ㅡ🍀 Peach Tree

377 41 21
                                    

Kesialan sejatinya datang tanpa bisa di cegah. Hari sial bahkan tidak tertera pada rentetan angka di kalender. Jika seandainya Disa bisa memprediksi hari tersebut, bisa dipastikan hari ini dia tidak akan bertemu dengan orang pertama yang paling Disa hindari,

yaitu mantan kekasihnya.

Disa menempatkan dia di urutan pertama bukan tanpa alasan. Sebab sudah beberapa kali laki-laki itu menorehkan luka padanya, baik secara fisik maupun psikisnya. Disa kerap kali memberitahukan perihal kesakitan yang dialami kepada sang Papa. Namun yang didapat justru pandangan yang membuatnya kembali tidak dipercayai.

"Nurut dan tunjukkan sikap baik sama Jeri. Papa membutuhkan dia demi perusahaan, kamu jangan menghancurkan apa yang sudah Papa rencanakan, Disa."

Benar.

Keduanya menjalin asmara hanya sebatas perjanjian konyol antar perusahaan yang direncanakan Papa dan Jericho tentunya. Disa tidak paham awal mulanya bagaimana. Dulu kedua insan tersebut hanya sebatas teman semasa kecil. Disa dengan keingintahuan yang tinggi selalu membuntuti dan Jericho yang akan mengusili karena tidak betah berada didekat Disa. Yang jelas, laki-laki itu tumbuh semakin matang dan dewasa seiring berjalannya waktu, datang lalu menawarkan hati pada Disa. Saat itu dia hanya remaja ingusan yang haus akan kasih sayang. Kedatangan Jericho dalam hidup Disa seolah memberikan cahaya secerah matahari diatas kepala.

Semakin hari perasaan yang ada padanya semakin besar, begitupun sebaliknya. Akan tetapi semua berubah ketika Disa mulai menginjakkan kaki di bangku universitas, begitupun Jericho yang mulai sibuk dengan tuntutan pekerjaan.

"Apa-apaan, sih! Lepas nggak!" Disa terus meronta dari cengkeraman pria berbadan gempal yang Disa yakini jikalau mereka adalah bodyguard utusan Jericho.

Pin tanda pengenal yang tersemat di seragam hitam sebagai jawaban.

Kenyataan bahwa kekuatannya tidak sebanding dengan milik pria seram itu, Disa kewalahan. Keringat sebesar biji jagung mulai membasahi pelipis. Mungkin suatu saat Disa akan menekuni olahraga bela diri untuk melindungi dirinya dari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti saat ini misalnya.

Awalnya, Disa hanya ingin membeli selembar materai sepuluh ribu untuk surat perjanjian yang pernah Disa sebut-sebut kepada Melo. Entah nasib sial kenapa selalu saja mengintainya, selangkah dia keluar dari minimarket, sebuah lengan menariknya kencang tanpa bisa dia lawan.

"Lepasin sekarang juga atau aku bakal teriakㅡ EH, TURUNIN DASAR BODYGUARD SIALAN!!" Disa mengumpat, materainya terjatuh dari genggaman.

Disa menatap miris. Bibirnya membentuk lengkungan kebawah tanpa disadari.

Pria besar itu mengangkat dan melemparnya ke pundak, selayaknya dia adalah sekarung beras. Sialㅡ bahkan kejadian itu terlalu cepat sampai Disa tidak bisa mencernanya dengan utuh. Tubuhnya menjuntai dengan posisi kepala berada dibawah, Disa pening dibuatnya. Bahkan meronta dengan menendang-nendang dan menggigit badan pria itupun Disa tidak sanggup, sangat keras. Disa beranggapan bahwa pria gempal itu terbuat dari semen cor-coran.

"Tenang, nggak ada yang tersakiti disini. Bocah kecil ini adalah tuan kami yang melarikan diri," begitu bodyguard tersebut menjelaskan ketika beberapa pasang mata melirik kearah keributan yang terjadi. Sehingga dia yakin tidak akan ada yang mau menolongnya dengan suka rela.

Bodyguard Jericho terlalu seram untuk dilawan, Disa akui.

"Ini aku mau dibawa kemana om?"

"Diam aja nanti juga tau," jawab salah satu dari mereka yang bertugas membawa tas milik Disa.

Mendengar itu Disa mendesis sebal.

Ini seperti sebuah adegan drama picisan yang pernah Disa tonton beberapa waktu lalu. Sebuah penculikan berencana dan nantinya sang korban akan dihadapkan kepada otak si pelaku. Oke, setidaknya Disa kini bisa memprediksi apa yang akan terjadi kedepannya.

[1] BROKEN MELODIES; MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang