13.

1.1K 94 0
                                    

Suasana di ruang rawat inap itu sarat dengan kehampaan yang menyesakkan. Marsha masih terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang, wajahnya pucat dengan jejak kelelahan yang kentara. Di sisinya, Zee duduk setia, tangan mereka saling bertaut seolah bertukar kekuatan.

Shani dan Gracia berdiri di dekat pintu, mengamati dalam diam. Mata-mata mereka berkabut oleh campuran rasa haru dan kekhawatiran. Keheningan itu terasa berat, hanya ditemani oleh denting pelan mesin pendeteksi detak jantung.

Lalu, pintu terbuka perlahan, memecah kesunyian yang mencekam. Dr. Lila melangkah masuk, diikuti oleh seorang perawat yang mendorong kereta bayi berisi sosok mungil baru yang menggemaskan.

"Ah, semuanya sudah berkumpul," sapa Dr. Lila dengan senyum cerah, berusaha mencairkan suasana. "Maaf menunggu lama."

Shani dan Gracia beringsut mendekat, mata mereka langsung berbinar melihat cucu pertama mereka yang terbungkus selimut tebal.

"Astaga... dia cantik sekali," Gracia terkesima, menyentuh pipi gembil bayi mungil itu dengan ujung jarinya.

Zee mengangkat wajahnya, menatap sang buah hati untuk pertama kalinya. Senyum lebar merekah di bibirnya yang semula cemberut.

"Hai, Sayang..." bisiknya pada bayi perempuan itu. "Akhirnya kamu lahir juga."

"Siapa namanya?" tanya Shani, suaranya sedikit bergetar oleh luapan emosi yang tak tertahankan.

Zee dan Marsha telah membahas nama ini jauh-jauh hari. Dengan mantap, Zee pun menjawab, "Gracie...namanya Grace Jeana Shabila"

"Gracie..." Gracia mengulang nama cucunya dengan nada terpesona. "Gracie yang berarti karunia. Sangat tepat untuknya."

Dr. Lila mengangguk menyetujui. "Nama yang indah untuk si mungil."

Ia lalu bergeser mendekat ke arah ranjang Marsha, mengamati kondisi pasiennya dengan saksama.

"Dia masih belum sadar?" tanya dokter itu pada Zee.

Zee menggeleng lemah. "Sejak tadi... belum ada pergerakan."

"Jangan khawatir," Dr. Lila menenangkan. "Marsha masih memulihkan tenaga setelah perjuangan berat itu. Detak jantung dan tekanan darahnya normal. Dia cuman butuh istirahat yang cukup."

Ucapan dokter itu sedikit mengusir kekalutan di benak Zee. Ia mengalihkan pandangan pada sang istri tercinta, mengusap lembut pipi Marsha dengan punggung tangannya.

"Kamu dengar itu, Sayang?" bisiknya penuh harap. "Gracie sudah lahir... dia nunggu mamanya untuk bangun."

Seolah merespons, jemari Marsha bergerak pelan dalam genggaman Zee. Zee langsung menegakkan tubuhnya, menatap lekat pada wajah Marsha yang semula pucat.

"Sayang? Kamu bisa dengar aku?"

Perlahan, kelopak mata Marsha bergerak, membuka sedikit demi sedikit. Sorot matanya sayu oleh kelelahan, namun seulas senyum tipis tersungging di bibirnya begitu menangkap sosok Zee.

"Zee..." suaranya serak, nyaris tak terdengar. "Bayinya...?"

Zee mengangguk, air mata bahagia mengalir di pipinya. "Dia lahir dengan selamat, Sayang. Lihat, ini Gracie... anak kita."

Mata Marsha melebar sedikit begitu melihat bayi mungil di dekat ranjangnya. Dengan gerakan lemah, ia mengulurkan tangannya, menyentuh pipi gembil Grace dengan ujung jarinya.

"Hai, Gracie..." bisiknya lirih, seolah tak percaya pada keajaiban yang terjadi. "Mama di sini, Sayang..."

Shani dan Gracia mengamati dari jarak aman, menyaksikan momen suci keluarga baru itu dengan hati dipenuhi kehangatan dan sukacita. Di sisi mereka, Dr. Lila tersenyum lega melihat Marsha akhirnya siuman.

With You [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang