Pagi itu tampak begitu ramai di sekitaran wilayah Circuite de la Sarthe atau yang dikenal juga sirkuit Le Mans di Prancis. Sirkuit ini juga termasuk kedalam sirkuit terpanjang didunia yang memiliki panjang 13,629 km.
Hari ini adalah hari jumat, yang artinya ada sesi latihan untuk para drivers F1, sesi latihan atau Free Practice (FP) ini merupakan kesempatan bagi drivers untuk berlatih di sirkuit GP tuan rumah.
Pembalap menggunakan kesempatan Free Practice ini untuk mengecek komponen-komponen dasar seperti pedal gas, rem, stir, dan trekking ataupun mengatur srategi. Apabila ada kekurangan saat FP1, maka akan ditingkatkan lagi kekurangan tersebut dan di coba lagi untuk FP2-FP3.
Setelah menyelesaikan 3 sesi latihan tersebut, para driver akan melakukan sesi kualifikasi atau qualifying di hari sabtu, yang di jadwalkan selesai dalam satu jam yang di bagi dalam 3 segmen, dan disetiap segmen para pembalap bebas mengitari sirkuit tanpa ada batasan jumlah putaran.
Tiga segmen qualifying tersebut yaitu, Q1 (18 menit) 20 pembalap dari 10 tim itu akan turun ke lintasan untuk mencatat waktu terbaik mereka, dan 5 pembalap terlamban harus tereleminasi yang nantinya akan menempati posisi 5 terbawah di start saat balapan di hari minggu.
Q2 (15 menit) 15 pembalap yang tersisa harus beradu kecepatan lagi, dan 5 pembalap yang terlamban juga harus dieleminasi yang kemudian akan menempati posisi 11-15 di start saat balapan.
Q3 (12 menit) 10 pembalap yang tersisa kemudian akan memperebutkan posisi pertama (Pole Position) start saat balapan, yang kemudian 10 pembalap tersebut secara otomatis akan menempati 10 besar starting grid balapan di hari minggu.
"Kau sudah mengerti strategi kali ini kan?" tanya Nicholas memastikan.
Theo mengangguk pasti sembari mempersiapkan peralatannya untuk sesi latihan pertama.
"Jangan gegabah." Peringat Nicholas lagi, karna ia tau driver andalannya itu terkadang senang sekali berbuat sesuka hati tanpa mendengarkan peringatan darinya atau dari tim yang lain.
Nicholas adalah Direktur eksekutif dari tim Scuderia Ferrari sekaligus seorang investor berkebangsaan Austria, ia yang bertanggung jawab penuh atas tim dan juga drivers nya.
"Dan kau Greg, kendalikan dirimu saat berada di tikungan jangan sampai kejadian di GP Italy terulang lagi." ucap Nicholas.
"I got it." jawab Greg.
Theo memakai jumpsuit merah yang biasa disebut dengan overall dengan rapih, pakaian dengan lapisan bahan nomex tahan api itu akan melindungi pembalap dari percikan api yang kemungkinan mengenainya saat di arena balap.
Sepatu yang ia kenakan pun adalah sepatu khusus yang tahan api, ringan, lentur, dan peka terhadap injakan pedal gas dan rem sehingga memudahkannya mengendalikan mobil kursi bertenaga kuda itu.
"Kenapa hari ini panas sekali?" keluh Greg sembari menyambar tumblr air minumnya dan menegaknya hingga habis.
"Lebih baik kita selesaikan ini dengan cepat." kekeh Theo menanggapi teman se-tim nya tersebut sambil menyugar rambutnya dan memakai benda berbentuk seperti topeng ninja atau biasa disebut dengan balaclava, untuk melindungi wajah dan lehernya sebelum memakai helm merah kesayangannya.
"earphone mu sudah berfungsi? coba kau cek lagi." ucap Josh, yang notabene nya asisten pribadi sekaligus sahabat Theo.
"Clear." jawab Theo yang kini sudah menaiki mobil balap berwarna merah itu sambil memakai sarung tangan pelindungnya.
Josh mengangguk setelah memastikan headrest nya (alat pelindung area kepala dan leher pembalap) terpasang dengan benar di mobil Theo, kemudian ia menjauh dari sana, saat pria tampan itu sudah menyalakan mesin mobilnya. Ia pun memakai headphone untuk memastikan radio dari Theo tidak ada masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drive Me Crazy
FanfictionDrive Me Crazy : Cerita ini berawal dari pertemuan yang tidak disengaja pada pertandingan musim panas tahun ini yang diselenggarakan di sirkuit balap Le Mans, France. Seorang pembalap professional yang berada pada naungan Federasi Otomotif Internasi...