1.Masa Lalu

21 4 2
                                    

Sambaran petir semakin terdengar, hujan semakin membasahi tubuhnya. Semua suara sunyi, hanya terdengar suara air hujan yang jatuh ke tanah, setetes demi setetes. Bersama teman setianya, yaitu angin dingin yang sedari tadi menyelimutinya.
Isam, duduk di atas motornya sembari menatap sebuah bangku di Taman Tangkuban Perahu, yang di basahi oleh air hujan. Isam hanya bisa menatap bangku itu sambil menghembuskan nafas panjang, di susul dengan kenangan yang masih tersimpan baik di kepalanya.
            
Andai aku dekat dengan tuhan, aku ingin meminta satu permintaan yang saat ini juga ingin di kabulkan. Aku ingin duduk bersamamu lagi di bangku itu, batin Isam sembari memejamkan mata.


****


(Kilas Balik)

Jam istirahat pun berbunyi, semua anak segera berjalan keluar kelas untuk menikmati waktu istirahat yang hanya 20 menit saja. Berbeda dengan Isam, ia berjalan ke arah sahabat perempuannya, Asha Laura.

“Sha, kamu ga keluar?” tanya Isam sembari melihat sahabatnya yang sedang asyik membaca Novel.

Asha sedikit terkejut karena suara Isam memecahkan fokusnya, “Eh, Sam! Kamu buat aku kaget aja.” Asha sedikit mencubit tangan sahabatnya, karena membuat dia kaget.

Asha pun beranjak dari bangkunya dan mengajak Isam ke kantin untuk membeli bakso Mbak Mar kesukaan mereka berdua.

“Mbak Mar, bakso bulat nya siji.” Isam memesan bakso sembari tersenyum kecil ke arah Mbak Mar.

“Duh, kamu tuh, Le. Mana ada bakso kotak!” balas Mbak Mar menjawab Isam yang sedang meledeknya.

“Ada! Kalau tukang bakso nya ngantuk. Baksonya jadi kotak, Mbak,” sahut Isam sembari menyenggol tangan Asha.

“Diemin aja, Mbak. Dia emang suka ngawur,” ledek Asha sambil tersenyum ke arah Isam.

“Hahaha ..., Mbak, tau kok, Nduk. Temenmu itu emang suka ngawur.” Asha dan Mbak Mar pun tertawa.

Kedua sahabat itu pun langsung duduk di meja kantin urutan ketiga, paling pojok. Selagi menunggu bakso favorit mereka datang, Isam dan Asha pun duduk berdua tanpa suara, membeku dan hanya mata mereka lah yang saling menatap di iringi dengan senyuman kecil di bibir mereka.

“Sha, aku mau kamu jujur, ya.” Isam menatap tajam ke arah sahabatnya.

Asha pun membalas tatapan Isam sambil tersenyum kecil,

Mau nanya apa sih, Sam?”

Isam menghembuskan nafas, memikirkan kembali pertanyaan apa yang ingin di tanyakan ke sahabatnya.

“Kamu lagi ada masalah, ya?” tanya Isam sembari tetap menatap mata sahabatnya.

“Hmm ... Iya, Sam. Aku lagi bingung.” Asha langsung menundukkan kepalanya, karena teringat kembali akan masalahnya.

Isam langsung mengambil sendok dan garpu, diletakkan di meja dan berkata, “Ini sendok dan ini garpu. Ak—“ (Asha langsung memotong ucapan Isam).

“Iya-iya, Sam. Aku juga tau tanpa kamu kasih tau.” Bola mata Asha berputar menandakkan bahwa dia malas dengan omongan sahabatnya itu.

Isam langsung memegang kepala Asha sembari menghelusnya,
“Aku itu sendok dan kamu garpunya, jadi kita sepaket. Kalau kamu ada masalah pasti ada aku di samping kamu,” Asha pun tersipu malu mendengar ucapan manis sahabatnya itu.

Perahu yang TerlupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang