Episode 15

30 2 0
                                    

Percakapan terhenti sejenak. Saat Kane mengganti pakaiannya, perhatian Satin tertuju pada langit-langit. Satin menganggap bukan masalah besar bagi pria untuk melihat tubuh satu sama lain, tapi Kane membencinya. Selama ini, aku melihatnya tanpa memikirkan apa-apa dan aku mendengar beberapa komentar buruk beberapa kali.

Kane kembali ke tempat tidur mengenakan piyama. Mereka berdua masih duduk di tempat tidur masing-masing sambil mengobrol. Ruangannya tidak besar, jadi tidak sulit untuk mengobrol.

"Jadi, Kane, aku sedang memikirkan sesuatu saat kita makan malam tadi."

"Apa?"

"Bagaimana jika kita menggunakan Rufus? Kita bisa memanfaatkan Rufus saat dia berada di luar."

Sekolah ini berada di dalam hutan. Ia harus melakukan perjalanan ke dan dari kota-kota secara teratur, kecuali ia dapat menggunakan sihir untuk membuat makanan dan persediaan.

Namun, tidak ada orang luar yang datang sejak Satin datang ke sini. Ini berarti bahwa siklus perjalanan Panjang. Kalau begitu, jumlah barang yang dipindahkan sekaligus akan cukup besar.

Tidak mungkin mengirim anak-anak untuk membeli sebanyak itu. Satin berspekulasi bahwa guru atau Rufus sendiri yang akan pergi ke sana. Tidak mungkin mereka berdua pergi bersama, meninggalkan anak-anak.

Kane menggelengkan kepalanya sebelum Satin memberikan penjelasan panjang lebar.

"Furries tidak keluar. Aku belum pernah melihatnya keluar."

Satin membuka matanya lebar-lebar.

Bagaimana sekolah ini bisa berjalan jika tidak ada interaksi dengan dunia luar?

"Lalu dari mana mendapatkan bahan-bahannta? Sekolah bahkan tidak punya kebun."

"Pedagang yang dikontrak membawanya secara berkala."

"Oh, ada yang datang. Lalu kenapa kamu tidak meminta bantuan mereka?"

"Yah, mereka datang bekerja hanya demi uang, jadi mereka tidak akan tertarik dengan anak yatim piatu."

Kane sepertinya tidak terlalu menyukai orang lain, bukan hanya gurunya. Dia juga tidak suka anak-anak.

'Apakah dia pernah menyukai orang dalam hidupnya?'

Satin juga tidak terlalu manusiawi, tapi dia menyukai noonanya. Dia mungkin tidak akan pernah bertemu orang sebaik noonanyalagi.

Bagaimanapun, Satin tahu bagaimana rasanya disukai. Berkat noonanya, Satin mampu bersikap baik di depan anak-anak.

Apakah Kane tidak pernah memiliki orang seperti itu? Ia dilahirkan dengan takdir untuk menyelamatkan dunia dari tangan penjahat, raja iblis, dan dewa iblis, tapi bagaimana hal seperti ini bisa terjadi?

'Apakah karena masih belum ada kesempatan?'

Saat aku menatapnya, sebuah pertanyaan singkat segera muncul kembali.

"Kenapa? Apa menurutmu aku salah?"

Satin menyingkirkan rasa penasaran yang selama ini dipendamnya dan menjawab dengan wajar.

"Tidak, aku sedang berpikir. Sebuah cara untuk mengambil keuntungan dari orang-orang tersebut tanpa mereka sadari bahwa mereka sedang dimanfaatkan."

∞ ∞ ∞

Saat Satin dan Kane diam-diam membuat rencana, Ragis membaca catatan dari percobaan terakhir di lab. Itu mengingatkannya pada masa lalu. Sudah lama sekali.

Ragis lahir di kota yang sangat jauh dari Cloverland. Sejak kecil, dia telah berpindah dari satu tempat ke tempat lain, jadi dia tidak memiliki banyak nostalgia tentang kampung halamannya. Kota yang paling jelas dalam ingatan Ragis adalah tempat di mana gurunya meninggal.

[BL] The Atmosphere Of The Possessed Novel Is In CrisisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang