Pagi Kesatu.

281 35 59
                                    

–Our Beloved Fifth Prince–

Happy Reading!—
Don't forget to Vote and Comment!

Memasak.

Itulah agenda mereka–The Seven Elemental Princes of Entrinniapagi ini. Memasak untuk seluruh rakyat.

Agak ngawur sebenarnya perintahnya, tapi demi membuat Rakyat senang, apa boleh buat. Toh, mereka sebagai tuan rumah pengungsian harus memuliakan tamu,–sayangnya semua orang sedang cuti massal, membuat mereka harus memasak sendiri.

Menunya dipilih yang paling simpel; Sup. Hanya perlu memotong-motong sayur-sayuran, daging, lalu ceburkan ke dalam kuali raksasa. Tambahkan bahan lainnya, air, bumbu dkk, lalu aduk-aduk hingga matang. Sajikan. Selesai.

Itu yang Taufan pikirkan, tapi ...

"APINYA KURANG BESAR!!!"

"BODOH! INI SUDAH BESAR!!! NANTI BISA GOSONG!!!"

"SANTANNYA DIMANA?!!!!"

"INI SANTANNYA!!"

"MEMOTONG NYA LEBIH CEPAT!!!"

"IYA BENTAARRR!!!"

"BESARKAN SAJA APINYA SUPAYA LEBIH CEPAT!!!"

"GAK GITU, GOB—"

Siapa sangka akan sekacau ini.

Taufan lupa, bahwa dari Tujuh Pangeran Elemental, hanya dua yang bisa memasak; Dia dan Gempa.

Sisanya,—empat yang lainnya adalah pengacau.

°Habis lah Aku ...° Taufan meringis. Pagi ini dia sial sekali, diberi tugas yang sangat besar. Yaitu; memastikan acara masak ini berjalan lancar.
°Lagi-lagi tugas yang mustahil....!!!!!°












Mundur ke belakang, beberapa jam lalu.

"APA YANG KAMU LAKUKAN, HALILINTAR!!!!!"

"KENAPA KAU KABUR DARI MEDAN PERANG DAN MENINGGALKAN DUKE THADDEUS DAN DUKE SNAFLA DISANA!!! KAU ITU PUTRA MAHKOTA!!! KAU TIDAK BISA SEENAK JIDAT MENINGGALKAN MEDAN PERANG DAN MEMPERMALUKAN NAMA BAIK KERAJAAN ENTRINNIA!!!!!"

Hampir pecah rasanya gendang telinga Taufan, padahal dia tidak berada di ruangan yang sama. Batinnya merasa bersalah, kepalanya menunduk, menatap sepatunya. Padahal bukan dia yang dimarahi.

Setelahnya bla, bla, bla, bla, bla. Taufan tidak dengar, lebih tepatnya tidak mau dengar. Sibuk memikirkan nasib Halilintar. Empunya pasti juga sedang menunduk sambil menatap tajam karpet merah yang tidak bersalah. Karena, yah, kalau dia menatap tajam orang yang sedang mengomelinya, dia akan tambah-tambah kena omel.

Jadi terima saja nasibmu, karpet. Karena kamu lebih rendah kedudukannya dibandingkan orang yang mengomeli Halilintar, yang kedudukannya lebih tinggi dari Putra Mahkota,

Perdana Menteri
Kerajaan Entrinnia,
Vargoba Velg.

Makhluk yang (entah kenapa) kulitnya berwarna merah. Apalagi ketika marah, beuh, tambah merah. Mawar merah aja kalah merah.

"—KAU JUGA TIDAK CEKATAN DALAM MENYELAMATKAN RAKYAT!"

Taufan meringis. Dengan situasi seperti itu yang luar biasa diluar kendali, bagaimana Halilintar bisa bergerak dengan cepat? Taufan berani bertaruh, Raja atau Jenderal Induk sekalipun akan terdiam jika diberi tugas seperti itu.

Our Beloved Fifth Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang