wrong

80 17 0
                                    

Nafasku menderu hebat setelah aku meninggalkan ruang BK itu. Aku berdiri lesu di toilet, menatap wajahku dari balik pantulan cermin

Aku menepuk-nepuk pipiku berkali-kali, aku tak bisa memastikan hal yang terjadi beberapa menit yang lalu itu nyata atau tidak

Aku menunduk, lalu kembali menatap diriku dibalik cermin. Aku memegangi bibirku, kecupan singkat itu masih sangat terasa bagiku. Aku bergidik ngerti ketika bayangan guru itu muncul di benak ku

Drt........ Drt..........

Handphone ku berbunyi, buru-buru aku meraih benda pipih itu. Suara ku sedikit bergetar

"Ha-halo"

"Ara!? Lu kenapa!? "

"Fio, gu-gua gapapa fio. Jangan khawatir"

"Lu dimana sekarang!? Gua kesana"

Aku menatap layar handphoneku kemudian mematikan telepon itu. Aku berjongkok, handphone ku terus-menerus berdering. Aku hanya diam. Aku memasuki salah satu bilik toilet lalu mengunci diriku sendiri di dalamnya, aku duduk terdiam diatas toilet

Tok... Tok.... Tok......

"Ara"

Aku diam tak menjawab, pikiranku saat itu kosong, aku tak bisa mengenali suara orang itu.

"Ara, buka pintunya"

"Ara, saya tau kamu masih tidak bisa menerima perlakuan saya tadi"

"Ara buka pintunya, saya janji tak akan mengulanginya lagi. Keluarlah sekarang"

"Ara saya tau kamu akan seperti ini, cepat keluar. Pelajaran akan segera dimulai, kamu akan terlambat jika terus mengurung diri seperti ini"

Aku menghela nafas panjang, aku menggelengkan kepalaku berupaya menghilangkan fikiran tentang kejadian tadi

Aku mencoba menetralkan diriku sendiri, sedangkan orang diluar itu terus-menerus mengetuk pintu supaya aku mau keluar.

Aku menatap ragu slot kunci pintu kamar mandi itu. Sedetik kemudian, dengan sisa keberanianku akhirnya aku membuka pintu itu

Baru satu langkah aku keluar, aku melihat seseorang berdiri di depanku. Aku menengadahkan kepalaku, bola mataku menangkap dengan jelas wajah orang itu. Itu Bu Chika

"Tolong jangan ganggu aku" gumamku pelan

Chika tersenyum melihat mimik wajah itu.

"Kamu sangat mewarisi wajah Athalla, bagaimana bisa aku jatuh cinta pada orang bodoh sepertimu, hala" batin Chika

"Athalla" ucap Chika sembari mengangkat dagu Ara agar gadis itu menatapnya

Aku menangkis tangan Bu Chika, aku segera berlari menjauh darinya. Aku tak perduli dengan sekitar, aku terus berlari kemanapun langkah kaki ku membawaku

Badanku tiba-tiba terhuyung kesamping saat seseorang menarik lenganku secara mendadak.

Kepalaku terasa sangat pusing. Sedikit kemudian, aku menengadahkan kepalaku. Bola mataku menatap seorang perempuan di depanku

"Kamu kenapa?" tanya orang itu

Nafasku terengah-engah. Belum sempat aku menjawab pertanyaannya, orang itu sudah terlebih dahulu memapahku kedalam ruang osis. Orang itu bernama Freyasha Sheivanta Wardhana, seseorang yang menjabat sebagai ketua OSIS

Freya mendudukan ku di sebuah sofa panjang, ia memberikan ku segelas air putih. Aku meminumnya secara perlahan, sementara Freya duduk disampingku sembari mengelus-elus kepalaku

VanthallaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang