SATU

2K 100 13
                                    

Mai terdiam melihat hingar bingar kemewahan yang orang tuanya persiapkan untuk pesta pernikahannya. Segala upaya untuk menggagalkan pertunangan yang berlanjut ke pesta pernikahannya dengan Andrew - lelaki pilihan orang tuanya tidak ada yang berhasil. Kini, dua hari menjelang pernikahannya dia harus memutar otak bagaimana caranya agar pernikahannya gagal. Seribu undangan sudah disebar, dokumen pernikahan sudah masuk ke kantor urusan agama, dekorasi sudah selesai hampir delapan puluh persen.

Ponsel Mai bergetar, panggilan masuk dari Vreya, "Ya Vrey?" Sapa Mai saat panggilan dari Vreya mulai terhubung.

"Gue udah siapin semua ya, tiga puluh menit lagi guw jemput. Astaga Mai, tangan gue dingin rasanya, gue takut gagal, orang tua lu bakalan bawa gue ke kantor polisi pasti." Vreya terdengar panik diujung telepon.

Sementara Mai, mulai keluar dari venue pernikahnnya, berjalan menuju kamar Villa yang mereka sewa, sembari matanya tidak lepas mengamati dimana orang tuanya berada. Mereka berdua tengah sibuk mengobrol dengan vendor-vendor pernikahan.

"Tenang saja, koper gue sudah sampe kan di kost lu?" Tanya Mai begitu memasuki kamarnya. Gadis itu mengambil tas tangan, dimasukkannya paspor, charger, dompet dan lipcream warna favoritenya.

"Udah, yauda tunggu gue, dimana gue harus jemput elu?"

"Pintu utama, sesuai rencana."

--

Mai mengenakan celana jins panjang dengan oversized tshirt nya, tangannya menenteng tas tangan berwarna hitam, rambut brunette nya diikat ponitail dengan kacamata hitam bertengger di kepalanya. Menarik nafasnya dalam menetralkan rasa takutnya, hanya ada hari ini, jika hari ini tidak berhasil maka sudah, selesai sudah status lajangnya.

"Mom, Dad, I've to go sebentar ya?" Ucap Mai menghampiri kedua orang tuanya.

"Mau kemana sayang? Calon pengantin jangan pergi jauh-jauh." Ucap Mama Mai memeluk lengan putrinya.

Mai menggelayut manja pada Mamanya, "Last meeting with client before all of this freaky wedding party." Mai menjawab dengan wajah kesalnya.

"Jumairah, kan kita sudah sepakat." Ucap Papa Mai mengingatkan kesepakatan yang mereka sepakati sebelumnya, tentang pernikahan perjodohan ini.

"Iya ingat papa, yauda aku pergi ya. Vreya udah tunggu aku didepan."

Mai mencium Papa Mama nya bergantian, kemudian melambai dan berlari kecil keluar menuju gerbang utama Villa yang mereka sewa. Menuju Vreya yang sudah stand by didalam mobil.

--

"Mai, gue takut banget sumpah, kalo bokap nyokap lu kena serangan jantung gimana?" Vreya mengemudikan mobilnya menuju bandara, ini adalah rencana gila Mai - Boss nya. Vreya bekerja sebagai PA dari Mai dan ini adalah salah satu tugasnya, membantu Mai kabur dari pernikahannya yang akan digelar dua hari lagi.

"Vrey, gue udah transfer gaji buat lu, selama gue kabur lu harus atur kerjaan gue dan atur orang tua gue. Paham kan? Soal Andrew bilang aja lu ga tau apa-apa." Titah Mai sambil mengecek Visa dan E-tiket yang sudah Vreya siapkan untuknya.

Pilihan terakhir untuk kabur dari pernikahan aneh ini adalah melarikan diri ke Venezia, ya Mai akan kabur ke kota yang orang tua nya tidak pernah bayangkan sebelumnya. Kabur ke London, Paris atau Tokyo sudah pasti mudah tertangkap, tapi ke Italy apalagi memilih Venezia, Mai yakin dia pasti akan hidup damai.

Mobil hitam mungil milik Vreya sudah berhenti di area drop off bandara, Mai segera turun mengeluarkan koper seukuran kabin miliknya, "Ntar gue kontak lu pakai nomer internasional ya, jangan ketipu sama nomer yang pake kode +62. Bisa jadi suruhan bokao nyokap gue."

Vreya mengangguk, "Mai, hati-hati ya, semoga kali ini berhasil gagalin pernikahan lu sama Andrew.

Mai mengangguk, mereka berpelukan sebelum Mai akhirnya masuk ke dalam bandara dan Vreya kembali memacu mobilnya kembali ke kota dengan rasa gugup setelah menajadi tersangka yang membantu Mai kabur dari pernikahannya.

Jay Idzes - The Runaway BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang