Laki-laki dengan napasnya tersengal-sengal duduk di tanah sambil meneguk air. "Sial, begini saja aku sudah lelah? Menyebalkan sekali, bagaimana caranya agar masuk dalam pasukan itu jika aku bermalas-malasan saja," batin laki-laki itu sambil menatap tanah.
"Apa yang kau pikirkan, bocah tengik? Sepertinya kau sedang berpikir keras," tanya Helena sembari meregangkan tubuhnya setelah melatih laki-laki itu, yaitu Jack Darius.
"Berisik! Kenapa kau selalu ingin tahu?" timpal Jack dengan nada kesalnya.
"Ha?" Helena terdiam sejenak lalu terkekeh, "Memangnya kenapa jika aku tak boleh tahu? Semua orang yang ada di Ibukota Narva ini adalah keluarga, kau tahu?" lanjutnya.
Jack memutar bola matanya dengan malas, lalu berdiri dan meninggalkan wanita itu sendirian. Helena hanya menghela napasnya sambil memijat dahinya dengan tangannya sendiri.
"Dasar," gumamnya.
************************
"Kau curang, Oscar!" teriak Max tak terima saat bermain kartu bersama pria itu di markas Pasukan Serangga.
"Apa? Kenapa kau selalu menuduhku bahwa aku curang? Dasar pria brewok," balas Oscar lalu menyeruput teh yang telah dibuatkan oleh Sasha.
"Ha? Kau bilang aku pria brewok, kau lebih parah dari pria brewok ini. Dasar pria genit," ucapnya tak mau kalah.
Dasar, mereka selalu saja berkelahi karena hal-hal kecil. Tapi, mereka berdua akan tetap berteman seperti biasanya, lalu berkelahi lagi dan baikan. Sama seperti anak muda pada umumnya.
"Apa? Aku bukan pria genit, bodoh!" seru Oscar sambil memukul meja dengan kepalan tangannya.
"Terserah aku ingin mengejek apa tentangmu, dan jangan merusak meja kesayanganku," perintah Max sembari menunjuk meja yang baru saja di pukul oleh kepalan tangan Oscar.
Pintu mulai terbuka saat memperlihatkan sosok Jack yang baru saja pulang dari latihannya bersama Helena. Ia berjalan dengan lesu menuju kamar, tidak mempedulikan kehadiran Max dan Oscar.
"Ada apa dengannya?" bisik Oscar sambil menunjuk-nunjuk kecil ke arah Jack yang berjalan menuju kamar.
"Mana ku tahu, kau tanyakan langsung saja padanya," jawab Max, rasa kesalnya masih tersisa di dalamnya.
"Dasar, bagaimana Violet tak benci denganmu karena sikapmu yang mudah marah seperti ini," komen Oscar sembari melipatkan kedua tangannya.
Max terdiam mendengar kata-kata dari Oscar. Ia tak menyangka bahwa temannya ini akan mengatakan hal seperti itu padanya. "Aku tak peduli, mau perkataanku menyakitimu atau tidak," kata Oscar, berdiri dan berjalan menuju pintu.
Tapi, dirinya berhenti di pertengahan langkahnya dan menoleh. "Aku juga mengatakan hal yang benar," lanjutnya setelah itu meninggalkan markas tersebut.
Pria berusia 22 tahun itu dibuat mematung oleh temannya, perlahan ia menundukkan kepalanya dan memejamkan matanya agar air matanya tidak lolos. "Benar, aku hanya pria buruk dan Violet adalah wanita bangsawan yang terkenal," batinnya.
Sasha yang melihat Kapten-nya seperti itu membuat dirinya merasa kasihan. Walaupun dirinya membenci Max, tapi ia tetap hormat pada pria itu. Rasa ingin menghibur, tapi gadis ini takut jika yang terjadi bukanlah rasa senang melainkan sedih yang bertambah. Jadi, ia memilih untuk diam dan bersembunyi di balik dinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURVIVE OR DIE
RandomMenceritakan seorang laki-laki muda yang ingin meraih impiannya yaitu menjadi Kaisar Sihir dan akhirnya memutuskan untuk mengikuti ujian Kesatria Sihir.