13

131 29 1
                                    

Maaf jika membosankan.






















Entah mengapa dengan nasibnya, siang hari yang sangat membosankan bagi dirinya. Ditengah keramaian mall, ia duduk bersama dengan beberapa wanita seumuran dengan sang ibu. Dirinya mengira acara makan siang ini begitu intens untuk mereka berdua tapi malah berujung membosankan.

Apalagi dengan hal yang membuatnya kembali mengingat pertengkaran yang tak sengaja ia dengar. Permasalahan perusahaan, ia tidak pernah tahu jika perusahaan keluarga mereka akan berpindah tangan. Ia juga tidak mengetahui jika dana perusahaan sepenuhnya dari orang yang dimaksud sang Ayah.

Icha menghela nafasnya, apakah nasibnya akan berujung kepada perjodohan kembali, dan apakah Maminya menyetujui apa yang mereka perdebatan?. Dengan itu ia ada disini, bersama teman-teman Maminya dan satu orang yang membuatnya over thinking.

Icha yang mulai jengah dengan keadaan ini memilih untuk berpamitan pulang tapi dihentikan oleh Ayra. " Mending kamu pulang sama Joy, biar makin deket." Tawar Ayra memperjelas kekhawatiran dalam hati Icha.

Penawaran itu membuat semua orang tersenyum, terutama pemuda yang semakin menunjukkan ketertarikannya pada Icha. Namun wanita itu tidak menanggapi guyonan yang mulai mengarah padanya.

" Kan kita tadi bawa mobil." Ucap Icha.

" Mobil kamu biar Mami yang bawa, kamu pulang di antar Joy. Bisa kan nak Joy?." Tanya Ayra pada pemuda yang berhadapan dengan putrinya.

" Oh, bisa kok Tante." Jawab Joy sedikit gugup.

Namun itu membuat Icha memutarkan bola matanya. " Kan katanya mami mau dijemput sama papi." Tanya Icha.

" Udah, gak usah mikirin papi mu. Sini kunci mobilnya." Ucap Ayra.

Icha tak mau mengambil pusing, ia memberikan kunci mobilnya dan pergi tanpa berpamitan. Joy yang melihat itu segera berpamitan dan mengejar kepergian Icha.

Mereka berjalan tanpa adanya pembicaraan, tatapan dingin Icha membuat Joy berpikir-pikir untuk memulai pembicaraan. " Em, kita langsung pulang Cha?." Tanya Joy.

Icha tidak menjawab, ia malah melihat pemandangan yang membuatnya sedikit teriris. Wajahnya memang tidak jelas tapi ia sangat hafal siapa pemilik tubuh itu. Apalagi gadis yang bersamanya, membuat dirinya begitu yakin siapa orang yang sedikit membelakanginya.

Sedangkan gadis yang merasa diperhatikan mengarahkan pandangannya menujukan tatapan pada mata yang menatapnya. Tatapan itu sangat tajam padanya, sama saat mata itu pertama kali menatapnya.

Ditha kembali mengingat wajah wanita itu, wanita yang pernah berargumen dengan Khala orang yang tengah menemaninya membeli parfum.

" Liatin siapa?." Tanya Khala sembari mengarahkan pandangan yang dituju oleh Ditha.

" Eh, enggak kok. Udah yuk." Jawab Ditha.

Merekapun bergegas keluar toko, tak ada lagi keperluan yang dibutuhkan mereka memutuskan untuk pulang. Saat memasuki lift Khala beriringan dengan orang yang tidak asing baginya. Ayra juga menyadari keberadaan gadis itu, tetapi dirinya hanya diam sesaat ketika melihat genggaman tangan dari kedua gadis itu.

Kecurigaan Ayra seakan bertambah dengan apa yang dilihat. Sebenarnya dirinya sudah menaruh kecurigaan selama gadis itu dekat dengan putrinya. Hal yang mengganjal sering kali ia ketahui dari mereka, tapi ia tidak ingin mengambil keputusan jika itu belum jelas.

" Siang Tante." Sapa Khala mencoba membuka pembicaraan.

Ayra membalas sapaan gadis disampingnya dengan senyum yang sedikit canggung.

" Em, Tante kesini sama siapa?." Tanya Khala.

" Oh, tadi saya sama Icha tapi dia pulang duluan sama calon suaminya." Ayra bukan tanpa alasan mengatakan hal seperti itu, ia hanya ingin melihat reaksi dari gadis muda ini.

Raut berbeda tampak jelas keluar dari wajah Khala. Seakan ada hal yang menohok dalam hatinya. Apakah wanita miliknya sudah lelah dengan apa yang dia rasa?.

Sampai pintu lift terbuka tidak ada lagi pembicaraan, mata sabit terus memancarkan kekosongan.

" Saya boleh bicara sama kamu?." Tanya Ayra memberhentikan langkah Khala.

" Boleh Tan." Jawab Khala.

Ayra mendahului jalannya disusul Khala yang sudah menyuruh Ditha untuk menunggunya di tempat parkir. Ayra berjalan menuju taman kecil yang ada disana. Ia menatap gadis yang tengah gugup menghadap dirinya.

" Maaf jika pertanyaan saya terlalu mengintimidasi kamu, tapi saya penasaran dengan hubungan kamu dengan putri saya." Bukan apa ia menanyakan hal ini, perubahan putrinya nampak jelas setelah kehadiran gadis ini. Icha yang sering murung sedikit berubah, apalagi diwaktu Raya berada di rumah sakit mereka terlihat melebihi hubungan pertemanan. Tatapan putrinya juga penuh arti jika bertatapan ataupun sekedar menatap gadis ini.

" Saya rasa kamu tau apa yang saya maksud, jadi ada apa dengan kalian?." Tanyanya.

Khala hanya tertunduk tanpa berani menatap Ayra, ia juga bingung harus menjawab atau memberi alasan. " Em, kita cuman dekat dan itu juga karena Raya." Jawab Khala.

" Kalau dengan ini?." Ayra menyodorkan handphonenya memutarkan sebuah video yang menunjukkan dua orang yang tengah bercumbu disebuah balkon kamar.

Mata Khala sontak membelalak ketika melihat rekaman itu. Balkon kamar itu, adegan itu terjadi kemarin ditempat yang juga dihuni oleh Ayra.

Ayra menyimpan kembali ponselnya dan menatap tajam orang yang menunduk ketakutan. " Ini bukti kecurigaan Saya dengan hubungan kalian. Kamu ingatkan kejadian ini kapan?. Jika kamu merasa bersalah dengan kejadian ini saya harap kamu pergi dari kehidupan putri saya." Tutur Ayra.

Khala tak bergeming dengan apapun yang ia lihat dan apa yang dikatakan oleh Ayra.

" Jauhi Icha dengan kesadaran kamu atau saya tidak akan mempertemukan kalian berdua." Setelahnya Ayra pergi meninggalkan Khala yang masih termenung tanpa pergerakan.

Seakan tak bisa berbuat apa-apa, untuk mengelak dengan apa yang dilihat tapi rekaman itu jelas direkam sendiri oleh Ayra. Ia tak bisa lagi untuk beralasan ataupun memberi penjelasan pada Ayra. Seakan tenggorokannya tercekik dengan fakta yang ia terima.





















Trima dan kasih.
👇✨👇

C I N T A dan K H A L A -nya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang