04

141 27 3
                                    

24,,,,,,,,,,,,,,,















Terik telah hadir di hari ini, rasa panas terasa meski terhalang atap kendaraan yang membawa tubuhnya pergi menyusuri jalan kota.

Hampir lima belas menit perjalanan yang mereka tempuh menuju tempat yang sudah ditentukan.

Dentingan terdengar dari ponsel yang sedari tadi ia genggam, terlihat pesan pemberitahuan dari satu aplikasi. Setelah membalasnya ia memasukkan ponselnya dalam tas yang ia bawa. " Bisa ke sekolah Raya, hari ini dia pulang cepat?." Pintanya pada orang yang mengemudikan mobil.

" Gak papa sekalian ajak Raya buat makan bareng." Jawab Chris kembalikan memfokuskan diri.

Sesampainya di pelataran sekolah begitu banyak para orang tua yang tengah menjemput anak-anak mereka.

Terpantau juga gadis berambut pendek dengan tas di punggungnya yang tengah di hadang beberapa murid laki-laki yang memakai atribut sama dengan gadis itu.

Perdebatan terjadi diantara mereka terutama dengan dua bocah yang memang tidak akur.

" Hei, gadis cengeng mana uang mu untuk ganti eskrim ku." Ucap bocah laki-laki yang pernah berdebat dengannya.

" Apa?, itu kan es kim ku, kamu yang menghanculkannya." Jelas Raya memberi pembelaan.

" Hei, cewek cadel, kau yang mengambil eskrim milik Enzi." Bela salah satu teman bocah yang bernama Enzi.

" Bilang sama teman pendek mu itu, siapa cepat dia dapat." Ucap Raya dan pergi dari tempat itu, namun terhenti karena tarikan pada tas yang ada di punggungnya.

Enzi menatap lekat mata sabit gadis didepannya memberikan tatapan elang yang ia punya. " Apa kau bilang?." Ucapnya sambil mencekram kuat lengan kecil Raya.

Sedangkan Raya ia meringis kesakitan menahan cengkraman yang diberikan teman satu kelasnya. " Enzi lepas, sakit." Ia mencoba menarik tangan tapi rasa sakit yang ia dapat.

Enzi mengalihkan pandangannya ke arah lain, terlihat dua orang yang menghampiri mereka ia tau salah satu dari mereka adalah Maminya anak cengeng didepannya. " Ingat urusan kita akan terus berlanjut, Raya Tamara." Ucapnya dan menghempaskan tangan dan tubuh Raya. Setelahnya ia langsung pergi meninggalkan Raya yang tersungkur dan menangis.

Icha mempercepat jalannya setelah ia melihat putrinya tersungkur dan merintih kesakitan. " Sayang kamu kenapa?." Ia begitu panik melihat Raya yang terus menangis.

Chris yang ikut khawatir ingin mengangkat tubuh Raya tapi gadis itu menolak lebih memilih untuk naik ke pelukan Icha. " Raya kamu tadi diapain sama mereka?." Tanyanya sambil mengelus kepala gadis itu.

Raya hanya menggeleng dan mempererat pelukannya pada leher Icha. Sedangkan Icha terus berusaha menenangkannya. " Udah ya nangisnya, kita makan dulu. Raya belum makan kan!?." Tanyanya dan hanya dijawab anggukan. Ia memberi isyarat kepada Chris agar pergi dari sana.

Dalam perjalanan Raya terus menangis dan mengadu kesakitan. " Kalau menurut aku pindah aja dari kelas itu, biar Raya nya aman." Ucap Chris sesekali menoleh kearah Icha.

Icha juga menyetujui hal itu tapi tidak dengan Raya yang langsung mendongak menatap Maminya. " Enggak Mami, ini kesalahan Laya. Laya udah ambil es kim yang Zi mau dan itu yang membuat Zi marah." Jelasnya sambil sesenggukan.

" Kamu ngambil milik orang?." Tanya Icha dengan tegas.

" Enggak Mami, cuma kalah cepat aja. Telus dia malah dan ngeinjek es kim itu sampai hancur." Keluhnya tapi sesaat ia kepikiran dengan orang yang menggantikannya eskrim membuat ia tersenyum.

" Dan dali situ Laya ketemu sama kakak baik yang gantiin es kim Laya." Ucap Raya dengan antusias. " Oh ya Mami, kemalen kakak baik antel Laya pakai motol Mami. Motol kakak baik Kelen banget Mami dan nama motolnya kuda hitam." Sambung Raya dalam penuh kesenangan.

Namun berbeda dengan perasaan Icha, jantungnya seakan berhenti berdetak mendengar kata ' kuda hitam '. Apakah itu motor milik gadisnya?, apakah gadisnya ada di kota ini?, atau mungkin itu hanyalah nama yang sama?. Begitu banyak pertanyaan yang ada di pikirannya, jika benar itu milik gadisnya mungkin  ia bisa menemuinya.

" Kamu tau nama.........

" Sudah sampai."

Ucapan Icha terjeda ketika Chris memberi tahu bahwa mereka sudah sampai di resto yang mereka kunjungi.

Dengan pikiran yang kalut, Icha melangkah memasuki area resto. Mereka menuju tempat yang sedikit sepi agar bisa menikmati makanan mereka. Setelah beberapa lama akhirnya pesanan yang mereka pesan sudah datang, dengan khidmat mereka menikmati pesanan.

" Raya mau kakak kupasin udangnya?." Tawar Chris saat melihat gadis itu kesusahan mengupas kulit udang.

Enggan menanggapi perkataan orang yang berusaha mendekati Maminya, Raya mengadu kesulitan kepada Icha. " Mami!." Panggilnya sambil menyodorkan udang.

Icha hanya tersenyum, Raya memang sedari dulu sudah tidak menyukai Chris yang ingin mendekatinya. Apalagi kalau Chris berusaha baik pada Raya hanya karena Maminya.

Setelah semuanya selesai mereka pun beranjak pergi dari sana. Sesaat mereka sampai di parkiran perhatian Raya teralihkan dengan hal yang sangat ia ingat.

Raya melepas genggamannya dari Icha dan menghampiri benda yang mencuri perhatiannya.

Icha yang panggilannya tak di jawab oleh Raya, ia mengikuti langkah yang dituju putrinya sampai ia dikejutkan dengan apa yang ia lihat. Motor ini...
Ia sangat ingat motor milik gadisnya, ini begitu sama dengan miliknya.

Pandangan Icha teralihkan ketika Raya memanggil seseorang. Seakan mati rasa semua tak terasa dan bergerak dalam tubuhnya. Mata sabit itu apakah ini nyata!?.

Tatapan mereka saling bertemu tapi dengan makna yang berbeda. Pancaran rasa rindu, pancaran rasa tanya menyatu dalam tatapan mereka. Mata coklat dan sabit itu terkunci tanpa pergerakan.

" Kakak baik kenalin ini Mami Laya." Ucap Raya dengan menarik-narik tangan orang yang ia ajak bicara.

Mami, berapa lama ia telah meninggalkan gadis cantiknya, hingga kini ia sudah di panggil sebagai seorang ibu. Seakan sudah terjawab pertanyaan dibenaknya dengan sosok yang tengah mendampingi gadisnya. Lelaki berbadan tampan dengan pakaian rapinya, begitu pantas bersanding dengan gadis pujangganya.

Ia mensejajarkan tubuhnya dengan gadis yang mengajaknya berbicara dengan tatapan yang tidak terlepas dari mata coklat miliknya, atau bukan. Ia mencoba memaksakan senyumannya pada gadis yang telah mengantarkan seseorang yang sangat ia rindukan.

" Kakak kapan ajak Laya naik motol lagi?." Tanyanya begitu semangat, ia sangat menyukai hal itu.

" Maaf ya kakak gak bisa untuk hari ini, tapi kakak janji kalau ada waktu kakak akan ajak Raya buat naik motor kakak, ya!?." Ia membelai rambut pendek gadis yang ia yakini adalah buah hati gadis pencuri hatinya.

" Besok bisakan, Laya akan tunggu kakak di taman." Ucapnya begitu antusias.

Kembali mempertahankan senyumnya, ia memberi satu kecupan di pipi gadis kecil yang mencuri perhatiannya. " Kakak usahain, ya!." Ucapnya kembali mengelus kepala Raya.

Ia mengangkat tubuhnya kembali menatap pasangan yang begitu serasi. Setelah berpamitan ia pun pergi dari sana dengan motor kesayangannya.

Seketika pita suaranya tak berfungsi ingin sekali memanggil gadisnya yang kini tak terlihat kembali. Apa gadis itu sudah tidak mengenalinya?, apakah dia sudah melupakannya?. Pertanyaan itu terus menyerang pikirannya, ia rindu dan ia ingin mengakhiri siksaan ini.








Jika kamu menginginkan untuk mundur, aku akan menarik mu kembali pada pelukan ini.

















Trima dan kasih.
👇✨👇

C I N T A dan K H A L A -nya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang