Malam Kesatu, "Putra Mahkota Kerajaan Entrinnia Raya"

303 43 42
                                    

Our Beloved Fifth Prince

Happy Reading!
Don't forget to Vote and Comment!

Dalam sejarah Kerajaan Entrinnia, baru beberapa kali Blizzard datang menerpa. Bisa dihitung dengan jari, membuatnya tidak termasuk dalam kategori bencana alam yang ditakuti.

Sebab, cukup masuk ke rumah–yang terbuat atau dipahat dari bebatuan keras– dan berlindung dibawah lilitan selimut ditemani secangkir coklat, sudah membuat mereka aman dalam menghadapi bencana alam ini.

Rasa-rasanya Blizzard mirip seperti dengan hujan badai angin. Beda tipis lah menurut mereka.

Karena itu, begitu petir beserta bongkahan es jatuh dari langit, mereka sangat panik. Tidak biasa, bahkan beberapa baru pertama kali.

"BERLINDUNG DI ISTANA!!!" Gempa, sang Pangeran Geo berteriak kencang.

"AAAAAA!!!!!"

Tidak ada yang mendengar teriakannya. Kalaupun ada, tak ada yang bisa melakukannya. Mereka berlarian tanpa arah, saling bertubrukan.

Sebab, belum pernah ada dalam sejarah Entrinnia, kesiur angin kencang dengan bebatuan es dan sambaran petir terjun membabi-buta tanpa jeda.

Blarr!! Blar!!

Jutaan volt menyambar secara acak, menghanguskan lantai pulam, menghancurkan bangunan dan membakar pepohonan taman yang berjejeran.

Satu terbakar, percikan bunga api nya terbawa angin, lalu hinggap di pohon lainnya.

Braakk!

Salah satu petir menyambar atap menara Istana hingga terkelupas, lalu berhamburan terjun bebas.

Salah satunya lagi menyambar peti kembang api ditengah lapangan,

BOOM!!

Dan membuat ledakan besar, beberapa tubuh terlempar dengan luka bakar. Entah siapa yang menumpuk peti-peti kembang api disana. Harusnya itu menjadi pertunjukan yang spektakuler, dimana ribuan kembang api melesat ke segala arah.

"Dasar bodoh!" Solar mengumpat,—tak menyangka penemuan baru itu akan menjadi jebakan makan tuan.

Harusnya ledakan itu disertai sorakan bahagia dan tepuk tangan meriah seperti tadi, tapi tidak. Tidak ada yang melakukannya. Yang ada ribuan kembang api itu tambah-tambah menyebarkan api ke segala penjuru. Beberapa mengenai bendera yang tergantung, membuatnya terbakar. Beberapa menembus kaca jendela Istana, pun juga menyerang warga.

"Padamlah!!" Blaze, Pangeran Pyro berseru. Berusaha memadamkan api.

Kacau, satu kata yang bisa menggambarkan keadaan saat itu.

Ditambah dengan bongkahan es yang berjatuhan, tanpa ampun menghantam siapapun yang sedang berada dibawah nya.

Hantamannya menimbulkan suara yang berisik, begitu pula dengan suara teriakan yang terhantam. Gemetar menyaksikan darah mengalir keluar dari tubuhnya yang mati rasa karena kedinginan.

"Bebola Api Raksasa!!" Blaze mengeluarkan jurusnya, mencoba menghangatkan suhu sekaligus mencairkan bebatuan es yang turun.

Our Beloved Fifth Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang