PROLOG

7 0 0
                                    

Di kamar yang gelap ini, ia duduk terdiam sambil melihat kearah luar jendela dan menatap rerintihan hujan yang sangat deras menanti kepulangan sang kakak yang walaupun ia tau tak akan pernah kunjung datang dan membawanya pergi.

la sendirian, ia kesepian, ia tersiksa dengan semua yang mau tidak mau harus ia terima.

Kepergian kedua orang tuanya memberikan luka yang sangat dalam baginya dan kakaknya. Sehingga kakaknya memutuskan untuk keluar dari rumah itu dan tinggal sendiri, melupakan semua yang telah terjadi seolah tidak pernah terjadi apa-apa serta membuka lembaran baru sendiri meninggalkannya tanpa mau membawanya keluar dari situasi itu.

Di rumah yang sebesar ini hanya dirinyalah yang menempati seorang diri. Sebenarnya ia sudah sangat muak akan tempat ini, tempat dimana awal kebahagian dan awal kehancuran dimulai. Tapi ia juga sedih kalau harus meninggalkan rumah ini, rumah yang penuh dengan berbagai peristiwa yang pernah terjadi.

Hidup seakan sebatang kara sangatlah tidak menyenangkan, mempunyai keluarga yang tidak menginginkan kita. Juga berpura-pura bahagia walaupun rasanya susah untuk menunjukkan ekspresi itu. Mempunyai banyak teman tapi masih merasa sendiri. Haus akan perhatian, haus akan kasih sayang, haus akan kebahagian. Walaupun sakit, tapi itu semua ku lakukan agar aku terlihat tegar dan terlihat tidak memiliki kekurangan.

Orang yang melihat dirinya merasa iri mengapa hidupnya sangatlah beruntung? orang kaya, rumah besar, serba ada. Wahh!! sangat beruntung bukan? Tapi orang itu tidak tau kesedihan dan kehancuran apa yang berusaha ku tutupi sampai saat ini.

Biarlah itu menjadi rahasia pribadi antara aku dan Tuhanku.

Semesta DAN DiriKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang