00

414 34 0
                                    

Biar cerita yang menjawab.












Januari, 24.............










Gelap menutup seisi dunia, kesunyian selalu setia menemani, sepi selalu hadir dalam detiknya. Anggapan dan harapan selalu terakit didalam ketenangan malam tapi selalu dipatahkan oleh hari yang tidak bisa ditebak.

Resah gundah ragu kenapa selalu hadir disetiap keheningan yang ingin dijadikan sebagai penenang. Ingin menghilangkan lelah yang terasa namun hati dan pikiran selalu bertengkar dalam kesunyian.

Hujan, kenapa ia selalu datang dengan kerinduan yang tidak bisa terbalas. Selalu membawa dingin yang menghantarkan rindu kehangatan pelukan yang tak lagi ia rasakan.

Rintiknya, mengapa bisa menghantarkan memori yang terus ingin ia ulang dan lanjutkan. Setiap tetesnya seakan menghantarkan cuplikan-cuplikan kisah yang tak tau apakah itu sudah berakhir.

Mengapa malam selalu hadirkan sosok orang yang selalu kita rindu. Mengapa malam bisa sesakit ini, mengapa tidak bisa seperti malam-malam biasanya.

Apakah harus menghilangkan semua rasanya?, atau haruskah ia yang harus pergi tanpa merasakan kembali keresahan hati dan pikirannya. Apakah harapan baik tidak ada untuknya?.

Pandangan itu tak lepas dari buliran air yang mengalir seperti rindu yang terus mengalir didinding hatinya. Jemari yang sibuk mencari kenyamanan yang tidak bisa lagi ia genggam. Mengetuk-ngetuk jemari bibir benda keras yang ia genggam.

Apakah rindu sekejam ini?.

" Masih mikirin dia?."

Suara itu sontak menghilangkan lamunannya, berpura-pura memfokuskan diri pada coklat panas yang ia minum.

" Lebih dari dua tahun, tapi itu yang terus kamu pikirkan." Perkataan itu sontak membuatnya terdiam, dua tahun apakah selama itu ia terjebak.

" Ada hal yang lebih baik dari itu, ini sudah malam mungkin dia sudah menunggumu."

Tatapannya teralihkan pada arloji, hampir jam sebelas malam mungkin dia sudah terbawa dalam tidur dengan kesedihan yang datang padanya. " Mungkin dia sudah tidur." Ucapnya.

" Ya, itu yang selalu kamu lakukan." Ucap seseorang yang berada disampingnya. " Kalau alasan masa lalu mu membuat hubungan kalian seperti ini, lebih baik kamu gak minta dia untuk hadir dalam kehidupan kamu."

Jelas sangatlah jelas, lari dari keputusan yang sudah ia ambil, itu jelas dirinya. Ia hanya tidak kuat jika bersama dia, mata sabit itu senyuman di setiap pertemuan mereka sungguh menyiksanya.

Pertemuan yang tak terduga menghantarkan hatinya tertuju dengan gadis yang sangat mencuri perhatiannya. Tapi ia juga tidak menduga jika ia sendiri mengantarkan kenangan yang ada di masa lalunya. Dengan orang yang berbeda, tapi dengan tatapan yang sama. Bagaimana ia bisa hidup dengan hal yang sangat menyiksa. Rindu, selalu rindu yang datang di hatinya saat bertatapan dengan mata sabit itu.

Memejamkan mata, menghirup udara yang basah mencoba untuk menghilangkan semua hal yang membuatnya resah.

" Jangan lupa tanggung jawab kamu, kalian masih ada hubungan." Ucap temanya tadi dan pergi dari balkon.

Jika Tuhan memberinya suatu hubungan kenapa tidak dengan seutuhnya. Kenapa harus dihadirkan setengah dari harapan yang ia inginkan.

Ia melangkahkan kaki pergi meninggalkan rutinitas malamnya. Mengulur waktu agar tidak bersama gadis itu, agar ia tidak lagi melihat senyum yang memberinya banyak kerinduan.

Menyusuri perjalanan malamnya menuju tempat pulang yang sedikit tidak nyaman. Entah kenapa setelah kisah itu tak berlanjut ia merasa semua yang ia lakukan semua hal yang ia rasakan menjadi kurang nyaman. Apakah sebegitu berpengaruh cerita itu?, hingga membuatnya sedikit mati rasa.

Hampir empat puluh lima menit akhirnya ia sampai di depan rumah besar. Memarkirkan mobilnya dan pergi menyusuri rumah yang sangat sepi.

Langkahnya terhenti didepan pintu yang tertutup, rasa enggan hadir seakan ia tidak ingin terjebak dalam masa lalunya. Tidak ingin kenangan itu hadir ketika melihat wajah itu. Sama tapi tidak dengan perlakuannya, ia sangat rindu gadisnya.

Ia mencoba menenangkan dirinya sebelum memasuki kamar. Terlihat punggung yang membelakanginya, tubuh itu terlihat tenang dalam tidur. Ia menaruh semua barang bawaannya dan melangkah menghampiri gadis itu. Menaiki ranjang dengan perlahan mencoba membaringkan tubuh itu agar ia bisa leluasa memandang wajah cantiknya.

Mengelus lembut Surai hitam yang lembut, mengusap kelopak mata yang terpejam, dan membelai bibir tipis itu. Mengapa gadis ini memiliki kesamaan dengan gadisnya, mengapa gadis ini begitu menjeratnya dalam kenangan. Ingin lepas dari semuanya tapi Tuhan mengantarkan gadis lain sebagai penggantinya.

Ia memejamkan matanya mencoba menahan rindu yang akan tumpah bersama air matanya. Bersama gadis ini luka selalu tersayat dalam hatinya, ingin meninggalkannya tapi ia memiliki ikatan janji dalam hubungan mereka.

Merapatkan tubuh mereka mendekat bibir pada pucuk rambut yang wangi. Ia terpejam membayangkan gadisnya hadir dalam pelukannya, membalas ciumannya. Tapi ini bukan dia, melainkan gadis lain yang seperti dirinya.

" Maaf sayang." Ucapnya dan merengkuh tubuh gadis didepannya.


















" Aku menunggu sampai waktu itu datang dan menjawab hal yang menjerat kita." ............


















24,.........

Trima dan kasih.
👇✨👇

C I N T A dan K H A L A -nya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang