"Archi, akuhh gak ... Oh Tuhann.."
"Jangan sebut nama Tuhan ketika ada permen lolipop masuk ke lubangmu, Anya."
Aku menjerit, Archi memasukkan permen ke dalam lubang vaginaku. Entah kapan hal ini terjadi, tapi Archi membuatku telentang, memisahkan kedua pahaku.
"Bukan begini yang kumaksud, Archi..."
Tapi Archi tidak pernah mendengarkanku, lelaki ini tidak pernah mendengarkan siapapun.
Archi justru menjilat bibir bawahnya, tatapan matanya tidak lepas dari apa yang ia lakukan pada vaginaku di bawah sana.
Aku menangis, memohon padanya untuk berhenti, tapi Archi tak bergeming. Ia justru memutar pegangan permen itu, membuatku ternganga dengan lenguhan spontan saat seluruh tekstur bulat dari permen lengket itu menggerus dinding-dinding vaginaku.
Archi tertawa, melihat tubuhku gemetaran, kakiku melemas di atas ranjang kamarnya.
"Lihat, cairanmu muncrat hanya karena sebuah permen." Archi menatapku, melihat air mataku, melihat diriku yang sepenuhnya ada dalam genggamannya.
"Anya sayang, jika kamu ingin aku berhenti merokok, tidak cukup hanya dengan sebuah permen lolipop," Archi berbisik, mencium ujung pelipisku, mencabut pelan-pelan permen itu dari dalam vaginaku.
Rasanya aku mendengar bunyi 'flop' hanya untuk melihat Archi makin blingsatan dengan sorot kesenangan di matanya.
Lelaki itu nyengir, menjauhkan wajahnya, "Permennya harus dilapisi dengan cairan cinta milikmu, seperti ini..."
Aku menutup mataku, Archi menghentikannya dengan menahan kedua tanganku di atas kepala. Menikmati ekspresi ngeriku ketika melihat lidahnya menjulur, menghisap permen lolipop itu seakan tidak pernah masuk ke dalam lubang kencingku.
Aku kembali menangis, air mataku tidak berhenti mengalir meski tanpa suara.
Sepulang dari kantor, Archi berbau seperti rokok.
Aku tahu Archi merokok, tapi Archi tidak pernah pulang dengan bau rokok di seluruh tubuhnya.
Maka aku memberinya permen lolipop ketika kulihat ia kembali menyulut rokok di tangannya.
Bukan seperti ini hasil akhir yang kuinginkan!
Aku hanya ingin Archi berhenti merokok hari ini karena moodnya terlihat sangat buruk.
Aku takut, sejujurnya ini menyeramkan. Archi tidak seperti ini, sejak kapan hubungan kami menjadi seperti ini...
'Sejak dirimu berkencan dengan teman sekelasmu. Sejak dirimu melihat Archi berkencan dengan entah pacar ke berapanya.'
Sisi diriku yang sedang bersembunyi jauh dari kejadian ini membeberkan fakta mengapa kami berakhir seperti ini.
Aku terisak, Archi menghela nafas panjang sembari bangkit dan menghilang keluar dari kamar, meninggalkanku sendirian.
Aku menatap langit-langit kamar Archi. Sudah puluhan kali aku tidur di sini, sudah puluhan kali Archi memelukku erat dengan tubuhnya yang hangat.
Tapi baru kali ini aku merasa sangat takut, sangat tersesat.
Archi marah, aku tahu itu. Ia marah karena aku tidak menuruti apa yang ia katakan dan inginkan.
Tapi ia marah karena apa? Aku tak tahu apa yang membuatnya marah.
Aku hanya memberinya lolipop dan menyarankannya untuk tidak lagi merokok hari ini.
Kemarahan Archi membuatku takut, aku tidak mau Archi membenciku,
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Mistake
RomanceDibanding ditinggalkan, Tanya lebih memilih untuk melakukan apapun yang Areez inginkan. Apapun itu, meski menyakiti perasaannya, melukai harga dirinya. "Good girl..." Areez mengelus punggung telanjang Tanya dengan ujung jemarinya, tangan lainnya mer...