Karin sampai dirumahnya dengan selamat. Pada saat dijalan setelah ia memberi tahukan alamatnya, mereka pun kembali diam dan menikmati perjalanannya.
"Alhamdulillah, ternyata gue sampai dengan selamat," gumam Karin yang masih bisa didengar orang yang didekatnya.
"Cewe gila!" balas gumam cowo itu.
"Btw makasih," ucap Karin.
Pria itu langsung pergi dari harapan Karin tanpa menjawab ucapan Karin tadi.
"Gak sopan langsung pergi aja padahal gue belum tau namanya siapa," lanjut Karin.
Karin merasa ada yang mengganjal dan benar saja pada saat dia memegang pundaknya disitu masih tersemat jaket milik pria tadi.
"Tuhkan jaketnya jadi ketinggalan, lagian cepet-cepet banget perginya, terus gimana dong balikinnya kan gue belom kenal sama tuh orang."
Karin pun masuk kedalam rumahnya sambil menggerutu dan betapa terkejutnya dia melihat kakaknya yang sudah lama ia tidak lihat menginjakan kakinya di rumah ini.
"Kaaa-," Ucapan Karin terhenti karna mendengar kakaknya berbicara.
Lion yang baru saja turun dari lantai 2 berkata, "Baguss balik malem-malem lo gak tau udah jam berapa sekarang? Ohh atau jangan-jangan lu jual diri lo diluar sana? Mau jadi apa lo, lonte? najiss dasar murahan. Itu juga tadi diantar cowo kan, dibayar berapa lo sama dia?" Tutur Lion.
Karin terkejut atas ucapan yang pertama kali Lion lontarkan kepadanya, ia sekarang sudah sangat kecewa dengan kakaknya yang sudah sangat berubah sekarang.
"KA! Lo kenapa sih dateng marahmarah masih peduli apa lo sama gue? Mau gue pulang jam berapa pun itu udah bukan urusan lo lagi, lo udah bukan kakak gue lagi itukan yang lo mau." ucap Karin emosi.
Leon yang mendengar adiknya berucap lo gue dengannya membuat hatinya terluka.
"Dan satu lagi gue gak jual diri, kalau ngomong itu difilter dikit tau etika dalam berbicarakan? Ohh kayaknya lo sama deh kayak temen lo itu gak PUNYA ETIKA!" lanjut Karin.
"Bagus deh kalau lu udah sadar kalau kita ini udah gak ada hubungan apapun lagi, jadi mulai sekarang STOP deketin gue lagi, gue risih dan jijik di deketin sama pembunuh kayak lo. Lagian gue kesini mau ngambil barang gue yang ketinggalan bukan mau ngurusin lo, gue gak punya waktu untuk itu." balas Lion.
"Udah? Udah ngomongnya? Dan udah ngambil barangnya? Masih ingetkan pintu keluar dimana? sekarang lo keluar karna gue udah muak sama lo!" jedanya,
"KELUAR GUE BILANG LION." lanjut ucapan Karin yang sudah benar-benar emosi.
Lion pun yang pertama kali diperlakukan seperti itu kepada adiknya terkejut bukan main tidak ada dipikirannya bahwa Karin adiknya akan melakukan itu kepadanya. Lion pun keluar dari sana dan pergi pulang ke apartemennya. Tunggu adik? Bukannya ia sendiri yang memutuskan hubungannya kepada Karin terlebih dahulu? Karin yang melihat Lion sudah keluar pun nangis sejadi jadinya jujur ia sangat gemetar tadi tidak disangka ia akan berucap seperti itu kepada kakaknya. Karin terduduk sambil menangis, "Ka Lion, ka Lion kenapa sekarang sudah berubah sih? Sebegitu bencinya kah ka Lion sama Karin? Karin kangen sama kakak yang dulu yang sayang sama Karin, gak pernah marahin atau sampai ngebentak Karin ka Lion. Karin minta maaf sudah marah-marah ke ka Lion, maafin Karin ka, Karin yang salah maaff" tangisan Karin pecah yang sudah sedari-tadi ia tahan.
Setelah itu ia pun pingsan dengan keadaan baju yang setengah kering tapi jaket dari cowo itu masih setia menyantol dibadan mungilnya. Tidak ada yang menolongnya karna rumah itu sudah benar-benar sepi hanya dirinyalah sendirian yang tinggal disitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta DAN DiriKU
General FictionAkankah benar semesta akan selalu berpihak kepadanya atau dia akan dipermainkan lagi lebih dalam oleh 'semesta'? Akankah gadis itu melawan 'semesta' untuk mendapatkan kebahagiannya? Akankah benar adanya kehidupan baik yang akan datang didalam hidup...