Candy

24 0 2
                                    

"hah?! Ugh uhuk! Uhuk! Ehem...Shit" meski menyebalkan kamu berhasil keluar dari sesi tersedak mu yang sebentar itu. Minuman yang kau sedot tadi menutup jalur bernapas mu karena dirimu yang tiba-tiba terkejut dengan informasi dari teman disamping mu ini. "Maksud mu si poni aneh?"

"Mulut mu ya, aku berharap kau beneran tersedak" ucap teman mu sambil memberikan tatapan judgmental langsung pada dirimu. Dari reaksinya, kurang lebih dia tak setuju jika kamu menyebut orang yang sedang kalian bicarakan ini dengan nama ejekan begitu. Setelah nya ia mengangguk dan melanjutkan ucapannya. "Aku juga tak mengira itu dia. Karena sangat berbeda sekali melihat dia kuncir mini ponytail begitu."

Kau yang mendegar temanmu menuntaskan penjelasannya hanya bisa terdiam di tempat untuk sesaat. Pikiran mu bermain sendiri terkait informasi dan gambaran semu yg coba kau buat di kepala mu sambil sesekali mengerenyitkan alis karena tak percaya dengan apa yg baru saja kepala mu proyeksikan. "Jadi dia juga pasien?". Pertanyaan dari mu mendapat anggukan lagi dari teman mu.

"Dia cukup ramah terhadap suster di ruang tunggu sebelum masuk poli, apa lagi kalau bukan itu kan? Keknya memang dia sering check up rutin"

"Eh... Gk nyangka ya.." bahu merosot bersamaan dengan helaan nafas ringan meninggal mulutmu. "Poli jiwa, aku gk expect loh". Semakin bahu mu merosot, tubuhmu secara otomatis menyandarakn punggung pada sandaran di belakang. Kepala mu tak berat, seperti ringan penuh dengan permen kapas, kamu memandang langit senja di atas kalian berdua. Kaki mu berayun-ayun dibawah seraya kalian duduk bersebelahan seperti ini.

"Ya apapun itu, itu permasalahan pribadi nya. Musuh tetap musuh, tak ada latar belakang perasaan disini kan?" Tanya teman mu sembari ikut bergabung dengan mu memandangi langit senja.

Entah apa yang mengisi kepala teman mu, tapi di kepala mu gagasan tentang remaja laki-laki yang kau kenal sedang ditambah dengan informasi dari teman mu tadi. Ada pertanyaan seperti benarkah?, Sungguh? Apa yang di deritanya? Si pria ceria itu bisa jatuh juga?. Tapi kau menghentikan pertanyaan tak berujung itu, jawabannya tentu tak akan ketemu. Kali ini otak mu justru memproyeksi kilas balik saat kau hampir memukulnya karena emosi di pertandingan musim lalu. Kau yang mengganggap ingatan tersebut muncul di waktu yang tak tetap hanya bisa tersenyum jelek pada diri sendiri dan menggelengkan kepala.

"Aku yakin tim kita akan menang" ucap mu dengan penuh keyakinan. Teman mu di samping menutup matanya sebagai respon karena ia merasakan kepercayaan diri yang luar biasa dari ucapan mu itu, itu juga menggerakkan sesuatu di hatinya. "Kita harus berlatih lebih giat supaya bisa menyemangati Kurosawa dan tim nya, agar tak kalah dari mereka"

Teman mu kali ini terkikih ringan sebagai respon. "Lihat dirimu, kau ingat kan kau masih dalam masa hukuman tak boleh ikut latihan, perbaiki dulu kemampuan menangkap mu!" Ia menampar pundak mu di akhir ucapannya. Kau tak protes aduh pada rasa sakit itu.

"Heh.. minggu ini aku pasti bisa kembali ke gimnasium lagi. Aku akan jadi bagian dari tim, tenang lah"

"Pokonya inget untuk sering-sering berlaltih di depan cermin, dan juga tempo kaki mu yang- oh!" Ucapanyya terhenti saat bis mulai mendekat ke tempat kalian duduk. "Kalau begitu aku duluan, lanjut di chat ya"

Kau hanya mengangguk dengan sedikit hm sebagai jawaban. Kau ditinggal duduk sendirian sedangkan dia menghampiri pintu bis yang akan dia naiki. Lambaian terakhir kalian saling berikan sebelum akhirnya teman mu hilang bersamaan dengan bis yang mulai meninggalkan halte. Meninggalkan kau sendirian disini.

Kau mengeluarkan ponsel mu, mencoba menghubungi seseorang. Pemandanga langit senja masih menemani mu saat dial sound dari ponsel mengisi telinga kanan mu.

BSD Character x Reader Oneshot Collection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang