Shana mengintip dari balik pohon, melihat apa yang dilakukan Vilna disana. Gadis itu menyuruh Shana untuk melihat rencananya dari jauh dan jangan menganggu, Shana merasa heran padahal dia baru mengenal gadis itu dua hari, kenapa dia baik dan membantu Shana seperti ini.
Kedua mata bulat Shana menyipit tajam ketika ia melihat Vilna berjongkok di bawah mobil, awalnya ia tidak mengerti apa yang sedang dilakukan gadis itu, namun ketika melihat sisi mobil menurun, Shana langsung tertawa geli, ternyata gadis itu membocorkan ban mobil milik supir pribadinya itu.
Bukan hanya satu, dia membuat keempat ban mobil itu kempes.
Setelah melakukan aksi itu, Vilna berlari ke arah Shana dan menariknya untuk pergi ke tengah lapangan, kalau sudah di tengah-tengah keramaian pasti supir gadis itu tidak mudah mencari mereka, dia harus berkeliling kesana-kemari untuk menemukan Shana setelah memperbaiki mobil itu tentunya.
"Ayo, acaranya mau dimulai." Vilna menarik Shana dan membawanya memasuki kerumunan di tengah lapangan.
Shana mengikuti tanpa banyak bicara, jantungnya berdebar kencang, bibirnya tidak berhenti tersenyum, semua ini sangat menguji adrenalin nya, ini pertama kalinya dia melakukan hal seperti ini, selama 18 tahun ia bernafas, ini pertama kalinya Shana memberontak dari kedua orang tuanya.
"Lo gila banget." bisik Shana.
Vilna tertawa kecil. "Kalau lo butuh teman untuk kabur datang aja ke gue? Gue siap jadi tameng."
Shana tertawa mendengarnya, dia tidak akan melakukan itu, cukup sekali saja, besok weekend jika kedua orang tuanya memukul bagian tubuhnya, dia bisa istirahat untuk menyembuhkan luka itu sembari menunggu hari Senin dan memulai aktivitas kuliahnya.
"Rokkie! Rokkie! Rokkie! Mereka band favorit gue, mereka alasan gue masuk universitas dan milih jurusan ekonomi."
Shana manggut-manggut. "Mereka punya original song?"
"Punya dong, judul lagunya Freedom, lirik dan musik dibuat langsung sama Drummer nya, Axel."
Shana bergumam kagum, keren.
Dia selalu merasa takjub dengan orang-orang yang memiliki bakat dan kemampuan untuk menghasilkan karya seni dari tangan mereka sendiri, tidak seperti dirinya yang tidak memiliki bakat apapun dan hanya dibantu dukungan kedua orang tua.
Jangan takut untuk berkarya, manusia itu ada banyak, jika seseorang mengatakan karyamu buruk maka akan ada orang lain yang akan mengatakan karyu mu bagus, tinggal masalah waktu dan tergantung kamu.
Apa kamu sanggup menunggu?
Menunggu bukan hanya tentang mendapatkan pasangan.
Menunggu juga ada dalam sebuah karya seni.
Menunggu pengakuan dan hasil yang didapatkan dari itu.
Mana yang lebih sakit?
Menurut Shana yang kedua, menunggu seseorang yang menyukai karya kita itu adalah sebuah tantangan untuk menyemangati diri sendiri dalam diam dan terus berkarya.
Itu melelahkan.
Vilna memangkup kedua tangannya dengan mata menatap panggung. "Gue suka banget sama Jaremy, gue harap bisa ngobrol sama dia sesekali, dia kan baru semester 5, masih ada waktu." Dia terlihat sangat bahagia.
"Semoga beruntung." saut Shana, dia akan menyemangati, yah kalau mereka masih berteman.
Shana tidak terlalu berharap dengan hubungan pertemanan, sudah beberapa kali dikecewakan dengan hubungan itu membuat Shana lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
S is She (The End)
Romance~Don't copy my story if you have brain~ -S and when i look at you, i know your already become my world- Drax Shana tidak pernah menyesal kabur dari supir pribadinya hari itu bersama teman kuliah yang baru ia kenal, karena hal itu dia bertemu dengan...