S 1 : Shana

4K 211 0
                                    

Kamu harus berada di atas.

Tidak ada yang mengerti dirimu selain Mama dan Papa.

Ini semua demi kebaikan kamu.

Jangan percaya pada siapapun, manusia itu kejam.

Ikuti kata-kata Mama dan Papa maka kamu akan bahagia.

Kamu adalah harta berharga Mama dan Papa, kehidupan mu akan dipenuhi kebahagiaan, membuat semua orang iri dengan itu.

Untuk membuat orang lain patuh, kamu harus memanipulasi perasaan mereka.

Anggap manusia sebagai batu loncatan, gunakan mereka untuk mencapai tujuan kamu.

Kamu adalah putri kebanggaan keluarga ini, Shana.

"Shana!"

Lamunan Shana terputus karena panggilan itu, gadis dengan netra madu dan rambut panjang sepinggang itu menatap ke depan, pada seorang senior yang saat ini mengawasi kegiatan Ospeknya.

"Maaf kak, saya melamun." Shana menggeleng kecil, dia merapikan poninya. "Ada apa yah kak?" Dia tidak mendengar apapun yang diucapkan senior itu tadi.

"Pikun banget lo, masih muda suka banget melamun, jalan kesana, balik ke lapangan."

Shana menatap sekelilingnya, ternyata barisan ospeknya sudah bubar. "Maaf kak, kemarin malam saya kurang tidur." Dia menderita insomnia sejak dulu, tanpa obat tidur atau menyakiti dirinya sendiri.

Dia tidak akan bisa tidur.

"Baris cepetan! Ikuti teman-teman lo, jangan lelet."

Shana mengangguk mengerti dan menyekap keringat di dahinya dengan lengan kemeja putihnya, dia segera menghampiri barisan kelasnya, panas banget, dahi, leher dan rambutnya basah, tenggorokannya kering dan matanya perih karena keringat masuk kesana, sejak pagi mereka tidak diizinkan istirahat dan terus melakukan kegiatan yang sudah ditentukan.

Hari ini adalah hari terakhir Ospek di kampus barunya.

"Lo baik-baik aja kan?"

Shana tersenyum tipis dan mengangguk pada Vilna, dia adalah gadis yang tiba-tiba mengajaknya untuk kenalan di hari pertama ospek kemarin. "Yah." Dia baik-baik aja, hanya sedikit melamun, dibentak-bentak adalah makanan sehari-harinya, dia tidak akan terluka karena itu.

"Maklum masih Ospek, kating nya agak galak." bisik Vilna.

Shana mengangguk mengerti, setelah Ospek selesai para kating itu juga akan kembali ke sifat normal nya, mereka hanya tegas untuk mendisiplinkan mahasiswa baru seperti Shana dan Vilna, sistemnya selalu seperti itu setiap tahun, pura-pura galak dengan alasan kedisplinan.

Dulu ketika dia SMP dan SMA juga seperti itu.

"Jam istirahat makan siang! Duduk di tepi lapangan dan makan bekal kalian! Jam 1 harus siap semua!"

"Siap Kak!"

Akhirnya mereka diberikan waktu untuk istirahat.

Shana segera mengikuti Vilna, gadis itu mengajaknya makan bersama.

Sehari sebelumnya panitia Ospek sudah memberikan arahan untuk membawa bekal sendiri dari rumah, isi bekalnya juga ditentuin langsung oleh mereka, sebagai gadis yang sangat ketat dengan kedisiplinan tentu saja Shana membawa semuanya dengan lengkap, pelayan di rumahnya menyiapkan ini.

"Permisi Shana."

Shana yang sedang mengobrol dengan Vilna dikejutkan dengan kehadiran kating mereka yang terkenal dengan ketampanannya. Para mahasiswa baru di sekeliling Shana langsung menjerit tertahan karena bisa melihat kakak tingkat itu dari jarak sedekat ini, mereka merasa bersyukur karena itu, aneh.

Shana akui kakak tingkat ini memiliki paras yang enak untuk dipandang, dia putih, tinggi, wajahnya kecil, dengan bibir merah dan mata yang terlihat genit, tipe mata yang akan dimiliki oleh seseorang yang suka menggoda para gadis.

"Iya kak?" saut Shana, dia menatap kakak tingkat itu dengan senyuman kecil, seingat Shana mereka tidak sedekat itu untuk saling menyapa di tengah keramaian ini.

"Lo pasti haus kan? Ini buat lo."

Shana diberikan minuman dingin, segan untuk menolak Shana menerimanya. "Terima kasih kak."

Kakak tingkat itu tersenyum ramah. "You're welcome, kalau butuh sesuatu bilang gue aja."

Emang lo siapa? Dalam hati Shana, kebalikan dengan senyum di bibirnya.

Hah, dia tidak terbiasa menghadapi lawan jenis.

"Lo beruntung banget...." Vilna menutup mulutnya menahan senyuman. "Lo ingat selebgram yang kemarin minta nomor kakak itu, katanya dia engga mau ngasih eh giliran lo, dikasih minuman dingin dong, tahu aja kalau gebetannya kepanasan."

Shana memberikan minuman dingin itu pada Vilna. "Buat lo aja."

"Eh, lo yakin?"

Shana mengangguk. "Gue dilarang minum itu."

Keluarganya tidak mengizinkannya untuk membeli makanan dan minuman dari luar, semuanya sudah disediakan sesuai dengan kebutuhan Shana, kalaupun habis pasti seseorang yang memperhatikan gerak-geriknya dari jauh akan datang dan memberikan apa yang Shana butuhkan.

"Thanks, gue haus banget sumpah." tanpa ragu Vilna segera menikmati minuman dingin itu. "Oh yah nanti lo nonton acara penutupan gak?"

Shana menggelengkan kepalanya. "Malas." Sebenernya dia sangat ingin datang, namun supir pribadi nya pasti tidak akan setuju dan menyuruh Shana untuk segera pulang, dia harus tiba di rumah sebelum jam makan malam.

"Ish, lo selalu aja nolak tawaran gue, kemarin juga, sekarang juga, ayo dong gue engga ada teman untuk pulang malam, kalau sama lo kan bisa pulang bareng, nanti kita pesan taksi berdua, bayarnya bagi dua." Ternyata itu tujuannya.

"Bokap, nyokap gue marah kalau pulang malam." ujar Shana.

Vilna menggembungkan pipinya. "Lo kan sekarang mahasiswa, masa pakai jam malam, engga asyik banget, ayo dong temanin gue, ada Band favorit gue manggung nanti malam."

"Siapa?" tanya Shana berbasa-basi.

Vilna terkekeh kecil, dia menunjukkan nama sebuah band di brosur acara penutupan malam ini. "Rokkie, mereka band yang lagi naik daun di fakultas ekonomi." Shana tidak pernah mendengarnya. "Selain mereka masih banyak lagi kok, yang gue kenal cuma Rokkie sih, pemain Bass nya ganteng banget, kakak tingkat tadi aja kalah."

Dimana ada Cogan, selalu ada gadis-gadis yang mengelilinginya.

"Maaf." Shana tidak bisa melakukannya.

"Kenapa sih? Tinggal izin doang, kita engga pulang malam-malam kok, jam 10 cabut deh."

Waduh, jam tidurnya adalah jam 9, tidak pernah kepikiran dia masih berada di luar rumah pada pukul 10 malam, Shana yakin kedua orang tuanya akan memukul betisnya lagi jika itu terjadi, ugh dia tidak mau, itu sakit.

"Jangan-jangan lo anak strict parent yah?" tebak Vilna tiba-tiba.

Shana terdiam, sialan, dia sangat benci pada seseorang yang terlalu peka dengan kehidupan orang lain, Vilna adalah tipe orang yang sangat Shana benci, mereka adalah tipe orang yang akan melakukan apapun untuk tujuannya meskipun itu merugikan orang lain, kerugian yang dimaksud pasti dalam hal baik, hanya saja menurut pandangannya bukan orang lain.

Shana diam dan Vilna menganggap kalau ucapan adalah kebenaran.

"Hehehe, kalau dipikir-pikir kemarin gue lihat ada cewek pakaian serba hitam yang jemput lo, kalau bisa menghindari cewek itu, lo bisa ikut kan?"

Saran itu sedikit membuat Shana tertarik, sebenarnya dia juga ingin hadir ke pesta penutupan Ospek itu, sesekali dia ingin bebas dan pulang malam.

"Gimana caranya?" tanya Shana.

***

Terima kasih sudah membaca 😘

S is She (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang