1

5 1 0
                                    

⚠️ JANGAN LUPA TEKAN BINTANGNYA BIAR AUTHORNYA SEMANGAT NULIS

⚠️ JANGAN LUPA FOLLOW AKUN AUTHORNYA

***

"Aku hanya ingin bahagia. Apakah itu susah?"
Devrat  Sindu Bramasta

16 tahun kemudian

Devrat Aliando Bramasta ketakutan  setengah mati di dalam gudang yang berada tepat di belakang rumah indahnya. Dengan kondisi tangan yang terikat tali dan mulut yang terlakban dengan kencang membuatnya hanya bisa menggumam dan tak dapat mengatakan satu atau dua patah kata saat ini.

Sementara itu, di depannya ada pria renta yang merupakan ayahnya sedang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi. Sorot matanya menunjukkan bahwa ayahnya sedang dalam kondisi berapi-api.

Ya, ... dia tahu kenapa hal ini bisa terjadi tentunya.

Karena, dia menumpahkan segelas kopi ke dokumen yang amat sangat penting baginya. Dan, itu ... mengganggunya.

"Kamu tahu kesalahan kamu, Devrat?" tanya Chakra—Ayah Devrat sambil melepas lakban yang menutup erat mulut anak bungsunya itu.

"T-tahu." Chakra lalu menunjukkan cambuk yang sudah ia persiapkan sejak tadi.

Devrat melotot tajam melihatnya. "Kamu tahu hukumanmu kan?"

"Maafin, Devrat, Pah. Devrat janji nggak akan bertindak ceroboh di ruangan Papah. Devrat janji, Pah. Ampun."

"Kata maaf kamu nggak Papah terima. Jadi, rasakan hukuman kamu dan nikmati semua yang Papah berikan malam ini untuk kamu."

Devrat memberontak. Namun, pemberontakannya tiada guna. Karena, ... ia tidak akan bisa keluar dari tempat penyiksaan yang laknat itu.

Kalau pun bisa, ia akan tetap tertangkap dan tetap dihukum oleh ayahnya.

Perlahan Chakra mulai mengangkat cambuknya ke atas. Dan, dengan sekali hentakan. Terdengarlah suara ...

Ctar

"Ini untuk segelas kopi yang kamu tumpahkan!"

Ctar

"Ini untuk dokumen Papa yang rusak!"

Ctar

"Dan, ini sebagai balasan bahwa kerja sama Papa dengan perusahaan lain harus pupus!"

Ctar

"Ini untuk kehadiran kamu yang selalu membuat sial!"

Ctar

"Dan, ini adalah hukuman bagi anak nakal!"

"Ampun, Pah, maaf. Devrat janji nggak akan ngulangin ini lagi," ucap Devrat dengan wajah memelas.

"Baik, Papah beri maaf. Tapi, kalau kamu sampai ulangin lagi. Siap-siap, kamu akan berakhir di loteng. Lagi," ancam Chakra sebelum melenggang pergi meninggalkan Devrat yang perlahan-lahan mulai kehilangan kesadaran.

Aku Berhak Bahagia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang