25

624 64 8
                                    

Hari itu, matahari bersinar cerah di langit biru, memberikan suasana hangat yang menyelimuti semua orang yang hadir di acara pernikahan Gracie dan Greesel. Di atas pelaminan yang dihiasi dengan bunga-bunga cantik, Gracie berdiri dengan anggun di samping Greesel. Keduanya tampak begitu bahagia, senyuman mereka tak pernah pudar sejak awal acara dimulai.

Di antara para tamu yang duduk, Zee berdiri dengan pandangan tak lepas dari putrinya. Pikirannya melayang jauh, mengingat hari-hari ketika Gracie masih kecil, saat ia sering kali membimbingnya, mengajarinya, dan melindunginya dari segala hal. Kini, anak perempuan yang dulu sering digendongnya itu telah tumbuh menjadi seorang wanita dewasa, dan sekarang sedang bersanding dengan orang yang ia cintai di pelaminan.

“Zee, kamu baik-baik aja?” bisik Marsha lembut di sampingnya, sambil menggenggam tangan Zee.

Zee menoleh dan tersenyum kecil, meski matanya sedikit berkaca-kaca. “Iya, Sha. Aku cuma... nggak nyangka aja. Anak kita yang dulu kecil banget, sekarang udah nikah.”

Marsha mengangguk, mengerti perasaan Zee sepenuhnya. Ia menepuk punggung tangan suaminya, memberikan dukungan yang hangat. “Itu tandanya kita udah melakukan pekerjaan yang baik, Zee. Lihat Gracie sekarang, dia bahagia.”

Zee menghela napas pelan dan kembali menatap Gracie di pelaminan. “Iya, dia bahagia. Itu yang paling penting buat kita.”

Di sebelah mereka, Michie berdiri dengan mata yang berbinar-binar, kagum melihat kakaknya yang kini berdiri sebagai pengantin. Ia mengenang bagaimana Gracie selalu ada untuknya, mengajarinya, dan menjadi contoh yang baik. Sekarang, Michie merasa bangga, meskipun sedikit berat melepas kakaknya ke kehidupan barunya.

“Kak Gracie cantik banget ya, Ma, Pa,” ucap Michie dengan nada kagum.

Marsha tersenyum, lalu mengangguk. “Iya, Michie. Kak Gracie cantik sekali hari ini.”

Zee menoleh ke arah Michie dan mengusap kepalanya dengan lembut. “Dan kamu juga harus jadi anak baik, Michie. Siapa tahu, nanti kamu yang akan berdiri di sana.”

Michie tertawa kecil. “Masih lama, Pa! Michie masih mau belajar dulu.”

“Bagus, kamu harus fokus dulu sama sekolah dan kuliah nanti,” ujar Zee sambil tersenyum.

Di pelaminan, Gracie sesekali melirik ke arah keluarganya yang sedang berdiri di bawah, dan hatinya dipenuhi dengan rasa syukur. Ia merasa begitu beruntung memiliki keluarga yang selalu mendukung dan mencintainya tanpa syarat. Greesel di sebelahnya juga merasakan hal yang sama. Mereka berdua masih berkuliah, tapi keputusan untuk menikah lebih dulu sudah dipikirkan dengan matang. Keduanya sepakat bahwa ini adalah langkah yang tepat untuk menegaskan hubungan mereka.

Greesel berbisik lembut ke telinga Gracie, “Sayang, aku seneng banget bisa berdiri di sini sama kamu. Aku janji akan selalu jaga kamu.”

Gracie tersenyum, matanya berbinar karena kebahagiaan. “Aku juga, Greesel. Kita akan hadapi semuanya bersama, ya?”

Mereka saling menatap, penuh cinta dan komitmen yang kuat. Saat itu, mereka tahu bahwa jalan yang akan mereka tempuh tidak akan selalu mudah, tapi mereka siap menjalani semuanya bersama.

Zee yang melihat interaksi antara Gracie dan Greesel merasa hatinya semakin tenang. Ia tahu bahwa putrinya telah menemukan seseorang yang akan menjaganya, seperti yang selalu ia lakukan selama ini.

“Zee” Marsha memanggil Zee, suaranya pelan tapi penuh makna, “Gracie sudah menemukan kebahagiaannya. Sekarang giliran kita untuk merelakan dia menjalani hidupnya sendiri.”

Zee mengangguk perlahan. “Iya, Sha. Aku cuma... rasanya baru kemarin aku ajak dia ke taman, ajarin dia naik sepeda. Sekarang dia udah punya hidupnya sendiri.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

With You [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang