"Hidupmu kebanyakan drama Bang!"
Happy Reading!!!
🏅🏅🏅"Panas banget!!" kata Nathan yang sibuk mengibaskan tangannya di depan wajah.
"Siapa tadi yang ngide ke pantai siang bolong begini?" tanya Angkasa yang terlihat jengah.
"Nikmati aja lah... Katanya di mall sumpek, minta cari tempat yang sepi kan tadi. Sekarang di ajak ke pantai pada protes." Ridho yang merasa disalahkan karena membawa mereka ke pantai pun angkat bicara.
"Ya enggak pantai juga Dho, siang-siang ini." protes Zivaro, yang langsung mendapatkan sebuah jitakan dari Nathan, tentu saja hadiah itu ia dapatkan karena memanggil nama Ridho tanpa sebutan Abang. Yang di jitak justru diam saja, mungkin hari ini ia sudah kebal.
"Enggak usah banyak protes!! Lihat tuh bayi gede sama pawangnya lagi asik main air." kata Ridho sambil menunjuk Justin dan Rafael yang sedang asik bermain di pinggir pantai berdua.
"Lah... Sejak kapan mereka di sana?" kaget Angkasa
"Mungkin sekitar sepuluh menit, mereka turun mobil langsung lari ke air."
"Biarkan dulu mereka... Ayo kita cari tempat teduh saja, di sini panas sekali." keluh Zivaro yang sudah banjir keringat, padahal menurut Ridho cuaca siang ini tak begitu terlalu panas.
Karena merasa kasihan dengan dua sahabatnya yang kepanasan, Ridho pun menarik keduanya untuk pergi ke tempat yang lebih teduh dan meninggalkan Angkasa sendirian.
Setelah memastikan kedua sahabatnya anteng berteduh di bawah pohon, Ridho pun pergi meninggalkan keduanya dan kembali lagi setelah beberapa saat sambil membawa sebuah tikar, diikuti oleh seorang pemuda yang sedang membawa baki berisi enam gelas minuman.
Angkasa yang mendapatkan kode dari Ridho pun langsung bergerak menarik Rafael dan Justin untuk menjauh dari air, lalu membawa mereka berdua bergabung bersama yang lainnya untuk menikmati minuman yang dipesan oleh Ridho.
"Besok kalian masuk sekolah kan, aku cuma mau kasih tahu kalau anak-anak di sekolah biasa panggil aku Arhan, jadi jangan kaget kalau mereka enggak ada yang tahu pas kalian nyari nama Angkasa." ucap Angkasa memulai percakapan.
"Mereka juga enggak tahu kalau aku ini anak dari Thomy Raashid, yang mereka tahu aku itu anak beasiswa jalur prestasi non akademik."
Angkasa menjelaskan jika dirinya sengaja untuk merahasiakan identitasnya dan menjadi orang biasa saat di sekolah, karena dirinya bosan ketika hanya memiliki teman yang hanya mendekatinya karena ia anak seorang Thomy Raashid, seorang Dokter spesialis penyakit dalam ternama, sekaligus pemilik rumah sakit terbesar di Indonesia.
"Ridho sama juga?" tanya Justin dengan wajah polosnya. Nathan yang mendengar itu hampir saja melayangkan sebuah jitakan di kepala Adiknya, namun ia menahan dirinya sendiri agar tak melakukan itu.
"Nah kalau Jusa yang panggil nama kenapa enggak jadi kena jitak?" tanya Zivaro kepada Nathan.
"Kalau Jusa pengecualian." sahut Nathan yang sedikit tertawa ketika melihat wajah masam Zivaro.
"Jawab dulu pertanyaanku!!!" teriak Justin, dirinya sedari tadi menunggu jawaban dari Ridho, tapi Kakak dan sepupunya malah memperdebatkan hal yang tidak jelas.
"Ah... Aku tetap Ridho yang sama, aku tu enggak banyak drama kayak Angkasa." jawab Ridho santai.
🍀🍀🍀🍀
Pagi harinya di kediaman Arjunara, suasana meja makan nampak hening, hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring. Sepertinya pagi ini suasana hati para cucu Maxim Arjunara pun tampak damai, tak ada teriakan kesal Justin karena di jahili saudara-saudaranya, Zivaro juga terlihat lebih kalem tak terlihat usil seperti biasanya, dan Nathan yang belum terdengar memarahi salah satu saudaranya pagi ini, begitu juga dengan Rafael yang memang selalu tenang setiap harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Da In Dimidio
Historical FictionBerikan Setengahnya! Justin Hansen Hanya ingin setengah perhatian tulus dari kedua orang tuanya. Setengah saja, agar dirinya tidak terlalu berharap.