Tanya menghela nafas kesekian kali, kepalanya pening hanya karena ia bingung memilih antara pasta atau pizza.
Sungguh perkara yang tidak penting namun tetap membuat ricuh isi pikiran perempuan.
"Gimana kalo pizza aja? Jadi gue bisa minta." Restu nyengir, menyenggol lengan Tanya ketika gadis itu hendak memilih pasta.
Tanya melirik Restu, bimbang lagi dengan pilihannya. Sebetulnya ia ingin pasta, tapi permintaan Restu membuatnya berpikir ulang.
Setelah menghabiskan waktu lebih dari semenit untuk berpikir, Tanya menunjuk Pizza ukuran medium pada gambar di menu, meminta tambahan ekstra cheese pada staf resto yang mencatat pesanan mereka.
Restu mengerutkan dahi, wajahnya kesal manakala meminta staf yang sama untuk mengganti pesanan yang Tanya sebutkan.
"Kenapa diganti? Katanya tadi mau pizza?"
Restu menggerutu, ia mengeluarkan lipgloss dari totebagnya, menunjuk-nunjuk Tanya dengan lipgloss-nya yang bening.
"Elu yaa! Masih aja gak bisa ambil keputusan sendiri. Gue cuma ngetes elu doang. Gue tahu lu pengen makan pasta kan? Tanyaaa... Tanyaa... makannya gue bilang lu ganti nama jadi Jawab kek atau Pasti kek, biar kepala lu isinya gak pertanyaan mulu."
Tanya tertawa, sama sekali tidak tersinggung dengan omelan khas Restu yang menggebu-gebu. Sahabat karibnya itu memang selalu blak-blakan perihal apapun. Mungkin itu yang membuat Tanya merasa nyaman, karena Restu tidak memasang topeng persahabatan palsu dengannya.
Seperti kebanyakan orang-orang lain yang Tanya kenal...
"Tapi Restu mau pizza tadi. Makannya aku pilih pizza..."
"Elaaaahhh... kan gue bisa pesen sendiri. Emang yaa isi pikiran lu repot banget." Restu mengatup-ngatupkan bibirnya setelah memakai lipgloss, menyerahkan pada Tanya yang gadis itu sambut dengan gelengan kepala.
"Astagaaa! Gue gak kena HIV meskipun Homo, Tanya bin Bertanyaaa..."
Kali ini Tanya ngakak sampai bawah perutnya linu, ia mengambil uluran lipgloss dari Restu dan memakainya sedikit di bibirnya sendiri.
"Restu kayanya lagi badmood banget. Marah-marah mulu."
Restu memutar matanya, menghela nafas secara berlebihan saat melihat sahabatnya yang sedang bercermin.
"Udah ngacanya?"
Tanya mengangguk, masih sambil merapihkan lipgloss dari Restu yang ia apply di bibirnya.
"Lo tuh cantik, pake banget. Kalo gue normal mungkin gue bakalan suka sama elo. Jadi menurut gue, lo gak perlu lagi berhubungan sama siapa tuh namanya... dari semenjak SMA gue kenal sama lo, gue bener-bener gak suka sama tuh laki."
Tanya mengembalikan lipgloss bening itu pada Restu, "Aku hargai pendapat Restu, tapi Restu tahu kan, aku gak mau ketemu Restu lagi kalau pembahasan kita masih kaya gini."
"Tanya! Dia maksain kehendaknya perihal jurusan kuliah elo! Ya Tuhan, gue tahu lu suka nulis, lu bisa aja ambil Jurnalistik, Creative Writing dan banyak jurusan lain yang lebih lo sukai ketimbang Public Relation!"
"Restu, aku mohon..." Perkataan Tanya terpotong ketika pesanan mereka datang.
Dua pasta bolognese dan satu loyang pizza ekstra cheese untuk mereka berdua. Restu buru-buru merebut jus mangga dari tangan staf resto untuk kemudian ia minum sampai tinggal setengah.
"Oke gue nyerah. Tapi gue gak akan nyerah perihal permintaan gue sebelumnya. Bantuin gue liput kegiatan mahasiswa baru Jurusan Seni."
Kali ini Tanya tidak langsung menjawab, ia sibuk memutar pasta di piringnya, menikmati saat lelehan saus bolognese mencapai lidahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Mistake
RomanceDibanding ditinggalkan, Tanya lebih memilih untuk melakukan apapun yang Areez inginkan. Apapun itu, meski menyakiti perasaannya, melukai harga dirinya. "Good girl..." Areez mengelus punggung telanjang Tanya dengan ujung jemarinya, tangan lainnya mer...