cobalah rileks sebentar"
"Kamu semakin menyebalkan" Vega sedikit menaikkan kedua alisnya.
"Bukan aku tapi dirimu tidak normal, coba liat belakangmu!" Alex menunjuk bangku belakang yang terlihat beberapa siswa sudah mengangguk pelan-pelan dan bahkan sudah ada yang tertidur.
"Ayolah! Veg...." Alex memohon dengan mengatupkan kedua tangannya sebagai tanda permohonannya.
Tiba-tiba sebuah penghapus papan kapur mendarat tepat di pipi Alex dan membuatnya sedikit terpental dan membangunkan beberapa siswa yang tertidur. Di sisi lain, profesor Hans tidak menunjuk ekspresi apa pun setelah melempar penghapus itu tepat pada sasaran yang ingin ia tuju, muka Alex.
"Nah sekarang, untuk siswa yang terdapat kapur, silahkan keluar dan mencuci mukanya" jelas profesor Hans kepada Alex
Alex tidak bisa berkutik banyak, dia tahu apa yang sudah ia perbuat, berisik di dalam kelas pagi dan merencanakan untuk bolos jadi Alex diberikan kesempatan 'keluar' dari kelas. Alex pun mengambil penghapus itu, mendorong kursinya dan berjalan mendekati profesor Hans untuk menyerahkan penghapus itu lalu keluar dari kelas dengan santainya sambil tersenyum puas.
Kupikir ia ingin mengajakku keluar tapi itu hanya membuat dirinya keluar.
Vega masih tidak menerima fakta bahwa Alex bisa mempermainkan seseorang yang sudah mendapat salah satu gelar tertinggi dalam dunia akademik. Baginya, Alex adalah seseorang yang 'aneh' dalam artian tertentu atau menakutkan dalam taraf tertentu.
"Oke, sekarang, Vega coba jelaskan apa itu Golem" profesor Hans melihat Vega dan mengangkat dagunya sebagai tanda bahwa Vega untuk menjelaskan pertanyaan yang barusan diajukan.
"Golem adalah entitas magis yang tercipta melalui ilmu sihir," ujar Vega dengan penuh semangat. "Mereka biasanya terbuat dari tanah atau materi lainnya dan diberi kehidupan melalui sihir yang cukup kuat. Golem sering kali digunakan sebagai penjaga atau pelindung yang setia."
Vega melihat teman-temannya mengangguk mengikuti penjelasannya walau sebelum mereka terkantuk-kantuk, mungkin karena kejadian Alex barusan.
Dia melanjutkan dengan penuh semangat, "Namun, golem tidak hanya sekadar makhluk yang menjalankan tugas. Mereka memiliki kemampuan luar biasa, seperti kekuatan fisik yang kuat dan ketahanan yang tinggi. Beberapa golem bahkan dilengkapi dengan kemampuan sihir khusus, seperti melindungi daerah tertentu atau menghancurkan rintangan."
Vega berusaha menjelaskan dengan jelas, menambahkan, "Meskipun golem diciptakan oleh sihir, mereka tidak memiliki kesadaran atau pikiran seperti manusia. Mereka menjalankan tugas yang diberikan kepada mereka dengan setia, tanpa mempertanyakan atau merasa lelah. Golem adalah makhluk yang dihidupkan oleh sihir untuk menjalankan fungsi tertentu."
Melihat reaksi antusias dari teman-temannya, Vega merasa senang bisa membantu mereka memahami golem. Dia menyadari bahwa golem adalah bagian penting dari dunia sihir mereka, dan pemahaman yang lebih baik tentang mereka dapat membantu mereka menjalani petualangan dan tantangan yang ada di depan.
Dengan senyuman puas di wajahnya, Vega menyimpulkan penjelasannya, "Jadi, golem adalah makhluk buatan yang hidup melalui sihir, diciptakan untuk menjalankan tugas tertentu dengan patuh. Mereka adalah penjaga yang tangguh dan pelindung yang setia, memberikan kekuatan ekstra bagi mereka yang membutuhkan."
Teman-teman Vega mengangguk dengan penuh pengertian. Mereka merasa terinspirasi oleh penjelasan Vega dan siap untuk melanjutkan perjalanan mereka dalam dunia sihir yang penuh misteri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return of Prophecy; A Tale of Divine Promises
FantasíaMenceritakan beberapa kisah yang dilihat dari sudut pandang seorang tokoh. Dalam perjalanan Vega, ia akan berpetualang menelusuri berbagai kejadian aneh dan misterius dalam sekolah dan rupanya semua itu mengarahkannya kepada sebuah "Perjanjian/Ikrar...