"Kapan kamu itu sadar!! Dia udah enggak ada, gimana caraku kembalikan Dia?"
Happy Reading!!!!
🏅🏅🏅🏅Sebuah sepatu berwarna putih melesat dengan kencang dari dalam kelas X-A. Bertepatan dengan munculnya Rafael dan Angkasa di depan pintu kelas, hingga kejadian tak terduga pun terjadi, sepatu terbang itu dengan kencangnya menghantam kepala Rafael tanpa sempat ia dihindari. Hal itu menimbulkan pekikan keras dari Rafael dan mengundang keterkejutan dari semua orang yang melihat kejadian itu.
"awhh... It's hurt!" pekik Rafael yang sudah terduduk sambil memegangi dahinya.
Zivaro dan Nathan yang semula sedang asyik menggoda Ridho pun langsung mendekati Rafael untuk memastikan keadaannya dan membantunya berdiri. Sedangkan Justin masih sibuk berfikir darimana sepatu itu bisa terbang dan tiba-tiba menghantam kepala Rafael.
"Sepatu siapa ya?" tanya Ridho yang kini sudah mengangkat sepatu putih itu dengan satu tangannya. Beberapa detik kemudian seorang gadis muncul dari dalam kelas X-A dengan sebelah kaki tanpa sepatu, diikuti oleh seorang pemuda yang membawa sebuah buku catatan di tangannya.
"Sorry, I'm sorry, I accidentally threw the shoe and it hit your head, I hit the wrong target." ucap gadis berkuncir kuda itu memohon maaf, dengan menyatukan kedua tangannya di atas kepala 🙏.
"Lain kali hati-hati ya Ra! Biar enggak memakan korban begini." kata Ridho dengan nada lembut khasnya.
"aduh... Dho, sorry banget ya! Ara mau ngelempar sepatu ke aku tadi, tapi aku udah keburu jatuh jadinya sepatunya salah sasaran." sahut Marvel, pemuda yang tadi mengikuti Noara keluar dari kelas.
"Ye'opo seh kon iku No, kancaku seng kenek sasaran malihan." kata Angkasa sambil melayangkan sebuah pukulan pelan pada pundak Marvel.
"Sepurane Han, asli ora ngiro aku lak bakal kenek kancamu maeng, wong aku tibo disek sedurung e di uncali." jawab Marvel yang kini tengah menggaruk tengkuknya sengaja.
Tanpa menghiraukan percakapan antara Angkasa dan Marvel, Rafael yang tadi sempat mendengar suara perempuan pun mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang telah melemparnya dengan sepatu. Alisnya bertaut ketika menyadari bahwa gadis yang berada di depannya lah si tersangka utamanya.
"Lemparan mu kuat juga!" katanya sambil terkekeh.
"I'm sorry!!" ucap Noara sambil memasang puppy eyes di depan Rafael, sejujurnya ia takut sekali jika pemuda dengan nama Rafael Sander di seragamnya itu akan mengamuk karena telah ia lempar dengan sepatu.
"It's okay. Jangan diulangi lagi, karena itu membahayakan orang lain." setelah berucap demikian Rafael lalu merangkul Angkasa yang masih sibuk berdebat dengan Marvelino untuk pergi meninggalkan tempat itu, karena bell tanda pelajaran akan segera dimulai telah terdengar dan dirinya belum mengetahui di mana letak kelasnya.
"eitss... Mau kemana?" tanya Ridho sambil menarik kerah seragam Zivaro pelan, karena anak itu hendak melangkah mengikuti Rafael dan Angkasa.
"Kelasmu di sini Ivar!" lanjutnya, lalu mendorong pelan tubuh Zivaro agar mendekat kepada Marvelino, tak lupa dirinya mengembalikan sebelah sepatu Noara yang sedari tadi ia pegang dan diterima baik oleh si pemilik sepatu.
"Aku sendirian?" tanya Zivaro sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, kamu di kelas sepuluh sendirian, karena Jusa dan Ael ada di kelas sebelas." jelas Ridho, setelah mendengar itu Justin pun berinisiatif bergegas mengikuti Angkasa dan Rafael yg sudah mulai berjalan menjauh.
"Bang Nathan?"
"Tentu saja bersamaku dan Angkasa di kelas dua belas." jawab Ridho santai.
"ah, it's not fair!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Da In Dimidio
Fiksi SejarahBerikan Setengahnya! Justin Hansen Hanya ingin setengah perhatian tulus dari kedua orang tuanya. Setengah saja, agar dirinya tidak terlalu berharap.