Kafe

112 24 1
                                    

"Fyuhhhh.... "

Aku menyusun gelas-gelas kaca yang baru saja aku bersihkan, aku berjalan menyusuri jejeran gelas kaca yang tersusun rapi itu. Aku tersenyum lega, satu pekerjaanku baru saja selesai

Aku berjalan menuju dapur setelah dirasa pekerjaan ku membersihkan meja kasir telah selesai. Aku berkacak pinggang melihat tumpukan benda kotor bekas membuat kopi tadi, dengan sigap aku menyisihkan lengan bajuku kemudian membersihkan alat-alat itu untuk dipakai kembali

Ting! Ting!

Lonceng bel berbunyi, menandakan ada seorang pelanggan masuk. Aku berhenti sejenak kemudian berjalan menghampiri pelanggan tersebut

"Ya, mau pesan apa? " tanyaku antusias pada gadis tinggi tegap di depan ku itu

Aku tak mengenali gadis itu, tapi jika dilihat dari perawakannya aku bisa memperkirakan umur gadis itu. Mungkin sekitar 24-25 tahun, entahlah

"Kopi susu"

Aku hanya mengangguk sambil menerima lembaran uang darinya. Kemudian aku berjalan ke dapur menyiapkan pesanan gadis itu. Gadis itu tampak sangat sibuk, siapa dia?

Tak memakan waktu banyak, aku segera kembali pada gadis itu sembari menenteng pesanannya. Gadis itu tak langsung pergi meninggalkan kafe, ia malah berjalan memilih tempat duduk

Sementara di sisi lain, gadis yang tadi memesan kopi itu sibuk dengan laptopnya. Ekor matanya tak jarang mencuri pandang pada pelayanan kafe yang bekerja saat itu. Jika kalian bertanya pelayan kafe itu, tentu saja Ara

Dan gadis tadi, ia seorang karyawan yang biasa bekerja di shift malam di kantor yang tak jauh dari kafe itu. Jadi gadis itu sering mengunjungi kafe itu sebelum ia berangkat bekerja. Gadis itu bernama Yessica, Yessica Tamara Hanaya

Chika menyeruput tetesan terkahir kopinya. Ia mengemasi barang-barangnya dengan teramat buru-buru, sampai tak sadar ia meninggalkan sesuatu yang penting di kafe itu

Aku menatap kepergian gadis itu dengan tatapan sendu. Apakah pekerjaannya sangat terburu-buru seperti itu?

"Kak Ara, udah mau jam pulang. Aku ke belakang dulu ya mau buang sampah"

Ucapan seseorang dibelakang ku, hal itu sedikit membuat ku terperanjat terkejut. Aku mengelus-elus dadaku sambil menatap gadis di depanku. Gadis itu bernama Gendis, umurnya lebih muda daripada ku dan dia sudah bekerja sudah hampir satu tahun denganku di kafe kecil-kecil lan milik Azizi ini

Gendis adalah seorang gadis yang kehidupannya hampir mirip denganku, dia tak punya kedua orang tua, ia tinggal di sebuah asrama khusus anak-anak yatim piatu. Meski tak punya orang tua, gadis itu normal bersekolah. Dengan bantuan yang di berikan orang-orang luar, ia masih bisa bersekolah dengan layak

"Yaudah, nanti aku bagian cuci gelas"

"Iya, kak"

Aku menghembuskan nafas gusar, beginilah pekerjaan ku yang terus terulang seperti ini setiap harinya.

Aku melangkahkan kaki ku menuju dapur dan mulai mencuci piring, gelas, dll. Hari sudah mau malam, langit pun mulai tertutup awan hitam

Aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku. Aku menggantungkan celemek ku di paku, mengecek kembali alat-alat barista ku, takut ada yang hilang

Aku mematikan lampu kafe kemudian menguncinya. Aku merogoh benda pipih yang sedari tadi berada di kantungku, memilih satu kontak kemudiannya menelponnya.

Aku menyeka keringat ku, badan ku sudah sangat lengket. Hari ini kebetulan hari minggu, jadi aku bekerja full dari pagi sampai malam. Meski hanya membuat kopi dan memasak menu makanan lain, pekerjaan itu bagiku sangat lah melelahkan dan menyenangkan juga

VanthallaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang