(12) Misteri Mimpi Arga dan Drama Kecil Jeje

695 107 14
                                    

Malam itu, Arga terbaring di tempat tidurnya, memandangi langit-langit kamar yang dihiasi poster-poster band kesukaannya. Musik rock mengalun dari speaker kecil di sudut kamar, menambah kesan santai di ruangannya. Ponselnya tergeletak di samping, sesekali bergetar dengan notifikasi yang tidak dihiraukannya. Sebungkus keripik dan kaleng soda yang sudah setengah kosong tergeletak di meja kecil di samping tempat tidurnya.

Ia mengambil kaleng soda dan meneguknya perlahan, matanya tetap tertuju ke langit-langit. Pikiran Arga terus berputar, membayangkan kejadian di dojo tadi. Bekas luka di punggung Jeje masih jelas terbayang di benaknya, membuatnya merasa tidak tenang.

"Bekas luka itu.. persis kayak di mimpi gue," gumamnya, menghela napas berat. Ia meletakkan kaleng soda kembali dan bangkit dari tempat tidurnya, merasa resah. Kakinya melangkah menuju ke arah jendela, dan ia membuka jendela untuk membiarkan angin malam yang sejuk masuk. Namun, angin itu tidak cukup untuk menenangkan kegelisahan di hatinya.

Arga menatap langit malam yang berbintang, mencoba mencari jawaban di balik keindahan langit. "Kenapa gue terus kepikiran soal itu, ya? Bekas luka di punggung Jeje.. kenapa bisa mirip sama yang di mimpi gue?"

Ia menutup matanya, mencoba mengingat kembali mimpi itu. Dalam mimpinya, ia melihat seorang anak kecil yang disakiti oleh sekelompok penjahat. Anak itu, meskipun wajahnya tidak begitu jelas dalam mimpi, memiliki bekas luka yang sangat mirip dengan yang ia lihat di punggung Jeje tadi. Rasa sakit dan ketakutan yang dirasakan anak itu seolah-olah merasuk ke dalam dirinya, meninggalkan jejak yang mendalam.

Arga membuka matanya kembali dan menatap langit malam. "Apa ini cuma kebetulan, atau ada sesuatu yang gue belum tau tentang Jeje?" pikirnya. Pikiran itu terus mengganggunya, membuatnya merasa ada sesuatu yang harus ia ungkap.

Ia berbalik dan melihat ke sekeliling kamarnya yang berantakan. Kertas-kertas tugas yang tidak pernah disentuh, poster-poster band, dan barang-barang berserakan di lantai. Di sudut ruangan, gitar listriknya bersandar pada dinding, seakan menunggu untuk dimainkan. Tapi malam ini, Arga tidak tertarik untuk bermain musik. Pikirannya terus kembali pada Jeje dan bekas luka itu.

Arga meraih ponselnya dan mulai membuka aplikasi pesan, lalu ragu-ragu menutupnya kembali. Ia ingin mencari informasi tentang Jeje dengan mencoba bertanya pada Naka atau Hagan, yang merupakan teman nongkrong sekaligus teman les karatenya. Namun, ia berpikir bahwa cara itu mungkin terlalu mencolok. Ia tidak ingin membuat siapa pun curiga padanya yang begitu ingin mengetahui lebih dalam tentang Jeje.

Sebagai gantinya, ia membuka media sosial dan diam-diam mulai mencari akun-akun yang terkait dengan Jeje. Foto-foto dan status-status lama Jeje satu per satu ia buka dan ia perhatikan dengan seksama. Ia mencari petunjuk, apa saja yang bisa menghubungkan mimpi anehnya itu.

Foto-foto Jeje kebanyakan menunjukkan kehidupan yang ceria dan penuh dengan kegiatan menyenangkan. Ada foto-foto keluarga, liburan, dan momen-momen bersama teman-temannya. Arga tidak menemukan apa pun yang menjelaskan tentang bekas luka itu. Tidak ada cerita, tidak ada petunjuk.

Pikiran Arga terus berputar. "Mungkin ada sesuatu yang emang sengaja disembunyiin di sini," pikirnya. "Mungkin itu sesuatu yang udah lama terjadi dan emang sengaja dirahasiakan."

Ia menutup media sosial yang sedang ia buka di ponselnya, lalu berbaring kembali di tempat tidurnya, dengan perasaan yang masih merasa gelisah.

Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantuinya, membuatnya sulit untuk tenang. Arga merasa ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar kebetulan, sesuatu yang menghubungkan mimpi-mimpi anehnya dengan Jeje.

Ketidakpastian itu membuatnya gelisah, namun ia tahu bahwa ia harus menemukan jawabannya. Entah bagaimana caranya, Arga merasa bahwa ia dan Jeje memiliki sebuah ikatan. Dan perasaan itu, meskipun belum sepenuhnya jelas, memberinya dorongan untuk mencari tahu lebih dalam.

Shadows Of The Past || JENO × HYUNJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang