Bagian 1

59 7 3
                                    

[ To set the mood, please play : Yiruma - Chaconne on Spotify or YT Music 🎶 ]

⚠️ TW // Miras, Kekerasan, Perselingkuhan, Broken Home.


Hari telah semakin gelap, namun Homin masih sibuk bertikai dengan buku yang ia baca. Ia begitu fokus sampai tak sadar bahwa bis yang ia tumpangi telah berhenti di pemberhentian berikutnya. Homin menghela nafasnya. Beruntung nama pemberhentian yang ia tuju terasa sangat familiar di telinganya. Jika tidak, mungkin kini ia akan tetap sibuk menggali imajinasi dan akan pulang larut malam lagi.

Tidak. Luka di pipinya saja masih belum kering. Homin tak ingin menambahnya lagi. Homin tak sanggup jika kelak ia harus mendengar omelan ayahnya lagi. Ia sangat lelah hari ini. Ia lebih memilih mencari aman dengan bersikap seperti anak baik walau hatinya enggan.

'Oh, mau ngikutin jejak si pengkhianat itu?'

Ah, mengingat ucapan ayahnya yang dingin itu saja membuat Homin merinding.

Bukan tanpa alasan, ayah Homin akan selalu melampiaskan amarahnya kepada Homin saat ia pulang larut. Segala cacian, hinaan, bahkan kadang kala kekerasan fisik ia rasakan. Namun, Homin bisa memaklumi sikap ayahnya. Ini semua akibat dari rasa sakit atas pengkhianatan yang ibunya lakukan terhadap mereka.

Berbotol-botol minuman keras yang telah kosong berserakan dimana-mana. Tiap kali Homin akan membersihkan botol itu, ayahnya pasti akan selalu mengamuk. Karenanya, Homin akan membereskan semuanya setelah ayahnya tertidur.

Homin tak pernah menangis lagi. Seingatnya, terakhir kali ia menangis adalah saat orang tuanya bertengkar untuk pertama kalinya. Ia yang kala itu masih kecil hanya mengerti bahwa ibunya jahat karena telah berselingkuh. Namun seiring berjalannya waktu, Homin menyadari alasan dibalik itu. Ia jadi mengetahui apa-apa yang tidak ia ketahui sebelumnya.

Ayahnya ternyata adalah seorang penjudi dengan hutang yang menumpuk, seorang peminum berat juga kadang kala ayahnya akan melampiaskan amarahnya saat ibu Homin menasehatinya. Sejujurnya, Homin juga bingung apakah keputusan ibunya untuk berselingkuh adalah hal yang benar atau tidak. Karena faktanya, ia merasa kecewa karena orang yang ia percayai ternyata mengkhianati kepercayaannya.

Tak pernah ada lagi kehangatan di rumah itu setelah ibu Homin pergi. Segalanya membeku. Segala keburukan ayahnya yang ditutup rapat-rapat oleh ibunya, terkuak sendiri oleh kelakuan ayahnya. Ia rapuh, namun berusaha untuk tetap tegar. Ia bekerja dari pagi sampai sore untuk melunasi hutang-hutang ayahnya.

Ya, mau bagaimana pun Homin akan tetap menjalani harinya seperti itu. Keadaan memaksanya untuk menghadapi segalanya mau tak mau.

---

"Kak, kita bisa tukeran shift gak ya besok?"

"Besok? Kamu shift malam ya?"

"Iya kak"

"Waduh, kayanya gak bisa deh, lex. Coba tanya Jeha."

"Jeha juga gak bisa kak, soalnya besok dia ada pemotretan."

"Ah.. Gimana ya..?"

"Please kak, soalnya keluarga aku dari Australia mau dateng besok."

"Kalo enggak kamu ambil cuti aja, Lex."

"Aku udah pernah ambil cuti pas mami sakit kak."

Homin terdiam sejenak,

Gua bukannya gak bisa Lex, tapi gak akan dibolehin sama ayah. Gimana caranya ngasih taun lu ya? Apa gua bilang sama ayah aja? Siapa tau dia bisa paham.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Chaconne [ 2MIN AU ] ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang