chapter 5

2.6K 247 12
                                    

Setelah menyetir mobil dengan kecepatan tinggi kamipun sampai pada tempat konser Arjuna.

Ditenda belakang panggung, Arjuna dihampiri oleh seorang laki-lai dengan raut wajah kusut. Arjuna dimaki-maki karena datang telat dan tidak mengikuti rehearsal oleh laki-laki bernama Pram. Bukan-nya panik, Arjuna malah tertawa-tawa seperti orang tolol yang tidak mempunyai rasa bersalah.

Entah apa pekerjaan Pram tapi ia kelihatan mempunyai peran begitu penting ditempat ini, karena semua orang terlihat mematuhi segala perintahnya.

Beberapa orang mengerubungi Arjuna, memakaikan-nya jaket, membersihkan keringatnya dengan sapu tangan, rambutnya disisir rapih lalu dipakaikan hair spray oleh perempuan yang memakai hak tinggi itu. Mungkin kalau perempuan itu tidak memakai hak akan susah untuk menggapai rambut Arjuna karena pria itu lumayan tinggi.

Rambut Arjuna bisa dibilang sedikit panjang sekarang. Biasanya ia selalu memotong rambutnya seperti potongan laki-laki kebanyakan, namun beberapa bulan terakhir rambutnya terlihat dibiarkan panjang begitu saja tanpa dipotong rapih.

Rambut Arjuna terlihat sehat dan lurus. Sedikit mengkilat juga, kadang saat melihat rambutnya aku bertanya tanya seperti apakah harum rambutnya yang kelihatan indah itu?

Arjuna menyuruhku untuk duduk dan memakan makanan yang telah disediakan. Banyak botol-botol minuman manis dan banyak juga makanan serta cemilan di meja panjang yang berada disana.

Berakhir aku duduk dikursi dekat meja seraya mengambil pizza disana dan mengunyahnya perlahan selagi menatap Arjuna yang sedang  memasang ear monitor miliknya.

Benar-benar tidak tahu malu, datang-datang langsung duduk dan memakan pizza dengan santai padahal aku bukan staff atau kru disini. Mau bagaimana lagi? Aku lapar dan salah Arjuna yang sudah menarik-ku untuk ikut bersamanya.

Sejak aku masuk ke dalam tenda belakang panggung, kusadari kalau Pram tidak ada henti-hentinya melirikku dengan tatapan menelisik. Tapi aku tidak terlalu memerdulikan-nya.

Selesai dipakaikan ear monitor, Arjuna menarik lepas tanda pengenal yang dikenakan oleh Pram lalu berjalan menghampiriku. Pram terlihat membelalakan matanya saat Arjuna mengalungkan tanda pengenal tersebut ke leherku.

"Kalau mau nonton gue, lo bisa kedepan sama Pram." Ucapnya sambil menepuk pipiku dua kali dengan telapak tangan-nya.

Kali ini aku yang melotot kearah Arjuna.

Belum sempat aku menjawab tiba tiba Arjuna menarik tanganku yang memegang pizza itu kearah mulutnya, ia mengigit pizzaku lalu melenggang pergi begitu saja.

Aku terpaku menatap pizza ditanganku, mimpi apa aku semalam?

Hari ini benar-benar hari yang penuh dengan kejutan. Pertama : aku pulang dengan Arjuna mengunakan mobilnya, kedua : aku terbangun ditempat ditidurnya, ketiga : ia menggigit pizza bekas-ku dengan santai. Kami bahkan belum begitu mengenal satu sama lain, tapi kenapa perilaku Arjuna sangat kelewat santai kepadaku?

Perilakunya seolah menganggap kalau aku sudah berteman dengan-nya selama bertahun tahun. Padahal baru beberapa bulan ia mengenalku. Apakah Arjuna selalu seperti itu dengan orang baru? Haruskan aku merasa spesial? Aku pasti sudah gila.

"Woy." Tegur Pram yang langsung menyadarkanku dari lamunan.

"Ya?" Balasku sambil menatapnya kaget.

"Nama lo siapa?"

"Acha."

"Gue Pram, kalau ada apa-apa kasih tau gue."

"Oke..." jawabku agak kikuk.

Superstar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang