AA 01

514 54 14
                                    

Sebelum baca, vote yuk!



                  HAPPY READING






Pukul 22.52

Karena sudah larut malam, Arthur memutuskan untuk pulang ke rumah dan membiarkan Mahes beristirahat agar keadaanya cepat pulih. Sebenarnya, Mahes sudah menyuruh Arthur untuk menginap saja, karena haru sudah sangat larut. Namun Arthur terus mengatakan bahwa ia harus pulang dan Mahes harus beristirahat. Akhirnya setelah berbagai bujukan, Mahes pun membiarkan Arthur untuk pulang.

__________________🍂_________________

Arthur sampai dirumahnya pada pukul 23.05 malam. Ia melihat lampu rumahnya yang masih menyala terang benderang, menghela nafas pelan dan berjalan memasuki rumah. 'hah....hari yang melelahkan--

--lagi.' batinnya. 

Ceklek!

Plak!

"Kemana aja Lo ha?!"

Arthur memegang pipinya yang berdenyut nyeri, lalu menatap kelima pemuda yang berdiri didepannya dengan wajah marah dan terkesan jijik.

"Gue tanya Lo dari mana aja?!" Bentak lagi pemuda bermata serigala yang ada didepannya, Justin.

"Lo budek?!" Tanya pemuda yang ada dibelakang Justin melangkah mendekat ke arah Arthur dengan wajah memerah menahan amarah. Travis.

Bugh!

"Jawab tolol!"

Dugh!

Arthur terjatuh akibat pukulan Travis yang tidak main-main.

"A-arthur habis jenguk Mahes di rumah sakit bang." Ucapnya dengan gagap dan kepala yang senantiasa menunduk.

"Alasan! Lo pasti jadi brandalan kan di luar sana!" Sahut tiba-tiba pemuda berambut coklat, Jaden.

"Lo itu udah jadi pembawa sial, udah ditanggungin biaya hidupnya, masih aja malu-maluin! Seenggaknya Lo itu tau diri lah, bangsat!!" Lanjutnya panjang lebar dengan menggebu-gebu.

"Lo--"

"Bisa berhenti ga sih?"

Ucapan Travis terpotong oleh suara seseorang yang berbicara dengan nada jengah, terkesan malas.

"Ini udah malam. Gue ngantuk!" Ucap pemuda berwajah malas koala. David.

"Dan Lo! Hukuman Lo kita kasih besok." Lanjut David menunjuk pada Arthur yang sedari tadi diam dengan kepala yang senantiasa menunduk, lalu melenggang pergi meninggalkan ruang tamu.

Travis menggeram tertahan, lalu menatap Arthur.

"Liat aja lo." Gumam Travis pelan lalu pergi di ikuti Justin dan Jaden.

Tersisa dua orang yang ada di dalam ruang tamu-- Arthur dan pemuda yang sedari tadi diam-- Daniel, pemuda yang sedari tadi diam. Kakak sulung Arthur itu, diam dari awal memperhatikan keributan yang terjadi.

Tes!

Namun perhatiannya teralihkan pada setitik cairan merah yang menetes kelantai.

"Apa itu?" Tanya Daniel yang melihat Arthur mulai berdiri.

"Bukan apa-apa." Ucap Arthur dan ingin pergi ke kamarnya yang terletak dilantai 3. Namun belum sepuluh langkah ia melangkah, tangannya terlebih dahulu dicekal oleh Daniel. Refleks ia berhenti dan menoleh menatap wajah rupawan Daniel.

Deg!

Daniel tertegun dengan penampilan Arthur saat ini. Wajah pucat dengan mata sayu dan hidung yang terus-menerus mengeluarkan darah  segar, serta pakaiannya yang terlihat lusuh akibat terkena lumpur dan air hujan.

"Lo gapapa?" Tanya Daniel dengan perasaan yang sedikit khawatir pada Arthur. Ingat! Sedikit!

"Abang ga perlu tau." Arthur menghempaskan tangan Daniel yang masih memegang erat sebelah tangannya, dengan sekali hentakan, lalu pergi menaiki tangga.

Ia berhenti sejenak.

"Buka mata Abang. Jangan buta karena keadaan yang ada dimasa lalu, dan lihat bagaimana keadaan Ala di masa sekarang." Ucap Arthur lirih tanpa berbalik menatap Daniel.

Deg!

Daniel kembali tertegun, ucapan adik kecilnya itu membuatnya merasakan desiran hebat ditubuhnya.

Ala, adik kecilnya dulu. 

Netranya melihat Arthur yang sudah tak terlihat pada pandangannya.

'Maafin Abang Ala. Abang sudah terlalu buta selama ini, sampai tidak tau jika adik kecil Abang sudah sebesar ini.' Batin Daniel menatap nanar tetesan darah segar milik Arthur lalu pergi kekamarnya, tanpa membersihkannya.
















                                TBC
















_______________________
544 kata


Maaf ya pendek.

Lanjut apa enggak nih...

Gaje soalnya. Jangan lupa pencet tombol bintang😉

Arthur Alangsa [White Rose]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang