21. Demam

695 27 0
                                    

Typo bertebaran ~

***

08.25 WIB.

Perlahan namun pasti, mata seseorang gadis yang terbaring di ranjang rumah sakit itu mulai terbuka.

Nana menatap keseluruh ruangan nya, tidak ada siapa-siapa di sini.

Ia kemudian menghela nafasnya.

Tak berselang lama, pintu kamar mandi yang ada di dekat pintu keluar mulai terbuka. Menampakkan Leon yang sepertinya baru saja mencuci wajahnya.

"Eh? sudah sadar, sayang?" tanyanya, lalu berjalan menghampiri Nana.

Nana hanya mengangguk.

"Mengapa kamu main air hujan malam-malam? lihatlah, kamu menjadi sakit hanya karena hujan itu." Leon kembali berbicara.

"Jika ingin bermain air hujan, lihatlah dulu situasi nya. Kamu bermain air hujan malam hari, kamu tidak merasa dingin sedikit, pun?" lanjutnya.

"Kamu memang gadis kecil yang nakal, suka sekali melakukan hal-hal di luar logika. Jangan melakukan hal ini lagi, atau kamu tidak akan Abang biarkan main air hujan lagi." Final Leon.

Nana menatap Leon tak terima, ia merotasikan matanya malas.

"Pempek, sifat protektif nya mulai lagi!" batin Nana merasa kesal.

"Ya ampun Abang, adeknya baru siuman. Jangan dulu di introgasi, dong." Kata Sean, yang baru saja masuk kedalam ruangan Nana.

"Tau tuh, pa. Marahin abang, pa!!" adu Nana.

"Sudah-sudah, sekarang adek sarapan dulu." Sean mengambil mangkuk bubur yang sudah ada di atas nakas samping ranjang.

Sean dengan talenta mulai menyuapi Nana, suasana hening sejenak.

"Ngapain kamu semalam main air hujan di balkon?" ucap Sean, masih dengan kegiatannya yang menyuapi Nana.

Nana terdiam, memikirkan kira-kira apa jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan sang papa.

"Gapapa, cuma mau aja, Nana udah lama ga main hujan-hujanan." jawab Nana.

Sean menghela nafasnya sabar. Untuk menghadapi sifat konyol sang bungsu nya, lebih susah daripada menghadapi Kaivan ternyata.

"Lain kali, kalo mau main hujan, bisa besok aja. Lihat sekarang, kamu jadi demam begini. Untung semalam ada bang Leon yang ga sengaja lewat kamar kamu, kalo tidak, entah jadi apa kamu hari ini." Kata Sean panjangnya lebar.

Nana lagi-lagi hanya mengangguk paham. namun dalam lubuk hatinya, ia sedikit merasa lucu.

"Gini nih kalo ga ada perempuan lain selain gue di rumah, perkara demam aja sampe di bawa ke Rs, bjierr." Batin Nana.

"Abang Zergan ... Udah ada perkembangan tentang kondisi, dia?" tanya Nana, setelah dirinya menghabiskan sarapan nya.

Sean menyimpan mangkuk yang kosong itu kembali diatas nakas.

"Sudah, dokter memperkirakan dia bisa siuman satu atau dua bulan lagi." jawabnya.

Sorot mata Nana jadi lebih berbinar, ia kemudian memegang tangan sang Papa.

Nana Grizsella. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang