05

152 27 2
                                    

Tidak ada kata lupa ataupun melupakan, nyatanya hanya ingatan yang tertimbun.
____________24.

















Dalam hidup mungkin tidak asing dengan kata lupa, entah itu untuk melupakan atau pura-pura lupa. Semua hal bisa tertimbun begitu juga dengan hal yang terus dilakukan setiap harinya. Waktu mungkin bisa menjadi faktor seseorang akan berkata lupa, tapi waktu juga akan menjadikan itu kata ingat.

Namun jika rindu mungkin itu hal yang sulit untuk memasukkan lupa didalamnya. Bahkan waktu tak bisa berpisah dengan jerat orang yang ada dalam diri kita. Timbunan waktu semakin memperbesar diameternya, menembus kata maksimal ataupun tak sanggup.

Jika pertemuan bisa menghilangkan semua rasa rindu itu, kenapa ini tidak. Pertemuan pertama sungguh menghadirkan rindu yang berkali-kali lipat dari apa yang sudah ia dapat.

Rasanya ia sudah mati tertimbun dalam rasa rindunya yang tak bisa terhenti. Pertemuan itu sungguh membuat hati dan perasaan melemah, mengapa dipertemukan dengan keadaan seperti itu?. Apakah pemikirannya sama dengan apa yang dipikirkan gadisnya?. Tentang Raya, tentang pria yang menemaninya, atau tentang statusnya!.

Ingin rasanya ia berteriak kala itu, meluapkan rasa rindunya, menjawab semua pertanyaan yang mungkin sempat di pikirkan gadisnya. Ingin rasanya ia menarik tubuh yang sudah lama tak ada dalam peluknya, tapi rasanya tak bisa.

Dengan status yang baru dan kehidupan baru apakah ia bisa merengkuh tubuh yang sudah hilang darinya. Dengan semua perubahan darinya apakah ia rela untuk berbalik arah kepadanya!. Apakah gadisnya akan kembali pulang padanya?, atau Tuhan sudah mentakdirkan hal lain untuknya?.

Sore yang temaram, tak ada Kilauan senja yang tertimbun awan hitam menutup langit. Seakan seperti tanda dalam hatinya, hati yang tertutup rindu sepenuhnya tanpa ada celah untuk mengeluarkannya. Rintik hujan terasa dalam kulit ataupun hatinya, seakan sayatan dalam balut tetesan.

Enam puluh menit ia habiskan waktu hanya menanti hal yang entah sesuai harapannya atau sebaliknya. Rintik itu semakin terasa dan mungkin akan deras dalam satu waktu. Ia menoleh kesamping nya, gadis itu menunduk sambil mengayunkan kakinya. Mungkin jika ia tak memaksakan diri untuk ikut mungkin gadis ini bisa merasakan hal yang ingin ia lakukan.

Seperti apa yang di bicarakan kemarin, gadis berambut pendek itu menunggu orang yang sangat ia harapkan, tapi entah dengan orang yang ia tunggu apakah dia sudah siap bertemu dengan seseorang yang bertaut separuh jiwa dengan orang yang dia cintai.

Mungkin itu hal yang berat bertemu jiwa orang yang disayang tapi dengan perbedaan dan status.

" Sayang kita pulang ya?." Ucap seseorang yang sedari tadi menemani gadis yang tengah memainkan kakinya.

Gadis itu menoleh dan menggeleng dengan kuat, entah apa yang dirasakan gadis itu tapi terlihat bahwa ia begitu nyaman dengan orang yang baru satu hari ia kenal. " Aku mau nunggu kakak baik Mami." Ucapnya begitu bersemangat, ia tak menghiraukan hujan yang sudah menerpa tubuhnya ia hanya ingin seseorang yang sudah membuatnya nyaman hanya dalam beberapa jam saja.

" Ini sudah gerimis sayang, nanti kamu sakit!." Pintanya yang sudah berjongkok didepan putrinya.

" Tapi Mami, kakak baik sudah janji kan!." Bahkan gadis itu begitu yakin dengan orang yang mungkin tak berani menepati janjinya.

" Besok kita kesini lagi ya?." Ucapnya sambil mengusap wajah putrinya yang sudah basah.

Icha menggeleng ketika Raya ingin berbicara kembali, ia menggendong putrinya membawanya pergi dari taman. Mungkin gadis ini tidak akan menangis jika ia tak ikut dalam rencana yang mereka janjikan. Ia yakin jika dia tidak tau status Raya mungkin dia akan datang menemui gadis ini.




' maaf, aku terlalu bergantung pada takdir, aku tak mampu mengambil langkah yang bisa aku potong sebelum semuanya terjadi.'
__________________



















Dalam gelap dan sunyi nya ruangan hanya terdengar isakan dan rintihan yang tak terhenti sedari tadi. Tubuh yang bergetar, nafas yang memburu dan kehangatan yang terasa di sekujur tubuhnya. Dalam dekapan yang hangat sungguh terasa rasa sakit dan juga kesedihan dalam gadis yang menggigil  meringkuk ditubuh orang memeluknya.

Icha terus menenangkan Raya yang masih menitihkan air matanya. Ia tak mengerti dengan perasaan putrinya, mengapa dengan semudah itu ia dekat dengan gadisnya seperti memiliki ikatan diantara keduanya. Tak seperti biasanya ia dengan orang asing yang ingin atau pun tidak sengaja mendekatinya, tapi dengan gadisnya kenapa raya begitu ingin dekat dan tidak ada rasa takut untuk mendekatinya.

Terdengar dering panggilan dari arah belakang tubuhnya. Icha menggapai telepon genggamnya menjawab panggilan dari sahabatnya.

Sepersekian detik ia tersenyum dan menyetujui penawaran Rachel untuk bisa bertemu gadis yang ia rindukan. Ia sudah menceritakan tentang pertemuan mereka dan sekarang didukung dengan kepulangan Eza itu akan mempermudah ia bertemu dengan gadisnya.

" Aku akan menarik mu kembali, Khaulah ku."





















Trima dan kasih.
👇✨👇

C I N T A dan K H A L A -nya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang